36 | mabuk

3.7K 432 73
                                    

Multimedia:
Tamia - Officially Missing You

Kamu adalah raksasa paling menyebalkan yang pernah singgah di mimpiku.

Kelap-kelip lighting di ruangan tersebut beradu dengan musik yang diputar oleh sang DJ. Leiya kembali meneguk isi gelas keempat yang ia minum malam ini. Badannya yang lemah mulai mencari tempat bersadar, bahu Sakti adalah sasaran satu-satunya.

"Lei, udah. Kalau Mirza tahu, habis nih gue." Sakti berdecak malas.

Leiya menopak kepalanya dan menarik keras rambutnya.

"Kenapa semua orang jahat?" cicitnya.

Suara musik yang begitu keras membuat Sakti nggak bisa mendengar ucapan Leiya.

"Lo ngomong apa sih?"

Leiya menggelengkan kepala dan menutup mukanya dengan kedua telapak tangan. Gerakan bahunya yang naik turun tentu saja membuat Sakti khawatir.

"Lei, lo kenapa?"

Tidak lama kemudian, mulai terdengar isak keras Leiya.

"Kaesar anjing!" Wanita itu tergugu dalam tangis.

"Hah, anjing siapa yang lepas?" tanya Sakti. "Nggak beres nih anak."

Sakti pun berinisiatif merekam ocehan-ocehan Leiya meskipun ia tidak tahu faedahnya untuk apa.

"Semua cowok emang sama aja, ya? Sukanya janji-janji di awal tapi di belakang suka berubah pikiran, padahal gue udah jujur dari dulu."

Leiya menatap sayu pada gelas bekas minumnya, berharap Kaesar tiba-tiba keluar dari gelas itu sehingga memberikannya kesempatan untuk kembali memukul Kaesar habis-habisan. Heran, mengapa jatuh hati dan patah hati bisa langsung sepaket bikin seseorang jadi bodoh?

"Emang lo bilang apa sih?" Sakti membimbing Leiya untuk berdiri dan segera membawa Leiya pulang. Sakti takut bila nanti Leiya membuat kerusuhan di sana.

"Kaesar bohongin gue, hiks. Gue kira dia beda, ternyata kayak anjing."

"Ditanyanya apa, jawabnya apa. Ck."

Sakti kesusahan membawa Leiya keluar, tampaknya Leiya sama sekali tidak mau mengeluarkan tenaga untuk berjalan sendiri.

"Sialan, nyusahin gue aja."

Bagaimana tidak, malam Minggu miliknya telah terbuang begitu saja untuk mengurusi wanita yang seringnya bersikap kurang ajar. Sakti merasa bodoh sering meladeni ajakan tak bermutu sepupu sahabatnya ini. Namun, saat melihat wajah Leiya yang dibanjiri air mata, Sakti langsung merasa kasihan.

"Anjay, ngenes banget dah."

Sakti meraba ponselnya di saku celana.

"Heh, lo habis ngapain anak orang, woy?! Lo nggak bikin Leiya bunting, kan?! Dia mabuk terus nangis-nangis nyebut nama lo. Sini buruan!"

Sakti mendorong Leiya masuk ke mobil.

"Aman."

Namun, sedetik kemudian kembali terdengar suara gaduh. Leiya memukul dasbor mobil.

"Kenapa lagi lo, anjir?" kata Sakti frustrasi.

"Gue benci Kaesar!" jerit Leiya sambil mengacak-acak rambutnya sampai berantakan, diikuti oleh air matanya yang belum berhenti berlinang.

"Dia bilang dia bakal perjuangin gue, tapi apa? Nggak," racaunya mengenaskan.

Leiya menumpukan kepala di dasbor mobil dan menangis sejadi-jadinya. Sakti hanya bisa mengelus-elus rambut lepek Leiya yang setengah basah karena air mata.

Barbar Ambyar (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang