25 | status

2.5K 350 37
                                    

Sayang, tidakkah kau ingat bahwa cinta juga punya masa kadaluarsa?

Beberapa tahu lalu, wanita yang ada dalam dekapannya ini hanya mahasiswa baru biasa yang mungkin beruntung memiliki wajah cantik sehingga banyak senior di kampus mereka yang jatuh hati dan terang-terangan menunjukkan serangan ala buaya kampus. Secara, Leiya adalah anak Fisip, fakultas yang merupakan gudangnya cewek-cewek bening di kampus mereka selain dari fakultas Ekonomi dan Bisnis. Ya, Kaesar salah satu dari senior yang mendekati Leiya.

Pada masa-masa sibuknya bimbingan skripsi, Kaesar tak lupa menggencarkan pendekatan pelan-pelan pada Leiya. Klasik sebenarnya, agar saat wisuda nanti dia punya gandengan yang bisa dipamerkan ke keluarga dan teman-temannya yang lain. Namun nyatanya, saat masa wisudanya tiba pun Leiya belum bisa Kaesar jangkau. Waktu itu Kaesar sempat berpacaran dengan adik tingkat sejurusannya di Teknik Informatika dan hubungan mereka hanya bertahan beberapa bulan saja.

Setelah mendapatkan gelar sarjananya, butuh waktu tiga bulan sebelum Kaesar kembali mendapatkan kesempatan untuk mendekati Leiya. Kala itu Kaesar menghadiri bazar yang diadakan oleh adik tingkatnya di sebuah warkop, kebetulan Leiya juga juga datang ke bazar tersebut menemani seorang pria yang Kaesar tidak tahu namanya.

"Hai, Lei, masih ingat gue nggak?" Kaesar mengambil kursi dari meja lain dan membawanya ke samping Leiya.

"Kak Kaesar?"

"Yap. Eh, gue nggak ganggu kalian, kan?" tanya Kaesar, terkhusus pada teman semeja Leiya. Pria berkemeja kotak-kotak orange hitam itu tampak mengangguk ragu.

"Nggak kok, Bang."

"Wih, makasih." Kaesar menepuk bahu cowok itu. "Nama lo siapa sih?"

"Raka, Bang."

"Oh. Nggak apa-apa, kan, gue gabung sama kalian? Gue mau ngobrol sama Leiya."

Seketika terdengar suitan-suitan dari meja di samping mereka.

"Dek, hati-hati sama Kaesar, dia lagi jomblo tuh," kata seorang cowok yang disahuti tawa ngakak dari teman-temannya.

Leiya yang dulu Kaesar kenal adalah Leiya yang lebih banyak senyum, sopan, dan tidak terlalu jutek. Itu semua berbanding terbalik saat ia sudah mengenal Leiya lebih dalam. Kenyataannya memang agak zonk, tetapi orang sudah telanjur cinta mana peduli.

"Lo pake pelet apa sih sampai bisa bikin gue tergila-gila?"

Kaesar mencium kening Leiya.

"Bagi-bagi napa peletnya, biar lo bisa tergila-gila juga ke gue."

Kaesar menyengir di antara monolog-monolognya. Leiya masih tertidur nyenyak. Semalam, Kaesar memutuskan memesan satu kamar hotel saja dibanding harus membawa Leiya menginap di kos-kosan milik mamanya. Pikirnya, kamar kosong di sana pasti dipenuhi debu karena sudah tiga minggu tidak ditempati. Opsi gila juga sempat Kaesar pikirkan, yakni mengajak Leiya menginap di rumahnya. Ya, di rumah yang ada mamanya. Leiya pasti menolak, duganya. Kaesar tidak mau membuat mamanya jantung dan semakin anti pada hubungan mereka yang pada dasarnya masih minim restu.

Leiya sudah terbangun saat Kaesar baru keluar dari kamar mandi. Leiya sempat meliriknya sekilas sebelum membuang muka. Jangan pikir dengan berada di kamar hotel yang sama maka Leiya sudah menyudahi perang dingin mereka. Tidak sama sekali. Leiya bergegas meninggalkan tempat tidur dan mencari keberadaan tasnya.

"Kamu mau makan apa, Lei?"

"Gue mau pulang."

"Kita makan dulu."

"Lo aja, gue mau balik duluan."

Kaesar mengusap wajah berkali-kali. Dia menahan diri untuk tidak mengeluarkan seluruh unek-uneknya.

Barbar Ambyar (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang