❄
Lalisa Manoban🌸Sebagian orang di dunia ini sangat tergila-gila oleh kemewahan. Mereka rela melakukan apa saja demi kehidupan yang begitu singkat.
Jika dibicarakan, sepertinya ini hanya sebuah ilustrasi dari kata “Ambisi”.
Setiap hari dari waktu yang dunia berikan terasa tidak cukup bagi mereka untuk bekerja, bekerja, dan bekerja. Dan aku termasuk ke dalamnya.
Aku bekerja hanya untuk kehidupan sehari-hariku yang tampak tidak seberuntung orang lain. Aku tidak begitu tertarik dengan kemewahan, namun tetap saja aku harus memiliki pekerjaan untuk mencukupi biaya kuliahku hingga aku wisuda nanti.
Sebuah cafe besar menjadi tempatku mencari penghasilan. Aku bekerja sebagai pelayan paruh waktu. Karena waktu bekerjaku dimulai ketika aku pulang kuliah.
Aku dilahirkan sebagai wanita, namun secara biologis segala vitalku terbentuk pria. Aneh bukan? Tapi aku tidak peduli akan itu. Aku hanya akan menikmati sisa hidupku yang apa adanya ini.
🌸🌸🌸
Jennie Rubyjane Kim🌼
Waktu begitu tidak adil, mereka memaksaku untuk terus menggeluti dunia ini. Aku ingin segera selesai! Jiwaku sudah lelah.
Seandainya aku tidak ditunjuk sebagai CEO oleh ayahku, mungkin aku tidak akan sesibuk ini.
Hari-hariku hanya berada di kantor, hampir setiap hari. Dan aku sudah pasrah akan ini.
Pulang malam, tanpa liburan, tidak punya banyak teman, apalagi waktu di luar, dan tentu saja dengan lingkungan yang sangat membosankan.
Aku merasa muak, sangat membosankan, tapi tetap saja aku dituntut untuk melakukan ini, karena ayahku sudah cukup tua untuk mengurus perusahaan, beberapa pimpinan tertinggi di perusahaan kami menunjuknya untuk pensiun di usianya yang menginjak 65 tahun.
Jika aku bukan putri satu-satunya yang ayah punya, mungkin aku akan menolak permintaan ayahku yang satu ini.
Tapi sayang sekali itu semua hanya ilusiku, karena pada kenyataannya aku adalah satu-satunya andalan ayah. Ya, yang bisa ayah percaya sepenuhnya hanyalah padaku, putri kandungnya sendiri.
Semenjak ibu meninggalkan kami, ayah menjadi sering sakit-sakitan. Maka dari itu ayah menunjukku sebagai penggantinya di perusahaan ini tanpa persetujuan dari siapa pun.
Usiaku sudah hampir menginjak 26 tahun, namun aku masih seorang gadis.
Semenjak kuliahku selesai dan ayah mengirimku ke perusahaan ini, aku sudah tidak tertarik dengan hal yang kebanyakan orang-orang kagumi juga rasakan, yaitu cinta.
Saking tidak bisa percayanya aku pada orang lain, banyak dari lelaki yang memang mengejarku, tapi aku merasa mereka hanya ingin mengincar posisiku. Jadi aku memutuskan untuk tidak pernah percaya lagi pada laki-laki mana pun. Atau mungkin bisa dibilang mati rasa terhadap cinta?
Tapi entahlah, sampai detik ini masih belum ada orang yang berhasil untuk menggetarkan hatiku.
Aku hanya seorang wanita yang tidak memiliki kekasih. Sehingga ke mana pun aku pergi aku selalu sendiri, tapi ayahku menyebut itu adalah mandiri.
🌼🌼🌼
❄❄❄
To Be Continue...
❄🧸❄
Thankyou for reading, especially for Voting !!!
Sorry for typo🧘🏻
See u 🧸💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Séduisante ☆
Teen Fiction[18+] "Jika sebuah pertolongan hanya membuat orang lain menerima ucapan terima kasih, lain lagi denganku, orang itu memberiku sebuah rasa." - Lalisa M. "Masa depan akan selalu jadi kejutan, jangan terlalu dipikirkan, tugas kita sebagai manusia hany...