12 | keluarga kaesar

4K 547 29
                                    

Sedang apa kita sekarang?
Sedang jalankah di tempat mengenakan sepatu merek yang sama?
Seberapa yakin kau pada romantisasi bahwa yang sama akan selalu bersama?
Sayang, serupa tak selalu searah.

Kaesar gila. Restu dari mamanya saja masih tersendat-sendat kayak siput mengantuk, lalu sekarang bisa-bisanya ingin menambah masalah dengan meminta menginap di rumahnya dalam situasi kedua orang tua Leiya ada di rumah.

"Lo abis kesambet setan mana sih? Kok jadi gila gini? Mama Papa gue udah pandang lo secara positif terus lo pengin bikin mereka ragu gitu aja?" semprot Leiya, berusaha menahan suaranya agar tidak terlalu mengegas dan membuat orang tuanya terbangun.

"Bercanda, Sayang." Kaesar cengar-cengir, sontak menggaruk kulit kepalanya. "Eh, sebenarnya aku datang ke sini pengin ngajak kamu dateng ke acara nikahan Ghisca."

"Sepupu kamu?"

"Iya. Mau, ya? Ah, pasti mau dong, kalau aku dateng ke kondangan bareng cewek lain bisa-bisa kamu nangis kejer tujuh hari tujuh malam, Yang."

"Pede banget anjir." Rasanya Leiya ingin muntah. "Silakan aja cari cewek lain yang nggak kayak gue. Lagian, lo bukan cowok satu-satunya di dunia ini," gumamnya yang menatap Kaesar tanpa kedip.

"Oke, harusnya aku nggak ngomong gitu."

Kaesar angkat tangan. Leiya memanfaatkan situasi itu dengan langsung mendorong punggung Kaesar agar segera keluar dari rumahnya. Bukannya apa-apa, Kaesar ini tipe manusia yang kalau melihat ada sedikit celah kesempatan, maka tak akan disia-siakan, terobos saja pantang mundur.

"Udah ah, sana-sana, jangan main-main dong, please," mohon Leiya misuh-misuh.

"Aku selalu serius kok sama kamu."

"Semua cewek aja kamu seriusin."

Kepalanya tak luput dari toyoran Leiya, si jelmaan banteng berwujud bidadari. Kaesar mengelus kepala Leiya layaknya memperlakukan seekor kucing yang akan mencakar babunya.

"Tidur yang nyenyak ya, nanti kalau kita udah nikah baru deh boleh tidur nggak nyenyak, syarat dan ketentuan berlaku pastinya. Ngerti, kan?"

"Nggak jelas. Ngeselin ah, jangan kayak gitu." Leiya menyingkirkan tangan Kaesar yang sangat betah mengelus kepalanya.

"Jangan dihempas dong, salim dulu nih sama calon suami."

Kaesar mengulurkan telapak tangannya. Meski ogah-ogahan Leiya tetap menuruti permintaan Kaesar.

Tuh kan luluh lagi!

"Punggung tanganku ditempelin di bibir kali, jangan di jidat."

Leiya tidak menurutinya.

"Bodo. Nikahannya Ghisca kapan?"

"Tanggal dua puluh bulan ini, tiga minggu lagi. Temenin ya? Sekalian ketemu keluargaku yang lain."

Leiya mematung.

"Jangan bilang kamu nggak mau, Yang?" tanya Kaesar mengerutkan dahi.

"Mau sih, tapi ...."

***

Dengan menyetujui ajakan Kaesar berarti Leiya harus siap bertemu Tante Santi lagi setelah kejadian memalukan beberapa waktu lalu. Leiya mengutuk dirinya sendiri, mau ditaruh di mana mukanya ini?

"Apa gue nggak usah pergi ya?"

Ditatapnya bayangannya sendiri di balik cermin, riasan sederhana telah menghias wajahnya. Kelihatan cantik dengan rambut yang tetap lurus hingga sebahu. Leiya percaya diri akan hal itu, dia selalu cantik kok.

Barbar Ambyar (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang