19 | mas

2.4K 326 9
                                    

Misi urgensi:
Membuat orang yang kamu cintai mau menikah denganmu.

Menjadi budak korporat tentu tak semenyedihkan budak cinta yang hanya mendapat ampas-ampas bahagia dalam sesaat. Budak korporat masih menerima gaji ataupun bonus meski seringnya bekerja dalam tekanan, kalau budak cinta? Hanya mendapat tekanannya saja. Tekanan rasa ingin memiliki, cemburu, tidak direstui orang tua, dan tekanan-tekanan lain yang memuakkan.

Jalanan ibu kota terasa sesak pada jam pulang kerja sore itu. Kaesar mengintip layar ponselnya sambil sesekali melajukan mobilnya. Ngomong-ngomong, Kaesar bukan dari habis pulang kerja, kegabutannya hari ini adalah bertandang ke rumah salah satu sahabatnya, Nevan, sekaligus untuk menghapus rindu dengan Divya, si putri kecil Nevan.

Sudah tak terhitung seberapa banyak Kaesar membuang napas lelah seharian ini. Kaesar tak tahu, apa mungkin Leiya punya Sindrom Dory yang membuatnya jadi pelupa atau hanya pura-pura lupa pada janjinya semalam yang meminta diantar ke kantor bakal tempatnya bekerja.

Pukul tujuh pagi tadi, Kaesar datang ke kosan Leiya dengan niat menjemput wanita itu. Ketukan pintunya tak dihiraukan, pesan WhatsApp-nya tak mendapat balasan, bahkan belasan  panggilan teleponnya tidak terjawab hingga membuat Kaesar panik. Andai Mbak Yeni tidak datang memberitahunya bahwa Leiya sudah berangkat dengan seorang lelaki dua puluh menit yang lalu, mungkin Kaesar sudah mendobrak pintu kosan Leiya dalam kondisi pikiran yang sudah berkelana pada hal yang tidak-tidak.

Kaesar mengambil jatah liburnya satu hari ini demi bisa mengantar Leiya, tanpa khawatir akan telat karena perjalanan dari tempat kerja cewek itu, lalu ke kantornya pasti akan memakan waktu. Namun, yang didapatnya hanyalah kekecewaan.

Leiya Angker:

Kae, Edgar ternyata jemput aku. Udah di perjalanan nih. Kamu belum berangkat, kan?

Sepuluh jam yang lalu, membaca pesan itu rasanya seperti tengah menginjak-injak pecahan kaca tanpa mengenakan alas kaki. Jelas Kaesar tak bisa untuk tak baik-baik saja, Kaesar tidak bisa biasa-biasa saja, emosinya sudah telanjur naik ke ubun-ubun.

Suara getar ponselnya mengalihkan fokus Kaesar. Pria itu mendesah, sudah terlalu banyak menimbun unek-unek gara-gara Leiya. Cemburu ternyata benar-benar bisa membuat otak jadi tidak logis.

***

"Lo pulang naik apa, Lei?"

Leiya menggaruk hidungnya yang tiba-tiba gatal.

"Nggak tahu nih, gue mau coba hubungin temen gue dulu, siapa tahu dia mau jemput. Kalau nggak, gue mau pesen ojek online aja. Gampang lah."

"Oke, gue mau wakilin Mas Teddy ketemu client di CCM. Hati-hati lo, ya? Kalau dikasih permen sama orang asing jangan diterima. Gue duluan. Bye," pamit Edgar yang melambaikan tangan.

"Lo kira gue bocah apa?!" Leiya melotot tak terima.

Edgar hanya tertawa dan berlalu menuju mobilnya di parkiran ruko.

Leiya Angger:

Kamu udah pulang?

Kaesarrr.

Serius, aku lupa. Aku juga nggak tahu kenapa Edgar tiba-tiba datang ke kosan.

Marah, ya?

Jangan di-read doang kaliii.


Ya udah, sorry ganggu.

Barbar Ambyar (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang