Kuberitahu, aku akan menghilang dari peredaran ketika tatanan hidupku sedang tidak beres.
Leiya mangambek lagi. Entah apa pemicunya, Kaesar pusing dengan keadaan sekarang. Wanita itu sama sekali tidak mau bicara.
"Kamu kenapa, Lei? Mama ngomong aneh-aneh pas kalian di dapur?"
"...."
Pertanyaannya hanya disahuti oleh cicit burung. Diabaikan benar-benar tak enak.
"Sayang, ngomong kek. Nggak mungkin kan aku harus berubah jadi dukun dulu baru bisa tahu kenapa kamu bisa nangis."
"Diem deh, suara lo ngeselin." Leiya langsung memalingkan wajah.
Kaesar melongo. "Anjay."
Leiya mendengkus. Kaesar merasa kasihan pada spion mobil yang ditatap sinis oleh Leiya. Benar-benar totalitas kalau ngambek, benda mati saja ikut dimusuhi. Kaesar sengaja menghentikan mobilnya agar mereka bisa mengobrol intens.
"Lo nggak capek apa ngejar-ngejar gue?" beo Leiya, kepalanya terkulai lelah.
"Mau jawaban jujur atau jujur banget?"
Leiya memukul paha Kaesar, tatapan sayunya berubah jadi sebuah pelototan.
"Oke, santai." Kaesar mengangkat kedua tangannya, lalu memperbaiki tatanan rambutnya guna melenyapkan gugup. Dia takut salah bicara. "Jelas capek ngejar-ngejar cewek yang terus tarik-ulur perasaan dan komitmen yang udah aku tawarkan. Kadang aku mikir, tingkahku ini kelihatan cringe nggak ya di mata kamu? Kan aneh banget kalau misalnya udah cepek-capek deketin orang terus ujung-ujungnya malah bikin dia ilfeel. Maju kena mundur kena."
Nggak sama sekali, Kae. Gue justru suka.
Entah mengapa ada kesedihan mendengar penuturan Kaesar. Leiya meloloskan segenggam sesak yang menggumpal di hatinya lewat embusan napas.
"Bilang ya kalau nanti kamu udah capek perjuangin aku, kamu nggak pantes dapatin cewek kayak aku."
Kaesar terlalu baik dan tulus untuk wanita yang bad attitude sepertinya.
Untuk kesekian kalinya, Kaesar kembali merasa salah bicara. Tak peduli dan Kaesar menganggap perkataan Leiya barusan hanya sebatas kumur-kumur belaka. Sudah kepalang cinta, ia telah melangkah sejauh ini, memilih mundur akan jadi opsi tergila yang tidak mungkin ia lakukan.
***
"Gue masih ada kerjaan di kantor, lo nggak mungkin ikut gue, kan?" Mirza menyesap habis kopinya sebelum meninggalkan Leiya di antara teman-temannya.
"Pergi aja, gue masih pengin nongki-nongki dulu, Kak."
"Entar lo balik sama Noval aja, langsung pulang ke rumah lo ya, jangan pakai nginep di rumah orang."
"Cerewet amat sih," cibir Leiya memijit kening.
Mirza berlalu dengan langkah panjangnya hingga tersisa Noval, Daviga, Sakti, dan Leiya satu-satunya perempuaan di meja itu. Mereka memilih spot outhor paling ujung yang merupakan smoking area, membuat Noval dan Saktia dengan santai bisa mengeluarkan asap rokok mereka.
"Bagi satu batang, dong," pinta Leiya, masih mendapati tatapan tak menyangka dari Noval, padahal ini bukan pertama kali Leiya menyicip rasa khas dari gulungan tembakau tersebut di depan mereka. "Jangan kasih tahu Kak Mirza, oke?"
"Insaf, woy! Hati-hati, kalau Mirza tahu lo ngerokok, udah habis lo dicekik." Noval berdecak disertai tawa.
"Nanti hubungin gue aja kalau lo butuh perlindungan dari cekikan Mirza," tawar Sakti. "Eh, Kaesar juga nggak tahu kan lo ngerokok?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Barbar Ambyar (Tamat)
Romance(FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA! BEBERAPA PART DIPRIVATE SECARA ACAK) Ketika Kaesar Wishaka yang ngebet nikah bertemu dengan Leiya Angger yang malas berkomitmen. Start: Februari 2020 End: September 2022