3 | berjalan di bawah bayangan

6.9K 748 47
                                    

Multimedia:
Ada Band ft. Gita Gutawa - Yang Terbaik Bagimu

Berlari di bawah bayang-bayangnya membuatku merasa tak berarti, semua orang hanya melihat ke arahnya.

Seluruh murid di kelas itu berkumpul di sisi belakang ruangan, membiarkan para wali atau orang tua mereka duduk di bangku yang ada. Kala itu, beragam ekspresi tampak dari wajah anak kelas 7.C SMP Karsa Khatulistiwa. Sebagian besar merasa tegang menunggu hasil belajar selama semester genap ini.

"Aku penasaran banget tahu, semester ini masuk sepuluh besar nggak, ya?" tanya remaja perempuan bernama Rachel.

Angel menahan napas. "Mami papi bilang, aku harus masuk lima besar. Kalau nggak, nanti kami nggak akan liburan tahun baru di Singapore. Huaa! Gimana nih? Aku, kan, dua kali ikut Leiya bolos."

"Kamu sih, udah dibilangin jangan temanan sama dia. Lihat tuh, Tania aja ikutan jadi anak nakal gara-gara main sama Leiya. Ke sekolah masa bawa make up mamanya," cibir Cindy.

"Aku nggak nyangka Leiya saudaraan sama Kak Ayu, kakaknya bisa ranking paralel tapi kok dianya dapet nilai delapan lima aja nggak pernah. Heran, padahal Leiya juga rutin ikut bimbel."

Di sudut kelas, orang yang mereka bicarakan menyilangkan tangan di dada, santai saja dan pura-pura tidak mendengar cemoohan teman sekelasnya. Kalau bisa, Leiya ingin pindah sekolah. Guru-guru yang banyak menuntut, teman-teman yang mayoritas sangat ambisius mengejar nilai sempurna, Leiya tidak suka. Sekolah ini terlalu bagus untuk murid pemalas sepertinya.

"Sekalipun nggak satu sekolah sama Ayu, aku tetep bisa hidup kok. Mama lebay banget. Dijagain nggak, yang ada aku malah di-bully sama yang lain," gumamnya jutek, tetapi tersirat kesedihan.

Satu per satu nama siswa kelas 7.C disebut untuk pembagian rapor kenaikan kelas.

"Leiya Angger Elsafa?"

Ibu Dinda, Wali kelasnya, tampak mencari-cari keberadaan seseorang.

"Leiya, orang tua kamu kenapa nggak dateng?"

Sungguh, Leiya tak suka pertanyaan menyudutkan barusan. Dengan berat hati ia menjawab, "Papa aku lagi keluar kota, Bu."

"Mama kamu?"

"Mama ngambilin rapor kakak aku di kelas 8.A."

"Oh iya, kakak kamu Melayu Isvara Annar, kan? Dia dapet ranking paralel pertama lagi, loh, di angkatannya. Kakak kamu hebat, udah menang banyak lomba lagi."

Leiya mengangguk tanpa senyum. Tentu saja, mama papanya sangat mendukung Ayu di segala bidang lomba, baik itu mewakili nama sekolah maupun di luar sekolah.

"Ya udah, nanti suruh mama kamu ketemu Ibu kalau mau ambil rapor kamu," lanjut Ibu Dinda.

Bukan pertama kali Leiya mendengar sanjungan untuk kakaknya, Princess Melayu memanglah kebanggaan semua orang, kesayangan mama papa, oma Tita dan opa Burhan, serta semua tante dan paman setiap ada pertemuan keluarga.

***

Beberapa jam setelah Mirza menjemputnya di kosan, Leiya kembali harus merepotkan kakak sepupunya itu dengan mengungsi di rumahnya. Ups, maksudnya di rumah orang tua Mirza alias rumah saudara perempuan papanya.

Barbar Ambyar (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang