Ber-uwu ria denganmu membuatku lupa satu hal: tenyata status kita masih terombang-ambing seperti perahu kertas. Yang mudah hancur diterjang derasnya air, mudah hanyut dibawa arus, dan mungkin tak bertahan lama.
Mereka berkencan. Ya, kencan. Jalan bersama menyusuri indahnya kelap-kelip cahaya malam Ibu Kota yang ramai dengan sahutan klakson kendaraan, si pemicu utama macet tak berujung.
Kebetulan, Kaesar sudah memarkirkan mobilnya, jadi mereka berdua bisa dengan bebas berjalan melewati trotoar yang ramai akan pejalan kaki. Jakarta memang gila, mau malam apa saja tetap ramai, tidak hanya malam Minggu.
"Please deh, Kae, tangannya tolong dikondisikan." Leiya melirik bahunya, tempat di mana Kesar menyampirkan lengan. Leiya berdecak. "Pakai usap-usap segala lagi."
Selalu begini. Setiap mereka jalan bersama, entah kenapa Kaesar selalu berubah jadi monyet super menyebalkan yang ingin Leiya ikat tangannya (catat, baru akan Leiya ikat jika monyet itu adalah wujud siluman Kaesar), gelendotan terus.
"Sakittt, Lei!"
Kaesar menjerit saat Leiya mencubit pinggangnya.
"Siapa suruh pegang-pegang segala." Leiya bersungut dan melipat tangan di dada.
"Hm, pegang-pegang." Kaesar termenung memikirkan ucapan Leiya. "Otak aku nge-artiinnya lain loh, Lei. Pegang-pegang... itu?"
Tatapan Leiya seakan memakannya habis-habisan kala ia menunjuk dada wanita itu. Ingat ya, menunjuk bukan berarti menyentuh. Ah, tetapi pikiran Kaesar sudah jauh berkelana ke mahligai ketujuh, yang indah dan sangat nikmat. Kaesar jadi pusing.
"Lo emang minta dibunuh, ya!"
Tentu saja lengan Kaesar kembali tak luput dari cubitan buas Leiya. Bayangkan saja, dia hanya memakai kaos lengan pendek, cara Leiya mencubit juga sangat tipis-tipis. Pedis-pedis menggoda. Apa tidak bolong lengannya jika dicubit seperti itu? Gila, seram amat ya calon jodohnya.
Kaesar mengelus bekas cubitan Leiya, memerah. Tidak apa-apa, lebih merah lagi cintanya ke Leiya. Kaesar punya jurus jitu, kunci menaklukkan suasana perang adalah tenang. Kalau Leiya jadi api, maka Kaesar siap jadi air untuk menyiram amarah Leiya sekaligus menyiram bibit cintanya kepada wanita itu agar perasaanya abadi dan tak lekang oleh waktu serta ego.
"Sakit banget, ya?" tanya Leiya mengernyit saat melihat bekas kekejamannya. "Sampai terkelupas kulit lo."
"Balik lo-gue lagi, nih?" Kaesar berdecak.
Leiya tak memedulikan perkataan Kaesar dan justru menarik cowok itu menuju kursi yang ada di trotoar jalan.
"Mau ngapain?"
Kaesar kebingungan. Leiya mengajaknya pacaran di pinggir jalan, begitu?
"Mau ngobatin luka lo."
Tangannya digenggam erat oleh Leiya, kening cewek itu berkerut membuat Kaesar semakin gemas. Ekspresinya minta dihalalin banget.
"Obatin pake apa emang?"
"Pake ini." Leiya menunduk hingga wajahnya hanya beberapa meter dari lengan Kaesar, cowok itu langsung senewen dibuatnya.
"Lei."
Kaesar menelan ludah, lehernya kering.
Leiya meniup pelan bekas cubitannya di lengan Kaesar. Tiga kali. Dan sukses membuat Kaesar panas. Tolong siram badannya sekarang dengan air dingin!
"Aku udah laper, Kae, cari makan, yuk?"
"Sama, aku juga laper. Yuk."
Padahal Kaesar lapar yang lain. Ini yang membuat Kaesar ingin cepat-cepat menikah, tersiksa batin. Kadang Kaesar iri pada Nevan yang sudah punya istri, ada yang mengurus secara batin dan lahiriah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barbar Ambyar (Tamat)
Romance(FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA! BEBERAPA PART DIPRIVATE SECARA ACAK) Ketika Kaesar Wishaka yang ngebet nikah bertemu dengan Leiya Angger yang malas berkomitmen. Start: Februari 2020 End: September 2022