°
°
°
°
°°°°°
Setelah seharian berkeliling mencari pekerjaan, Elsa memutuskan untuk pulang ke kosannya. Percuma juga, peluang kerjanya jika tidak menjadi pembantu ya jadi pemulung, cukup untuk biaya makannya saja. Untung juga Elsa rajin menabung, jadi meski keliatan miskin banget Elsa punya cadangan uang. Ya meski niatnya uang untuk ia daftar kuliah, tapi di cokel seratus ribu mah tidak apa apa. Asal jangan tiap hari aja.
"Kira kira siapa ya temen gue yang punya lowongan kerja." Elsa nampak menimang, beberapa kali mengetuk dahinya mencoba mengingat siapa tau di otaknya ada ide yang tak sengaja tersangkut.
"Lah.. lupa, gue di sekolah mana ada temen anjir. Gue kan pendiem.. anjay canda pendiem.." gumamnya sembari mesem mesem tak jelas.
"Sumpah Sa, elu emang gelo." Menggeleng kepalanya, lalu beranjak menuju kamar mandi guna membersihkan dirinya sekaligus mencuci otaknya. Bercanda.
Dengan susah payah, Elsa akhirnya dapat meraih mie instan yang tak sengaja ia temukan di atas lemari pakaian. Entah kenapa juga mie instan ini bertraveling sampai bisa ada di atas lemari. Hanya orang kurang kerjaan yang bisa memikirkannya.
Selepas membersihkan dirinya dari keringat karena berkeliling mencari kerjaan, akhirnya tiba saatnya ia untuk mengisi perut yang keroncongan. Kasian juga seharian hanya minum sebotol Aqua, itu pun yang dirinya isi ulang dengan air rebusan. Malang sekali memang nasib anak satu ini.
"Akhirnya.. bisa makan juga." Ia bersorak gembira, baginya cara untuk selalu menikmati hidup yaitu dengan bersyukur.
Toh masih banyak orang di luaran sana yang hidupnya bahkan lebih mengerikan di banding Elsa."Kenyaang.." ucapnya mengelus perut datar miliknya. Elsa berdiri, membereskan piring dan gelas yang habis di pakainya, tidak lupa juga untuk langsung mencucinya.
Meski ia terlihat kumal, dan jorok. Namun aslinya Elsa adalah wanita pembersih, dulu di sekolah juga ia selalu di perintah oleh teman-temannya untuk membersihkan kelas, entah Elsa bodoh atau malah terlalu pintar. Ia malah mau mau saja, itung itung amal katanya.
Elsa melirik handphonenya, tidak ada notifikasi apapun selain dari aplikasi YouTube yang selalu ia tonton.
"Cari kerjaan apa ya." Gumamnya sembari membuka aplikasi Google. Mencoba mencari referensi pekerjaan untuk dirinya yang lemot ini.
"Jualan?" gumamnya ketika membaca di aplikasi pencarian itu, "nggak ah. Duit gue emang banyak tapi kalo merintis usaha, gue nggak yakin." Elsa menggeleng, lantas kembali mencari.
Hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, padahal ia rasa hanya duduk lalu rebahan dan melihat handphone saja.
"Laper.." lirihnya sembari meregangkan badan, karena terasa sangat nyeri akibat terlalu lama rebahan.
Elsa mengecek dompetnya, lantas tersenyum. Masih ada uang seratus tiga puluh ribu tujuh ratus rupiah di dalamnya. Lumayan, jika ia membeli bakso seharga sepuluh ribu pun masih sisa banyak. Elsa tersenyum, lalu beranjak dari duduknya bersiap untuk keluar mengisi perut datarnya yang sedang kelaparan.
"Akhirnya.. bisa makan enak juga." Soraknya, sembari menatap tukang mie ayam di sebrang jalan. Awalnya Elsa memang berniat makan bakso, tapi karena harga bakso dua belas ribu ia mengurungkan niatnya. Terlalu mahal untuk dirinya yang miskin ini. Jadilah ia memutuskan untuk makan mie ayam yang harganya sebelas ribu dan sudah lengkap dengan teh manisnya, lumayan meski hanya beda seribu pun. Uang seribu juga sangat berharga baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRI BILANG BOS! (End)
RandomMenceritakan kehidupan Elsa setelah lulus SMA, dirinya mulai kembali ke masa masa dimana susah dulu. Ia harus mencari pekerjaan yang layak, karena sebelumnya ia di pecat dari pekerjaannya sebagai pelayan di sebuah cafe dengan tanpa alasan yang jelas...