Cinta aja nggak cukup untuk bisa bikin seseorang bertahan. Cinta bisa punya cabang atau paling nggak, cinta bisa jadi juga punya titik bosan.
Menngobrol asyik? Ceklis. Makan bersama? Ceklis. Suka? Entahlah, apakah menerima ajakan jalan para pria mengatikan kita menyukianya? Leiya tak peduli andai sikapnya yang terlalu welcome disalah artikan oleh lawan jenis, termasuk Edgar.
"Jauh juga ya dari kosan lo. Nggak niat pindah? Kakak gue nyiapin mess buat karyawan kok."
Edgar mengantar Leiya sampai di depan kosan Leiya.
"Beneran? Nanti deh gue pikirin. Soalnya Papa gue udah bayar sewa kosan buat beberapa bulan ke depan. Semoga aja yang punya kosan mau balikin duitnya."
"Wow juga Papa lo, titip salam ya buat camer."
Leiya menimpuk lengan Edgar dengan tas di tangannya. Edgar terbahak-bahak dan hanya mengacungkan dua jari membentuk.
"Bercanda, elah. Ya udah, gue pamit, ya. Mimpi indah, Lei."
"Jijay banget ih!" Leiya bergidik geli.
"Sok imut lo. Dah, gue mau pulang."
"Hati-hati! Semoga kena begal di jalan!" teriak Leiya saat Edgar mulai bersiap menjalankan mobilnya.
"Sialan lo."
Leiya hanya tertawa sembari berjalan memasuki kamar kosnya. Ia menghempaskan diri di atas tempat tidurnya yang berantakan oleh beberapa potong pakaian yang berhamburan.
"Padahal cuma jalan sama Edgar, kenapa gue harus segitunya jaga image depan dia?" Leiya mendengkus kemudian bangkit untuk membereskan kekacauan yang dibuatnya sendiri. Beberapa saat berlalu, Leiya berhenti memungut pakaian. Tiba-tiba terpikirkan kalau ada untungnya juga Leiya terima ajakan jalan dari Edgar pada sore tadi. Leiya bercerita bahwa sekarang dia sedang jadi pengacara.
"Pengangguran banyak pacaran maksud lo?"
Itu tanggapan Edgar yang disambut tawa mengejek oleh yang lain.
"Nggak lah! Gue beneran nganggur tahu, temen kerja gue sebelumnya najisin banget, sumpah." Dan ungkapan-ungkapan lain yang Leiya curahkan.
Berangkat dari pengakuannya tersebut, ternyata Edgar malah menawarinya kerja di sebuah event organizer milik kakaknya. Tanpa pikir panjang Leiya langsung mengiakan tawaran itu. Keesokan harinya, Leiya ikut dengan Edgar untuk melihat dan berkenalan dengan orang-orang kantor, termasuk kakak Edgar sendiri. EO bernama AVL Project tersebut berlokasi di Bogor. Dengan jarak yang memakan satu jam lebih dari kosnya itu membuat Leiya menimbang-nimbang, haruskah ia berpindah kosan?
"Kae."
"Ya?"
"Aku udah dapet kerjaan."
Kaesar yang tadinya melahap nikmat nasi rawonnya kini berhenti dan menatap Leiya dengan alis terangkat.
"Bagus dong. Kerja apa emangnya?"
"EO gitu. Cuma kantornya di Bogor. Jauh kan kalau dari sini?"
"Lumayan."
Leiya mengernyit. Cowok itu kembali lanjut makan.
"Kamu beneran udah makan?" tanya Kaesar yang berencana menghabiskan nasi rawon tersebut.
"Udah, Kae. Nggak usah nanya berkali-kali, ish."
"Sama siapa?"
"Kepo," ketus Leiya sibuk memainkan ponsel.
"Edgar pasti."
Leiya berdehem. Pelan-pelan ia mencoba melirik Kaesar yang kelihatan santai.
"Kenapa kalau aku makan bareng Edgar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Barbar Ambyar (Tamat)
Romance(FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA! BEBERAPA PART DIPRIVATE SECARA ACAK) Ketika Kaesar Wishaka yang ngebet nikah bertemu dengan Leiya Angger yang malas berkomitmen. Start: Februari 2020 End: September 2022