Ruang Meeting, Foklore"ㅡkalau keputusan dari Pak Angga, pasti ngikutin pilihannya Mas Ardanㅡ"
"Jadi kapan bisa dipastikan dari yang bersangkutan ?"
"Ini kita masih proses seleksi karena kemarin masih ada bentrok dengan beberapa pemainㅡ"
"Ini bukan proyek main-main ya. Budget besar sudah kami acc. Kalau nggak sesuai timelineㅡ"
Suasana rapat yang sudah berjalan sejak dua jam yang lalu itu tidak kunjung memperlihatkan titik temu. Pada dasarnya, mempertemukan dua kubu dengan beda kutubㅡkepentingan bisnis dan kepentingan seniㅡmemang tak pernah mudah. Meski sudah menjadi pekerjaan sehari-hariㅡtapi bisa dibilang untuk proyek kali iniㅡDion akui memang cukup alot.
Dionㅡyang notabene Produser dalam proyek yang sedang dibahas ini sejak awal tak banyak bicara. Feelingnya mengatakan rapat hanya akan berakhir normatifㅡkarena sang Sutradara dan Asistennya tidak bisa hadir.
"Mas Dionㅡ"
Tiba-tiba Harisㅡyang sejak lima menit tadi sibuk menerima telpon di luarㅡkembali dengan wajah serius.
"ㅡada masalahㅡ"
Dion menoleh, "Kenapa ?"
"Mbak Levi, Masㅡ"
Ekspresi wajah Dion langsung tegang begitu Haris memberitahunya bahwa istrinya itu sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.
.
.
.
Mobil berhenti tepat di depan rumah. Levi langsung masuk kamar, sementara Dion masih berkutat dengan hapenya lewat Airpod sejak sepanjang perjalanan tadi. Memilih mengantar pulang Levi, membuat Dion harus mengikuti meeting secara online.
Tidak ada interaksi antara keduanya setelah kejadian Levi bertengkar dengan orang lain hingga sampai ke telinga Dion lewat laporan Haris. Levi tidak mengatakan apa-apa semenjak Dion tadi menjemputnya. Dion bukannya mendiamkan Levi, tapi memang situasinya masih tidak memungkinkan baginya untuk mengajak bicara Levi. Dion yakin Levi juga tidak mau memperbesar masalah tadi.
Setalah menyelesaikan beberapa urusan yang tertunda, Dion masuk ke kamar dan bersih-bersih. Lalu mencari Levi, di ruangan lainnya karena tidak seperti biasanya ruang samping wardrobe tempat Levi biasanya menghabiskan waktu terlihat kosong. Hanya ada beberapa kotak perkakas-nya yang tampak berantakan.
"Mbok, Levi dimana ?"
Pada akhirnya Dion bertanya ke Si Mbok yang sedang memasak di dapur.
"Bukannya pergi Pakㅡ"
"Pergi kemana ?"
Ekspresi Dion langsung mengeras.
"Maksudnya hari ini kan katanya mau ketemu klien penting. Makanya saya disuruh Mbak Levi sekalian masak makan malamㅡ"
"Barusan Levi pulang sama saya Mbokㅡ"
Ucapan Dion terhenti begitu kedua netranya menangkap sosok Levi sedang berada di balkon atas taman belakang. Dengan sigap Dion menyusul Levi.
"Levㅡ"
Kalimat Dion membuat tubuh Levi bergerak kecil. Entah kaget atau konsentrasinya saat melakukan sesuatu itu terganggu dengan ucapan Dion. Dion sendiri tidak tahu apa yang dilakukan Levi, karena posisi perempuan itu yang membelakangi Dion.
"Panas. Duduk dalem aja,ㅡ" ucap Dion. Tapi Levi tak memberikan respon apapun bahkan menoleh saja tidak.
"Levㅡ"
Dion mendekati Levi untuk menarik tangannya, tapi Levi terlebih dahulu melipat tangannya di dada. Penolakan halus terlampau cepat barusan membuat Dion mengernyit. Ekspresi Levi masih sama. Datar, bahkan sejak tadi Dion menjemputnya.
"Kamu kenapa sih Lev ?" tanya Dion. "Kalau karena permasalahan tadi, aku sudah suruh Haris buat hubungi pemilik cafeㅡ"
"Berapa ?"
Dion mengernyit, "Berapa maksudnya ?"
"Uang yang kamu kasih ke merekaㅡ" ucap Levi sambil membuka hapenya siap mentransfer sejumlah uang.
"Levi." ucap Dion dengan nada penuh penekanan. "Masalah udah selesai. Kalau kamu masih mau menenangkan diri, oke fine aku kasih waktu. Tapi di dalam rumah."
Dion hampir menarik tangan Levi, saat Levi tiba-tiba berkata.
"Uang dan waktu. Mudah bagi orang-orang untuk menyelesaikan masalah. Kalaupun nggak punya waktu mereka juga bisa beli waktuㅡ"
Dion menoleh. Kalimat Levi jelas bertujuan untuk menyindirnya.
"Aku jadi penasaran berapa banyak yang kamu keluarkan supaya aku bisa masuk ke Foundation Perusahaan Papaㅡ"
Dion masih diam, mencoba mengartikan sikap Levi saat ini yang tidak pernah dia duga sebelumnya.
"Kamu kenapa sih Lev ?"
Levi tersenyum, "Cuma penasaran aja berapa banyak uang yang kamu keluarkan buat akuㅡ"
"Leviㅡ"
Levi menghentikan kalimatnya sejenak, "Oh iya, kayaknya bakal ada laporan ke polisi, tadi sempet ada kontak fisik juga."
Dion mengernyit sekali lagi.
"Kayaknya Haris belum laporan lengkap ke kamu."
Bagaimana cara Levi menjelaskan yang terlalu santai membuat Dion tidak habis pikir. Dia tidak suka jika melewatkan hal-hal seperti ini.
"Bukan salah Haris kok. Yang tahu aku tadi berantem palingan cuma Mbak Esna aja. Mbak Esna nggak perlu dikasi uang juga pasti tutup mulutㅡ"
"Berantem ?"
Levi mengangguk, "Aku dorong klienku."
Perasaan Dion benar-benar campur aduk. Dia nggak pernah menyangka Levi bisa seperti ini. Levi bukan tipikal perempuan lemah, tapi juga bukan perempuan yang ringan tangan dan suka mengkonfrontasi orang lain. Apalagi main fisik.
"Levi, kamu kenapa sih ?"
Levi menghela nafas sejenak, "Cerita kejadian tadi. Kamu perlu tahu duduk permasalahannya kan ? Supaya nanti kamu bisa briefing pengacara untuk menghadapi panggilan polisiㅡ"
"Sejak kapan kamu jadi pemberontak gini ?" pertanyaan Dion membuat Levi tidak lagi melanjutkan kalimatnya. "Kamu bukan perempuan yang kayak gitu."
Levi menatap Dion, "Memangnya menurut kamu aku perempuan seperti apa ?"
"Jangan balik pertanyaanku." ucap Dion. "Kalau kamu ada masalah kamu harusnya bilang aku. Biar aku yang selesaikan. Kamu nggak perlu sampai main fisikㅡ"
Dion menggaruk kepalanya kasar, "Lev, demi tuhan. Kamu kenapa jadi berubah aneh gini sih ? Kamu tahu kan akibatnya kalau sampai bener-bener klien kamu menuntut ? Bukan cuma kamu aja yang diperkarakanㅡ"
"Aku bakal tanggung jawab sendiri. Uang ataupun pengacara aku bisa dapatkan sendiri. Tanpa pakai nama besar kamuㅡ"
"Leviㅡ"
Levi menelan ludahnya. Wajah datar yang selama ini dipasangnya tampak tertegun begitu nada bicara Dion berubah semakin meninggi. Bisa dipastikan, bukan hanya keduanyaㅡtapi si Mbok dari dapur juga bisa mendengar hawa tidak menyenangkan dari pembicaraan keduanya.
14 juli 2023
mengenalkan satu lagi.
nggak baru ini sebenernya masih satu universe sama part bawahnya atau atasnya.
face claim nya tuh Lee Hamin & Han Somang (Seasons of Blossom).
tapi belakangan gara2 Celebrity, Dion sepertinya cenderung kayak Han Junkyung
rada sombong gt tapi buceeen dan posesif hngggg
KAMU SEDANG MEMBACA
recycleーbin 🔄
Historia Cortawrite something unfinished is such a pleasure, for me. + ini work selingan paling selingan jadi jangan ditunggu update nya oke sip 👌 started : 4 Juni 2018 ©fyeahfriday | 2018