17. Dix-Sept

6.6K 596 53
                                    

Ambil baiknya, buang buruknya !!!

Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸

Keep VOTING !!!

--------------------------------------------------------------

Hari ini waktunya bagi Jennie untuk pulang ke rumah ayahnya. Untuk sementara waktu, sebelum Lisa memperistrinya, ia tetap akan pulang ke rumah ayahnya.

Lisa enggan Jennie tinggal, mereka berpisah di kantor ketika Jennie berpamitan untuk pulang melalui telepon genggam.

Dengan terpaksa Lisa membiarkan Jennie untuk pulang ke rumah ayahnya, karena dia tidak mungkin egois, apalagi hubungannya masih sebatas berkencan.

Lisa pulang sendiri menggunakan mobilnya. Jalanan yang begitu sepi membuatnya sedikit melamun karena ia mengingat Jennie yang biasa tertawa di sampingnya.

"Tidak apa Lisa, its oke, hanya satu malam saja, setelah itu Jennie akan pulang" dia berbicara sendiri sambil menyetir.

Tanpa sadar rambu sedang merah dan ia hampir menabrak seorang pejalan kaki yang hendak menyebrang di lampu merah.

"Aish! Kamjagiya"

Mobilnya mengerem tiba-tiba dan orang itu terjatuh di depan mobil Lisa. Ia segera turun untuk memastikan korbannya tidak kenapa-kenapa.

"Ahh.. Sorry. Kau tidak apa-apa?" tanya Lisa yang masih berdiri, ia melihat ke lutut orang itu.

"Ah.. Tidak, maaf karena aku melamun ketika menyebrang" orang itu hendak berdiri namun lututnya terasa sakit, hingga Lisa membantunya untuk berdiri.

"Maaf, aku yang melamun ketika menyetir. Aku melupakan bahwa lampunya sedang merah"

"Tidak apa-apa sungguh" seorang wanita itu mulai berjalan tapi Lisa begitu tidak tega melihatnya.

"Euh.. Kau bisa masuk ke mobilku, aku akan mengantarmu pulang. Bagaimana pun ini kesalahanku" Lisa merasa bersalah sehingga ia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.

"Tidak, eonni, terima kasih" gadis itu melonak.

"Kalau begitu aku akan membawamu ke apotek untuk membeli obat. Tolong terima bantuanku karena aku merasa bersalah padamu" Lisa semakin merasa bersalah karena gadis itu tetap menolaknya.

"Hm.. Baiklah" akhirnya gadis itu menerima bantuan Lisa dan masuk ke dalam mobilnya.

Lisa mulai berkendara untuk mencari apotek terdekat. Sementara gadis itu hanya menunduk dan merasa tidak enak.

"Euh.." Lisa hendak membuka percakapan namun tidak jadi , ia mengingat Jennie lalu menggelengkan kepalanya.

Bagai ujian yang menerpanya, gadis yang Lisa hadapi begitu cantik dan rupawan. Wajahnya simetris dengan bibir mungil dan mata indah yang tegas, hidungnya mancung melebihi mancung hidung Lisa sendiri. Perawakannya sangat ideal, sempurna dan melebihi tingginya, sekitar beda 2 centi.

Bukan hanya cantik dan anggun namun gadis itu enggan untuk tertarik kepada Lisa, berbeda dengan wanita-wanita lain yang sering keganjenan, justru gadis yang Lisa hadapi kali ini berbeda. Ia anggun, bahkan tidak berani untuk duduk relaks di kursi nyaman yang biasa Jennie tempati.

Séduisante ☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang