31 | bertemu kembali

2.8K 347 56
                                    

Raga ini sudah kepalang keruh, bagaimana jika dihitamkan sekalian?

Oma belum sekarat. Itu yang Leiya tahu. Mau omanya sesekarat bagaimanpun mungkin Leiya tidak akan peduli, mungkin juga kalau Oma menanggal, Leiya hanya akan memasang mimik sedih formalitas agar tak dikira cucu pungut. Di saat sepupu-sepupunya yang lain bergantian menjenguk Oma, Leiya justru beralasan tengah banyak pekerjaan sehingga tidak sempat datang. Kenyataannya, pekerjaannya tak se-hectic itu, Leiya masih sempat ke sana-kemari bersama Sherin, Calista, dan Sisil. Entah itu berkumpul di apartemen Sherin, main ke rumah Sisil, atau malam Minggu-an di Holywings.

Adam:

Lei, gue nggak bisa lanjutin perjodohan kita. Soalnya gue udah punya pacar. Gue udah bilang sama mama gue untuk ngejelasin ke Oma Tita. Sorry, ya. Titip salam buat keluarga di sana.

"Wow."

Leiya terkesima. Mengapa tidak dari awal saja? Leiya termenung, jangan-jangan Adam juga tahu soal videonya yang viral itu?

"Ada untungnya juga ternyata."

Untungnya mungkin kurang dari nol koma sekian persen, sisanya Leiya masih punya urat malu.

Leiya sedang dalam fase tak punya cem-ceman meskipun ada banyak laki-laki yang terang-terangan mendekatinya. WhatsApp-nya saja tak pernah sepi dari pesan pria-pria ganjen yang entah dari mana mendapatkan nomornya. Dipikir-pikir aneh juga ketika ada yang mendekatinya dan mengungkapkan perasaan, Leiya justru merasa ilfeel. Kadang pula Leiya merasa kesepian ketika hari liburnya terlewati begitu saja tanpa ke mana-mana, tak ada yang mengajaknya jalan-jalan ketika teman-temannya yang lain sedang sibuk-sibuknya, mendadak Leiya merasa tak diinginkan oleh siapa pun. Kaesar saja meninggalkannya. Di saat-saat seperti inilah Leiya sering mulai merecoki Mirza.

"Kak, gue laper."

"Lo punya kaki, punya tangan, punya mata, ambil sendiri di dapur."

"Mager."

"Bodo amat."

Leiya melempar bantal sofa ke arah Mirza. "Heh, gue tamu, loh, di sini. Ambilin dong."

"Adek sialan."

Mirza balas melempari Leiya dengan bantal. Sumpah, Mirza muak melihat wajah malas nan loyo Leiya.

"Lo pesan makanan aja, nih." Mirza memberikan ponselnya.

"Lo yang bayar?"

"Hm."

"Baik banget kakak gue, jadi pengin punya saudara cowok deh."

"Lo kan emang punya adek cowok, Dodol."

Hening. Mirza baru menyadari ucapannya.

"Iya sih," gumam Leiya datar.

"Sori, Dek."

Setelah memesan makanan, Leiya mengotak-atik isi ponsel Mirza, mulai dari mengecek isi WhatsApp Mirza yang mirip asrama wanita, sampai pada jejeran filter Instagram Mirza yang super lawas, cuma filter telinga kucing saja yang menarik di mata Leiya.

Leiya mengunggah fotonya di Instagram Story akun Mirza dengan caption begini: cantik banget sih, Dek.

"Cantik, kan, gue?" Leiya memamerkan fotonya tersebut.

"Njir, hidung lo kenapa nggak kelihatan jelas? Hampir rata sama pipi tuh, yg kelihatan cuma lubangnya doang, tahu?"

"Ish, jangan hidung shaming lo, ya!"

Barbar Ambyar (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang