52. Iri Bilang Bos!

1.1K 72 19
                                    

Lama nggak ketemu, apa kabar? Masih adakah yang nunggu cerita ini sampai tamat?

Yuk!

Happy Reading!

*****

Terpaksa, Elsa harus melakukan cuci darah untuk saat ini. Dua hari di rawat di rumah Genta tak membuat kondisinya membaik, malah semakin memburuk.

Elsa memang sudah bilang pada Adit untuk mengantarkannya pulang ke rumahnya, namun kondisi Elsa yang tiba tiba memburuk mengharuskan Adit mengurungkan permintaan Elsa.

Bahkan Genta sendiri pun kini lebih ekstra untuk menjaga Elsa. Tenang saja, untuk semua kebutuhan seperti berganti pakaian dan lainnya, ada perawat yang mengurus itu.

Berharap semuanya baik baik saja, namun Tuhan berkata lain. Akhirnya mau tak mau Genta pun mengabari Arkana jika Elsa ada bersamanya. Reaksi pertama Arkana tentu saja marah karena dengan beraninya Genta menyembunyikan adiknya di saat ia khawatir dan gencar mencari adiknya kemana-mana.

Tapi saat Genta mengatakan kondisi Elsa, Arkana langsung diam. Ia langsung menyuruh Genta membawa Elsa ke rumah sakit miliknya, dan mau tak mau Genta dengan di bantu Aditya membawa Elsa ke rumah sakit milik Arkana.

Kini di ruangan serba putih itu terbaring seorang gadis dengan berbagai selang yang membantu menopang hidupnya, Elsa memang tidak kritis. Namun kondisi ginjalnya yang memburuk membuatnya terbaring lemah sekarang.

Elsa membuka matanya, ia melihat sekeliling ada tiga orang di sana. Dua kakaknya dan satu lagi Aditya. Entah harus bagaimana Elsa kepada Adit, pria itu sangat sangat menjaganya selama ini.

"Elsa.. kamu udah bangun?" tanya Arkana, membuat kedua orang yang tengah menunduk langsung mendongak menatap ke arah Elsa. Mereka pun duduk lebih dekat dengan Elsa.

"Kamu mau apa? Mau kakak bawakan makanan? atau.."

Elsa menggeleng lemah, ia hanya tersenyum seraya menatap ketiganya. Sementara Elva sudah tak kuasa menahan tangisnya. Ia tak menyangka jika Elsa mengidap penyakit yang serius.

"Jangan nangis kak.." lirih Elsa pelan, namun bukannya berhenti Elva malah semakin menangis. Ia terharu sekaligus sedih, karena untuk pertama kalinya Elsa memanggilnya kakak.

"Gue nggak nangis kok" ujar Elva, ia memegang tangan Elsa laku mengelusnya pelan.

"Lo semangat ya dek, jangan nyerah. Ingat, lo adik gue!" kata Elva membuat Elsa tersenyum tipis.

"Iya, kamu adalah adik kakak yang paling hebat. Jangan pernah ada niat menyerah sedikitpun di benak kamu, di sini kakak akan dukung apapun untuk kamu. Untuk kebaikan kamu Elsa.." tambah Arkana, membuat Elsa terharu. Ia sedikit menitihkan air matanya, dan dengan cepat ada satu jari yang menyeka air mata itu.

Elsa menolehkan sedikit kepalanya, di sana Adit tangah terdiam seraya menatapnya dalam.

Tak di sangka Elsa tersenyum membuat Adit sedikit terperanjat. Hal itu juga membuat Arkana dan Elva sedikit heran melihat keduanya.

"Makasih.." ucap Elsa dengan lemah, semua yang ada di sana hanya terdiam. Tak mampu membalas ucapan Elsa.

"Makasih udah mau nungguin Elsa, makasih udah mau repot repot demi Elsa" lanjutnya membuat suasana semakin hening. Elva sudah menitikan air matanya lagi.

"Adit, makasih banyak ya!" Adit menggeleng pelan, ia mengulurkan tangannya mengelus lembut kepala Elsa.

"Kak Arkana, kak Elva. Makasih, udah nerima Elsa dengan baik."

IRI BILANG BOS! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang