5 | gengsi lebih berat dari rindu

6K 674 87
                                    

Multimedia:
Once Mekel - Kucinta Kau Apa Adanya

Dilan, tahukah kamu apa yang lebih berat dari rindu? Ialah gengsi.

Leiya: Gengsi > Rindu

> ≠ Lebih besar
> = Lebih berat

Leiya kesal bukan main, bisa-bisanya Kaesar datang ke rumahnya tanpa memberitahunya lebih dulu. Kaesar hanya cengengesan sambil mengangkat dua jari. "Peace!" bisik Kaesar terlihat dari gerak bibirnya yang disertai senyum geli.

Poin sementara, 1-0. Itu kata hati Kaesar. Tentu saja Kaesar mendapat angka satu. Mengapa? Karena ternyata, kedatangannya di rumah Leiya malam ini disambut hangat oleh calon mertuanya, diajak makan malam pula.

Memang bukan pertama kali Kaesar datang kemari, tetapi dulu hanya mentok mengantar Leiya sampai depan pintu, salaman dengan mama papa Leiya jika kebetulan mereka berada di rumah. Setelah itu? Ya, pulang.

Kalau kebetulan emak/bapak gue ada di rumah pas lo nganterin gue, please jangan sok akrab sama mereka, nanti gue lagi yang repot!

"Ngapain di sini? Masuk aja temenin Mama kamu, Papa sama Kaesar mau bicarain perihal laki-laki, jadi bukan ranah kamu."

"Papa apaan banget bahasanya," cibir Leiya tetap tidak mau meninggalkan ruang tamu. "Nggak mau, Pa. Entar Kaesar ngomong macem-macem lagi soal aku."

Papa Leiya menggeleng maklum sebelum mengelus rambut putri bungsunya. Kaesar tersenyum menyaksikan aksi calon papa mertuanya, Leiya meliriknya malas.

Meski Leiya berkali-kali mengatakan Kaesar bukan siapa-siapanya, tetapi mata tidak bisa berbohong. Papanya tahu bagaimana arti tatapan itu. Lirik-tidak, lirik-tidak. Semacam itulah polanya. Semua orang yang pernah jatuh cinta pasti paham dinamika mendebarkan sekaligus membahagiakan tersebut.

"Lah, ngaco kamu. Nggak mungkin Kaesar ngomong macam-macam sama Papa."

Leiya jadi bahan tertawaan dua pria berbeda umur itu.

"Bener, Om. Mana mungkin saya ngomongin yang nggak-nggak tentang bidadari kayak Leiya ke Om, bidadari kan nggak pernah salah."

Gadis itu memegang lengan papanya. "Pa, tahukan, buaya kalau ngomong kayak gimana? Kayak dia barusan tuh."

"Om, mana ada buaya nebar janji cuma ke satu orang?" kata Kaesar tenang.

Kaesar menarik napas, berusaha tetap stay cool. Leiya tak akan bisa mematahkan semangatnya di depan calon mertuanya.

Bibir Leiya mengerucut sebal.

"Sana, masuk dulu. Papa mau bicara serius sama Kaesar."

Akhirnya, Leiya menurut dengan berat hati. "Gue masuk dulu," pamitnya pada Kaesar. Cowok itu mengangguk sambil tersenyum simpul.

"Dia memang seperti itu perangainya," ungkap Papa Leiya setelah Leiya pergi.

"Saya paham, Om. Saya sendiri sering digituin, dijutekin padahal nggak tahu salah saya apa. Tapi entah kenapa, saya nggak mau lepasin Leiya. Anak Om Halim itu unik banget."

"Memang unik. Tahu nggak, kehadiran Leiya dulu sangat nggak kami duga-duga. Om masih ingat jelas bagaimana kami sekeluarga kaget ketika tahu ternyata Mamanya hamil lagi dalam keadan Ayu, Kakak Leiya, baru berumur satu tahun dua bulan."

Barbar Ambyar (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang