Entah sudah berapa kali Kaesar melanggar janji mama Leiya. Setelah pertemuan beberapa waktu lalu, mereka jadi sering bertemu diam-diam. Kaesar merasa tak ubahnya seperti pria cetek mental yang beraninya hanya menjemput wanita di depan gang. Status pengangguran Leiya semakin menyulitkan keduanya untuk bertemu, Leiya jadi sering menjadikan orang-orang sekitarnya sebagai alasan keluar rumah, pihak yang paling tidak terima namanya dibawa-bawa adalah Mirza.
"Kamu izin gimana ke Tante Ana biar dibiarin pergi?"
Saat ini keduanya sedang ada di Puncak Bogor, mereka tiba siang tadi. Leiya memakan bakso pesanannya dengan nikmat.
"Izin pakai nama Sherin. Kalau kamu gimana? Bohong juga nggak?"
Kaesar menelan baksonya dengan seret, sedikit merasa bersalah juga kepada sang ibu. "Jujur sih, cuma aku bilangnya kita nggak cuma berdua."
Leiya melotot. "Terus Tante Santi bilang apa?"
"Mama bilang jangan sampai aku ngerusakin anak orang, Mama takut kalau entar tiba-tiba dikasih cucu. Ngeri katanya."
"Nah, betul tuh. Kamu jangan sampai sentuh-sentuh aku." Leiya menodongkan ujung garpu ke depan muka Kaesar. Pria itu tersenyum menggoda.
"Iya iya, aku usahakan."
"Jangan iya-iya aja."
Setelah makan, mereka berpindah ke kafe yang berhadapan langsung dengan pemandangan hijau dari atas puncak. Mereka mengambil banyak gambar bersama, lebih tepatnya lebih banyak foto Leiya sendiri, galeri di ponsel Kaesar seketika dipenuhi wajah Leiya semua.
"Capek juga, ya?" Badan Kaesar terasa remuk. Mereka memang belum sempat istirahat sejak perjalanan dari Jakarta. Kaesar merebahkan badan di ranjang yang terpisah dengan Leiya, lebih tepatnya ada dua ranjang di kamar penginapan tersebut.
"Capek tapi seru." Leiya malah duduk di samping Kaesar. "Aku pijitin, mau?"
"Hm?" Kaesar mengangkat wajah untuk menatap Leiya, raut mengantuk terlihat jelas pada Kaesar. "Emang kamu nggak ngantuk? Mending tidur aja dulu, Sayang." Kaesar menunjuk ke tempat tidur sebelah yang masih kosong.
"Entar aja. Pinjam handphone kamu boleh?"
"Tuh di meja," jawab Kaesar tanpa membuka mata.
Leiya langsung meraih ponsel Kaesar yang tak jauh dari jangkauannya.
"Password-nya apa?"
"Tanggal lahir kamu."
"Lah?"
Kaesar tak menjawab lagi.
Leiya menoleh pada Kaesar yang ternyata sudah terpejam, tangannya yang hendak menepuk pipi Kaesar pun tertahan dan berakhir merasa tekstur wajah pria tersebut.
"Sok ganteng." Leiya memeletkan lidah, kemudian tersenyum jahil. Senyum itu hilang kala Leiya tak sengaja membaca pesan yang baru masuk dari mama Kaesar.
Mama:
Jangan sampai kalian melakukan yang enggak-enggak cuma untuk mendapatkan restu. Mama nggak mau dengar kamu ngerusak anak orang.
Leiya melirik Kaesar. Pasti ada banyak beban yang Kaesar pikul akhir-akhir ini.
"Kae." Wanita tersebut mencari posisi nyaman di sebelah Kaesar. Leiya tak henti-hentinya memandangi Kaesar yang sama sekali tidak terganggu dengan pergerakannya. Leiya memeluk erat pinggang pria itu sebelum menarik diri. Tangannya terulur ke kening Kaesar untuk meraba lengkungan alis di sana. Leiya semakin mendekatkan diri ke sisi Kaesar.
"Ya udahlah."
Pesan peringatan dari Tante Santi malah Leiya anggap jadi ide brilian yang mungkin bisa membantu Kaesar. Leiya bangun untuk menanggalkan sweater yang melekat di tubuhnya, menyisakan tank top hitam yang memperlihatkan jelas lekuk tubuh. Setelah itu, Leiya kembali berbaring dan menjadikan lengan Kaesar sebagai bantal. Hal itu membuat Leiya dengan mudah memeluk erat Kaesar, kepalanya bahkan berhadapan langsung dengan leher Kaesar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barbar Ambyar (Tamat)
Romance(FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA! BEBERAPA PART DIPRIVATE SECARA ACAK) Ketika Kaesar Wishaka yang ngebet nikah bertemu dengan Leiya Angger yang malas berkomitmen. Start: Februari 2020 End: September 2022