1 | ayo nikah

20.4K 1.4K 92
                                    

Multimedia:
Lila X Ghea - Janji

Jangan remehkan seriusnya cowok humoris, sekali takluk, kamu tidak akan pernah bisa lepas lagi.

Cewek berambut pendek itu membongkar isi kopernya di samping tempat tidur hotel untuk mengambil baju yang kebetulan terlipat paling bawah. Pakaiannya berserakan di lantai, Leiya tidak peduli meskipun nanti harus kerepotan membereskannya kembali.

"Panas banget, sih!" dumelnya.

Remot kontrol AC menampilkan angka 16 derajat khusus untuk meredakan emosinya yang membara. Sekarang, mari renungkan kedunguannya. Manusia mana yang habis liburan malah tidak langsung pulang ke rumah? Padahal sudah sejak tadi mamanya menelepon, tetapi tak kunjung Leiya gubris.

Mamanya Ayu: Teleponnya kok nggak diangkat, Lei? Mama udah suruh Pak Tio jemput kamu dan Mirza, nggak usah naik taksi.

Leiya: Pak Tio suruh balik aja, Ma. Aku dijemput sama temen, sekalian pengin nginap di rumahnya. Kak Mirza pulang bareng yang lain.

Cih. Suruh Pak Tio, katanya. Leiya mencibir dalam hati. Giliran kakak perempuannya yang pulang dari luar kota, kedua orang tuanya sebisa mungkin mengusahakan datang menjemput langsung ke bandara.

Air muka masam tak bisa ia sembunyikan. Leiya malas menangis, bikin sakit mata dan bikin pusing kepala.

Mengabari mamanya, sudah. Misi selanjutnya tinggal mematikan ponsel. Masalah selesai.

Sayang seribu sayang, sebelum benda pintar itu kehilangan nyawa alias off, telepon masuk dari seseorang membuat Leiya deg-degan sempurna.

"Nggak usah sok ngilang, deh. Pengin banget dicari? Aku tahu kamu ke Lombok bareng Mirza sama temen-temennya," cecar pria di balik telepon.

"Apa sih, Kae? Ngobrol besok aja, oke? Gue ngantuk banget."

"Kamu di mana sekarang?"

Leiya berdecak.

"Di hotel. Kenapa? Lo pengin nyusul ke sini? Bukan mahram, Sayang. Nggak usah buang-buang tenaga nyamperin gue."

"Besok aku jemput. Share location aja."

Leiya melototi layar ponselnya. Kaesar memutus panggilan telepon dengan suara dingin. Leiya merinding. Sangat bukan Kaesar.

Tidak mau membuat lelaki itu semakin marah, pagi-pagi sekali Leiya menghubungi Kaesar lebih dulu.

"Lo belum mandi, kan?" tanya Leiya setelah Kaesar datang menejemputnya.

"Iya, belum. Aku baru bangun pas kamu telepon, cuma sempat cuci muka."

Usai memasukkan koper Leiya ke bagasi mobil, Kaesar menengok Leiya yang ternyata belum masuk ke mobil.

"Sana masuk, tunggu apa lagi?"

"Nungguin setan." Leiya menyorot sinis.

"Ganteng gini dibilang setan, sakit mata emang nih anak."

"Gue masih denger, ya!"

"Kamu mens berapa minggu, sih? Marah-marah mulu perasaan."

Leiya bersedekap dada. "Kalau menstruasi berminggu-minggu itu namanya penyakit, Abdullah. Duh, semua orang kok nyebelin, sih?" Leiya sangat benci.

"Tuh kan, diem-diem bae. Muka kamu pucat, Lei. Kurang tidur atau belum makan? Ya udah, kita makan dulu, yuk?" ajak Kaesar, bicara pelan-pelan. Kurang sempurna bagaimana lagi dia, sudah pengertian, rela mengalah, ajak Leiya makan pun ikhlas-ikhlas saja. Hm, asal jangan yang mahal-mahal, Kaesar sudah ngebet kawin soalnya (re: menikah).

Barbar Ambyar (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang