33 | mama kita musuhan

3.1K 383 81
                                    

Multimedia:

Raisa - Usai di Sini

Seseorang yang benar-benar untukmu tidak akan pernah melewatkanmu. Kalaupun terlewat sedikit, pasti nantinya akan kembali lagi. Seandainya tetap tidak kembali, berarti Tuhan sudah menyiapkan yang terbaik untukmu, pada waktu yang tepat, dan dengan cara yang tepat pula.

Benar firasat Leiya. Acara arisan mamanya tak hanya merepotkan badan, tetapi juga hati.

Pertama, Mama Kaesar yang ternyata juga tergabung dalam anggota arisan yang diikuti mamanya.

"Anak saya nggak pernah pacaran kok sama anaknya Bu Ana."

Perih. Leiya berdiri tidak jauh dari ruang tamu saat Mama Kaesar mengucapkan kata-kata tajam tersebut.

Kedua, gosip ibu-ibu tentang video sialannya bersama Djati juga sedikit melukai hatinya. Leiya merasa sudah tak punya lagi harga diri saat ini dan semakin malu saat ibu-ibu itu membicarakannya di hadapan Mama Kaesar. Entah kenapa.

Ketiga, kehadiran Kaesar di rumahnya tak kalah mengagetkan Leiya. Hampir dibuat jantungan malah. Leiya berusaha terlihat sebiasa mungkin meskipun dalam hati sangat ingin menyumpah serapahi Mirza yang tidak gentar menggoda mereka. Toh, Kaesar tampaknya sudah hilang rasa padanya.

"Mereka benar-benar menguji kesabaran Mama," keluh Ana, setelah acara arisan itu selesai. "Mama nggak nyangka si Santi itu mamanya Kaesar."

"Kenapa, Ma?" tanya Leiya takut-takut.

"Mama nggak suka sama kata-katanya, dia pikir kamu nggak bisa dapat laki-laki yang lebih dari anaknya? Ya Kaesar memang baik, tapi percuma, Mama nggak sreg sama Santi itu. Kayak dia yang paling sempurna aja."

"Emang Mama denger mereka ngomong gitu?"

"Nggak. Ada yang kasih tahu Mama lewat chat."

Wah, ada cepu di antara teman arisan mamanya.

Benar-benar nggak beres.

"Emang kamu dengar tadi?" tanya Ana.

"Dengar, Ma."

"Nggak usah diambil hati omongan mereka. Kamu cuma perlu introspeksi diri, ambil positifnya, buang negatifnya." Ana begitu emosi. Orang-orang itu menggosipkan anaknya di rumahnya sendiri. Siapa yang tidak marah jika ada di posisinya? "Papa kamu nggak boleh tahu, nanti Mama dilarang ikut arisan, lagi."

Leiya mendesah.

"Aku sih kalau ketemu teman kayak gitu udah aku tinggalin dari lama."

"Hussttt," kata mamanya saat papanya mendekat ke ruang tengah.

"Lagi ngobrolin apa?" tanya Halim.

"Ngobrolin kerjaan Leiya, Pa."

"Gimana kerjaan kamu? Lancar?"

"Lancar, Pa. Gajinya juga lancar, cuma kurang banyak aja sih."

"Halah." Ana menimpuk kepala Leiya dengan koran. "Kamu tuh ya, udah dapet dari Papa, tetep aja minta lagi sama Mama."

"Karena Leiya tahu Mama punya duit, jadi Leiya minta, lah. Ayu juga kalau gajian bakal aku porotin."

"Heh!"

Leiya langsung kabur sebelum mamanya makin keluar tanduk. Di kamar, Leiya terkejut menemukan pesan dari Kaesar.

Kaesar Wishaka:

Makasih ya jamuannya tadi.

Leiya Angger Elsafa:

Santai. Itu karena disuruh Kak Mirza kok, nggak usah geer.

Barbar Ambyar (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang