to the boy i've loved before ; namtae

615 52 11
                                    

teruntuk elo,

yang lima tahun lalu, saat pergantian tahun seperti iniㅡnanya lewat chatㅡngerayain kemana?

yang lalu gue balas dengan naifnyaㅡgak ngerayain,

terus elo bales lagiㅡayah masih gak suka anak gadisnya kelayapan malem ya?

kala itu, gue nggak tahu apa gue harus merasa malu karena resiko jadi anak rumahan yang tiap keluar kudu ditanyain ini itu.

mungkin kalo orang lain gue bakal malu atau bisa aja tersinggung. tapi karena itu elo yang nanya rasanya jadi jauh berbeda.

anehnya, gue justru merasa diperhatikan.

bodoh ya? kata orang-orang gue pasti cuma baper.

nah emangnya gue nggak boleh baper? kan gue baper sendirian. gue nggak minta elo tanggung jawab kok.

walau perlahan pada akhirnya perasaan itu semakin kuat. semakin bikin gue menuntut melakukan hal-hal yang selama ini gue takuti.

bagus, elo bikin gue berani mengambil langkah gamblingㅡhanya karena gue punya harapan di akhirnya gue mungkin bisa denger suara elo.

atau minimal gue bisa liat eksistensi lo. walau itu cuma sekilas lewat aja.

gue tahu kok. sangat tahu. seorang introvert seperti gue yang mengincar seseorang dengan berjiwa bebas seperti elo adalah kemustahilan yang selayaknya gue amini diam-diam.

gue selalu berpikirㅡgak papa selama gue masih bisa liat elo seperti apa yang gue harapkan. lain-lainnya gue akan menutup mata.

walau asap rokok, tanpa keyakinan akan tuhan, dan sebentuk tatto di balik rambut gondrong elo adalah tiga hal yang masih tidak bisa gue pahamin sampai gue mengenal elo.

elo tahu, elo adalah pengecualian. tanpa perlu penjelasan, tanpa tanya.

kalo lo pernah merasa buruk dan dunia begitu suck, ingatlah setidaknya ada satu orang di dunia ini nggak akan pernah bosan untuk menerima lo tanpa tanya.

nggak peduli orang lain anggep lo seaneh apa, bagi gue lo tetep elo yang sama. elo yang sejak pertama kali nyapa gue dengan wajah datar loㅡbikin otak gue blank.

gue sering bertanya sama tuhan. kenapa dia ngirim elo buat gue perhatikan sebegininya. dan kenapa gue bisa begitu pengecut dalam harapan-harapan liar gue.

dan bahkan sampai sekarang pun gue nggak tahu. belum tahu. entahlah.

sejak lo memutuskan mengejar kebebasan yang selama ini elo junjung tinggi, gue semakin tidak punya keberanian. jarak itu diperjelas oleh realita bahwa pada intinya gue cuma salah satu dari orang yang lewat di hidup lo.

.

.

gue dulu pernah berjanji, someday i'll write about you. but first i must to cope my feelings.

and this is the unsent letter to you.

sincerely, wendy.

.

.

[wrote 1 january 2019]
[published 13 january 2019]

a./n.

mon maap, bagi saya walau udah mantan gimana, kalo winvelvetㅡwendy ya jatahnya namtae. ehe.

recycleーbin 🔄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang