35 | kamu dengan yang lain

3K 403 94
                                    

Multimedia:
Anda - Menghitung Hari 2 (Cover Fourtwnty)

Selamat, sudah menemukan cantikmu yang baru. Semoga dia tidak seperti aku yang pernah menyia-nyiakanmu.

Sisil membawa Leiya keluar dari restoran, diikuti oleh Sherin yang berjalan di belakang mereka.

"Kita makan di tempat lain aja, yuk. Gue udah lapar nih," keluh Sisil setelah sampai di parkiran.

"Kita makan di tempat biasa aja," jawab Sherin.

"Leiya gimana? Kita ditraktir Calista nih."

"Kalian makan berdua aja, gue mau pulang."

"Kok pulang sih?" decak Sisil sebelum lengannya dicubit tajam oleh Sherin.

"Ish, sakit."

"Ya udah, kita antar Leiya dulu baru cari makan. Yuk."

"Nggak usah, Sher, gue dijemput sama Kakak gue kok. Kalian berangkat aja sana."

"Beneran? Kapan lo minta dijemput? Perasaan, dari tadi lo nggak main handphone. Handphone lo kan rusak?" Sisil memicing heran dengan tangan bertolak pinggang.

"Udah sana, kalian pergi aja."

"Ya udah, kalau ada apa-apa telepon kita aja." Sisil melangkah menuju mobil Sherin tetapi kemudian memutar badan dengan cepat. Sisil penasaran dengan satu hal dan merasa harus segera mengetahui jawabannya. "Lei, yang tadi itu mantan lo, ya?"

Leiya menggeleng. "Bukan siapa-siapa."

"Hah? Terus kenapa lo ngegampar dia? Lo di PHP-in beneran?"

Leiya membuang napas keras. "Kepo." Leiya segera mengibaskan tangan agar Sherin dan Sisil segera pergi. Leiya butuh ruang sendiri.

Sepeninggal kedua temannya, Leiya berjalan keluar dari area parkiran Skyra Resto. Langkahnya yang penuh hampa berhenti di atas  trotoar. Sebuah kenyataan menyakitkan sebab ia tak hanya memalukan dirinya sendiri, melainkan juga telah menginjak-injak harga diri Kaesar di depan banyak orang. Leiya yakin, Kaesar pasti sudah sangat membencinya.

Gue harus gimana?

Satu bisikan dalam kepalanya memerintahkan sisi baiknya untuk segera meminta maaf kepada Kaesar. Namun, Leiya merasa tidak punya muka lagi untuk menemui lelaki tersebut, tersisa penyesalan dalam batinnya.

Leiya menoleh kiri-kanan dengan harapan segera menemukan taksi atau tukang ojek yang mungkin bisa mengantarnya ke tempat yang bisa menghilangkan segala beban pikirannya saat ini. Keadaan akan lebih mudah andai ia tak terlalu bodoh melempar ponselnya ke lantai, pernyataannya tentang "akan dijemput kakaknya" hanyalah bualan semata guna Sherin dan Sisil tidak memaksanya pulang bersama. Faktanya, Leiya malu telah melakukan tindakan bodoh di depan teman-temannya.

Belum ada satu pun taksi yang melewati Leiya, hanya ada beberapa tukang ojek, itu pun tengah membawa penumpang. Naik angkot? Ah, Leiya malas mendengar jedag-jedug dangdut yang biasa ada di angkot, bisa-bisa membuat sakit kepala.

Lelah berdiri terlalu lama, Leiya memutuskan untuk berjongkok saja. Sebisa mungkin dia menutupi setengah pahanya yang terpampang lebar menggunakan sling bag.

Leiya menoleh kala mendengar suara mesin mobil dari arah pintu keluar Skyra Resto. Suara itu begitu akrab di telinganya. Leiya menatap nanar mobil yang baru saja melewatinya. Dadanya dihantam nyeri yang tak berkesudahan. Selain suara mesin dari mobil itu, Leiya juga hapal luar kepala nomor plat mobil tersebut. Leiya merasa telah ditampar habis-habisan oleh semesta. Apakah ini balasan dari perlakuannya?

Barbar Ambyar (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang