20 | do you love me?

2.6K 337 34
                                    

Multimedia:
Arkarna - So Little Time

~

Jadi gimana nih perjuangan ngejar doi? Udah pernah nyerah belum?

Dunia ini aneh, isinya juga tak kalah aneh. Contoh paling aneh datang dari manusia-manusia budak cinta yang acap kali meminta saran kisah asmara kepada orang yang minim pengalaman dalam dunia percintaan.

"Jadi Leiya udah pernah lo ajakin nikah?" tanya Raihan, begitu serius menelaah kasus orang di depannya.

"Udah, cuma dia selalu nolak," katanya mendadak lesu. Kaesar mendongak, benar-benar butuh saran. "Ngertikan lo gimana gesture orang kalau bener-bener nggak mau sama sesuatu?"

Raihan mengangguk dengan senyum mengejek. "Emangnya Leiya keliatan banget nggak mau pas lo tanya?"

Kaesar berdehem. Sialan, dengan terpaksa Kaesar mengiakan. Raihan semakin menyeringai.

"Dia cinta nggak sama lo? Jangan-jangan selama ini dia cuma nganggap lo kayak ban serep."

Raihan tertawa lagi. Wajah ngenes sahabatnya benar-benar jadi hiburan gratis.

"Anjir." Kaesar mengusap kasar jidatnya. "Astaghfirullah. Jangan ngadi-ngadi lo kalau ngomong."

Sialannya, hipotesis Raihan malah bikin Kaesar kepikiran berhari-hari. Dia harus bagaimana jika dugaan Raihan benar-benar fakta?

"Kenapa sih kamu? Jangan deket-deket dulu ih, aku lagi keringetan."

***

Leiya menurunkan suhu AC di kamar kosannya yang begitu sumpek, ditambah Kaesar terus gelendotan tak jelas di pinggangnya.

"Lei."

"Awas ih, kamu meluknya kayak monyet, tahu?"

"Mana ada monyet seganteng aku."

"Dih, ngaku." Leiya mendorong pipi Kaesar agar menjauh dari bahunya. Efeknya begitu buruk, bisa mengganggu fungsi jantungnya yang suka tidak tahu diri. Gampang nyaman dan gampang bawa perasaan.

"Lei," gumam Kaesar.

"Kenapa?"

"Do you love me?"

"Hah?" Mulut Leiya terbuka lebar. "Pertanyaan apaan tuh? Lirik lagu bukan sih?"

Kaesar menarik napas berat. "Aku serius nanya. Tiba-tiba penasaran aja, apa yang kamu rasakan sama kayak yang aku rasain?"

Sebuah senyum terulas tipis di bibir Leiya. Jujur, itu cukup menerbangkan Kaesar. Tumbuh sedikit harapan setelah melihat senyum Leiya barusan.

"Sejauh ini sih aku nyaman sama kamu."

Wow. Kaesar speechless. Raganya seperti dibawa ke angkasa nan indah.

"Eh, tapi aku emang gampang nyaman kan sama orang? Hm, cowok, maksudnya. Apalagi kalau orangnya baik, perhatian, dan royal ke sesama makhluk Tuhan. Beuh, gue suka tuh!"

Dan dalam sekejap pula ia dijatuhkan ke dasar pesakitan yang tajam. Sesak bukan main.

Pelukannya di pinggang Leiya telah mengendur dan tercipta jarak di antara mereka. Pikirannya sudah kalut.

"Seberat itu untuk ngomong kamu juga ngerasain hal yang sama kayak aku?" gumam Kaesar. Tatapannya tidak lepas sedikitpun dari Leiya yang sepertinya dilanda rasa bersalah. Ya, Kaesar bisa melihat itu semua.

"Yang jelas nggak seperti yang kamu pikirkan."

"Lalu kayak gimana?"

Wanita itu memejamkan mata. Leiya sadar, ia memang salah. Namun, semua sikapnya punya alasan yang pasti sulit diterima Kaesar. Leiya juga terlalu sulit untuk berterus-terang.

Barbar Ambyar (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang