「kejutan di hari jumat ; (c-cut)

172 6 0
                                    

"Jam 11 ya, jangan sampe lupa."

Lea mengangguk pelan. Fokusnya sama sekali nggak beralih dari laptopnya. Bukannya dia nggak memperhatikan Mbak Esnaㅡmanajernya yang sejak tadi menjelaskan jadwalnya untuk besok yang memang cukup padat. Sejak pagi ada pemotretan dan interview untuk sebuah brand fashion, meeting endorsement, dan pembacaan naskah pertama.

Hanya aja memang Lea jika bersama dengan orang-orang terdekatnya sudah terbiasa multitasking.

"Udah dibaca kan tapi script-nya ?"

Lea bergumam pelan, "Di email kan ?"

Esna melotot sejenak, walaupun ujung-ujungnya menelan kembali ludahnya supaya tidak terpancing emosi.

"Lea,"

"Iya-iya maaf. Belom sempetㅡ" ucap Lea cepat sambil tersenyum tipis. Esna menghela nafas.

"ㅡlagian kan aku juga cuma butuh hadir sampe mereka selesai deal sama Maura Aruan."

Esna memicingkan kedua matanya. Sebagai manajer yang paling lama mendampingi Lea, sebenarnya perempuan bertubuh mungil dengan paras terlampau imut untuk umurnya yang hampir 25 tahun ituㅡbukanlah seorang yang sulit diatur.

Lea punya banyak bakat, supel, dan cepat beradaptasi. Lea tahu benar bagaimana industri hiburan bekerja. Lea tahu bagaimana menempatkan diri sebagai public figure. Terlihat bagaimana karirnya yang dimulai sejak remajaㅡtidak pernah sekalipun mendapat skandal. Karirnya makin menanjak dan meluas. Meski tetap saja kesuksesan tersebut tidak menjamin seratus persen kehidupannya tidak terusik oleh haters yang entah selalu saja punya cara dan alasan untuk menjelek-jelekkan Lea.

"Leeeeㅡ" panggil Esna gemas. "Kenapa skeptis gitu sih ?"

Lea tersenyum kecut. Esna pahamㅡsangat paham, karena memang sejak awal Lea tidak terlalu antusias saat diberitahu ada tawaran sebuah peran kecil dalam film musikal. Sebenarnya bukan karena kecilnya peran tersebut.

Pada dasarnyaㅡLea tidak tertarik berakting. Tidak lagi semenjak lima tahun terakhir ini. Padahal nama Lea dulu awalnya dikenal karena berhasil membintangi beberapa judul webseries remaja, sebelum akhirnya banyak membintangi iklan dan tertarik dalam bidang fashion.

"Ini film garapan Angga Dwi Putra. Kamu pasti tahu, dia tuh ㅡ"

Lea mengangguk sambil memotong perkataan Esna, "Picky banget."

"Nah itu kamu tahu. Dia nggak mungkin milih kamu sebagai salah satu opsi kalau dia nggak lihat potensi kamu." ucap Esna. "Lagian Mbak yakin, kamu punya nilai plus daripada si Maura. Ini film musikal, kemampuan nyanyi kamu tuh lebih bagusㅡ"

Lea hanya memutar bola matanya. Sama sekali tidak mengartikan ucapan Esna sebagai sebuah pujian. Karena memang menyanyi adalah hal kedua setelah berakting yang tidak terlalu diakui Lea.

"Mbak Esna nanti ikut kan tapi ?"

"Ikut apa ?"

Lea menatap tajam Esna. Esna tertawa sejenak melihat wajah panik Lea yang sengaja ditutupi dengan pandangan tajam khas-nya. Esna paham benar, Lea punya bawaan berubah mengintimidasi jika sedang panik. Mungkin orang lain tahunya Lea sedang marah jika orang lain tidak menepati janjinya, tapi Esna tahu sebenarnya Lea seperti itu untuk menutupi perasaan insecurenya.

Terlebih ini adalah pekerjaan yang berhubungan dengan berakting dan bernyanyi.

"Lho bener kan pertanyaan Mbak. Besok itu jadwal kamu ada banyak."

"Mbaaak ih."

Esna mengusap kepala Lea gemas. "Mbak temenin. Orang Focaline juga katanya ada yang mau dibahas sama Mbak. Kalo diliat-liat sih kayaknya mereka sreg sama kamuㅡ"

recycleーbin 🔄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang