Jelita menelan sarapannya dengan kedua mata masih setengah menutup. Semalam dia begadang untuk mengedit foto yang harus dikirim ke kliennya pagi tadi. Kakak perempuan satu-satunya, Saniaㅡatau yang dia panggil Teh Niaㅡsudah cantik dalam balutan pakaian yang cukup formal.
Pemandangan yang cukup ganjil mengingat pekerjaan Sania bukanlah pekerjaan yang menuntut untuk berpakaian formal. Tapi meski begitu, Nia tetap saja tampak menawan karena pada dasarnya Jelita mengakui bahwa kakaknya itu memang cantik.
"Mau ketemu siapa sih ? Tumben rapi banget..."
"Nah, gue juga mikirnya terlalu formal..." ucap Nia sambil berjalan menuju kamarnya. Lalu membuka lemari dan memilih baju kembali.
"Eungg...nggak juga sih, kalo rambutnya digerai..."
Nia terdiam sejenak, lalu mengikuti perkataan Jelita. Saat gugup Sania memang cenderung mengikuti semua perkataan orang yang ditanyainya.
"Oh iya, Ta. Jangan lupa minggu depan loh ya..." ucap Nia.
Jelita mengangguk. Nia sudah meminta sejak jauh-jauh hari supaya Jelita menyisihkan waktu untuk membantu exhibition yang diselenggarakan oleh teman Nia.
"Iya, Teteh udah ngomong berkali-kali. Lagian mana mungkin lupa kalo yang minta Kak Al sendiri.." ucap Jelita.
Nia tertawa singkat. Teman Nia yang dimaksud adalah Geraldo Dominic, seorang musisi yang lebih dikenal dengan nama Nic. Ya, title seorang 'teman' menurut Jelita kurang tepat, karena dia tahu benar bagaimana hubungan kakaknya dengan Geraldo Dominic yang lebih dari sekedar teman.
"Lo mau pergi hari ini ?" tanya Nia.
"Enggak, klien cuma minta softfile, nggak minta cetak. Biasanya Sabtu gini pasti ada kampus yang lagi wisuda sih, kata temen gue lumayan sehari bisa dapet dua juta lebihㅡ"
"Jangan terlalu maksain diri, elo tahu kan Bunda suka khawatir..."
Jelita mengangguk. Dia menganggap perkataan Nia itu lucu. Kakaknya itu suka sekali mengingatkan dirinya untuk tidak terlalu sibuk bekerja saat dirinya sendiri kesana kemari menerima semua job sebagai foto model.
---
Bagas melangkahkan kakinya memasuki sebuah co-working space yang cukup ramai. Beberapa orang sibuk mondar-mandir memindahkan barang-barang. Entah itu lukisan atau berbentuk karya instalasi seni lainnya. Bagas tidak begitu paham, karena dia bukan penggila benda-benda seni seperti pemilik tempat yang sedang dia kunjungi saat ini.
"Bang Nic !"
Nic yang sebelumnya sedang serius memeriksa contoh katalog yang dibawa asistennya, langsung melunak saat melihat siapa yang telah memanggilnya. Bagas, juniornya yang punya suara serak itu tersenyum dengan kedua mata sipit tinggal segaris.
"Kayaknya udah siap nih buat launching besok?" ucap Bagas asalㅡpadahal jelas suasana di sekitarnya masih amat sangat berantakan.
"Siapa apanya...masih banyak yang harus dibenahi" ucap Nic gusar. "Elo sendirian aja ? Tumben, biasanya sama kembaran lo."
Bagas mengangguk sekilas, "Biasa, lagi sibuk kelonan sama cewek barunya.. "
Nic tertawa, "Jeles lo ya. Makanya cari cewek sana buat diajak kawin."
KAMU SEDANG MEMBACA
recycleーbin 🔄
Historia Cortawrite something unfinished is such a pleasure, for me. + ini work selingan paling selingan jadi jangan ditunggu update nya oke sip 👌 started : 4 Juni 2018 ©fyeahfriday | 2018