1. Iri Bilang Bos!

8K 290 20
                                    

°
°
°
°
°°°°°


"DASAR TIDAK BECUS!"

Ibu ibu gendut itu menolak pinggangnya sembari melotot ke arah Elsa yang menunduk sembari menatap sedih ke arah meja gosok. Di sana terdapat kemeja yang bolong karena setrikaan.

"Maaf buk, tadi saya kebelet pipis soalnya."

"HALAH BACOTMU! SANA PERGI, BIKIN RUGI SAYA AJA!" teriak ibu ibu gendut itu lagi. Elsa semakin menunduk takut, ini memang bukan pertama kalinya ia di bentak seseorang, bahkan dulu dulu ia juga sering mendapat bentakan seperti ini. Tapi kali ini rasanya berbeda, postur tubuh ibu ibu itu sangat mengerikan dan terlihat seperti ingin memakan Elsa.

"Dasar bocah kerjaannya main main saja." Gerutu ibu ibu itu, namun masih terdengar oleh Elsa yang sedang berjalan ke arah luar rumah.

Elsa menghembuskan nafasnya, ia bingung hendak ke mana. Jika pulang ke kontrakan maka dirinya akan gabut seharian. "Dasar emak emak, pantesan penyakitan. Wong hobinya marah marah." Gerutunya sambil sesekali menendang kerikil di hadapannya.

"Kemana dong ini, masa aku nggak punya pekerjaan lagi."

Sepanjang jalan ia hanya menggerutu, bingung hendak melakukan apa lagi untuk menghasilkan pundi pundi uang. Elsa bukannya tidak punya uang sama sekali, namun uang yang ia punya di tabungkan untuk melanjutkan pendidikannya.

"Mau nawarin jasa cuci gosok, pasti nggak bakal di terima lagi. Kemana ya ini?" Bingung nya sembari menggaruk tengkuknya. Ia terus berjalan entah kemana tujuannya, ingin pulang pun masih terlalu pagi.

"Kerja apaan coba. Sial, coba aja tadi aku tahan pipisnya pasti nggak bakal kayak gini."

TIIIINNN!

"YA TUHAN!" Elsa menjerit bersamaan dengan decitan rem mobil di depannya.

Ya sedari tadi memang ia berjalan di tengah jalanan yang lenggang, di kiranya tidak akan ada kendaraan lewat karena ini masih jam setengah tujuh pagi. Lagipula wilayah kompleks perumahan tidak terlalu banyak kendaraan yang berlalu lalang.

"HEH BOCAH SIALAN! MINGGIR, KALAU MAU MATI JANGAN MENABRAKKAN DIRI KE MOBIL SAYA!" Teriak seorang lelaki berperawakan tinggi dengan rahang tegas, bibir merah muda dan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya.

"KAMU BUDEK? SAYA BILANG MINGGIR!" Marahnya lagi, ia masih berdiri di dekan pintu mobilnya sembari menahan amarah menatap gadis cantik nan imut di depannya.

"HEH!" Teriaknya, membuat Elsa tersadar dari lamunannya. Ia memang sangat terkejut karena untung saja tidak tertabrak mobil. Namun Elsa lebih terkejut karena ternyata di dalam mobil itu berisi seorang lelaki dengan wajah tampan.

"E-eh maaf om saya nggak liat!" Gugup Elsa, ia masih terpesona dengan keindahan yang Tuhan berikan di pagi hari.

"MAKANNYA MANFAATKAN MATAMU!"

"Buset galak." Gumam Elsa.

"APA?"

"Eh, eng-nggak om. Maaf om saya permisi." Elsa langsung ngacir karena takut di marahi lagi. Pagi pagi dirinya sudah siap begini, dua kali di bentak oleh orang yang sama sekali tidak di kenalnya.

Lelaki itu menatap kepergian Elsa dengan sorot mata tajam dan sulit di artikan. Rahangnya masih mengeras, urat urat di tangannya pun sampai sampai terlihat.
Ia masih marah atas kelakuan sembrono gadis yang tidak di kenalnya.

"Sialan gue telat!" Desisnya saat melihat waktu sudah menunjukkan hampir pukul tujuh.

"Gadis bodoh, untung saja mobilku tidak lecet karena hampir menabraknya." Gerutunya seraya kembali memasuki mobilnya.

Elsa menatap kepergian mobil itu dengan perasaan aneh dan campur aduk. Ada rasa kesal, marah, tidak terima dan kecewa karena ia hanya bisa mengamati wajah tampan pria yang ia yakini jauh lebih tua di bandingnya itu dalam waktu yang singkat. Padahal ia kan maunya lebih lama, kapan lagi liat cogan lewat kan.

Ya, Elsa tidak benar benar pergi meninggalkan tempat itu. Tepat saat belokan di sana terdapat tumbuhan bunga yang menggerombol dan sangat lebat sehingga ia bisa ngumpet di sana dan memperhatikan lelaki tampan itu.

"Yah.. udah pergi." Elsa berdiri membenarkan tas selempang nya.

"Om om sih, tapi udah nikah atau belum ya? Kalau belum sih.. uhh... bisa di jadikan list jodoh nih." Ia cekikikan sembari membayangkan dirinya ketika menatap lelaki itu.

"Sayang belom kenalan, kira kira bakal ketemu lagi nggak ya." Elsa menutup mulutnya. "Ah, fokus Sa fokus jangan mikirin cowok dulu. Lagian yang tadi juga pasti udah nikah, secara kan dia om om." Lanjutnya sembari kembali menendang beberapa kerikil yang ada di sana.

Tanpa Elsa sadari ia senyam-senyum sendiri. Ternyata di dunia ini ada spesies makhluk yang berperawakan dewa itu. Duh.. Elsa tidak fokus jika begini.

"Ganteng sih, tapi galak hihihi..." Gumamnya sambil cengengesan tidak jelas.

"Cantik sih tapi gila!"

Elsa menoleh di sana terdapat pria paruh baya sedang mendorong gerobak sayur.

"Neng, emang cantik. Tapi otaknya kurang ya! Kalo mau cengengesan jangan di komplek orang kaya dong neng!"

Elsa mendelik, enak saja dirinya di bilang gila. "Saya masih waras ya!" Kesalnya lalu berlari meninggalkan tukang sayuran julid tersebut.

"Makin keliatan gilanya." Gumam tukang sayuran itu.

****

"Sial banget, mau kemana lagi ini nyari kerjaan. Kalo ke kantor pasti syaratnya banyak banget, aku kan nggak punya. Kartu keluarga aja nggak ada, duh.. gimana ini." Elsa berjalan sembari menggerutu tak jelas, sedari tadi ia memikirkan akan bagaimana nasibnya jika tidak bekerja.

Ingin melamar di restoran namun ia percaya tidak akan di terima karena punya riwayat di pecat tanpa alasan dari salah satu restoran, itu sudah buruk baginya.

"Jadi apa ya? Tukang kue udah, cuci gosok udah, pelayan udah, eum...apa ya yang belum.." Elsa mengetuk dagunya, lalu keningnya, "ah.. jadi tukang sampah aja ya! pemulung mungkin." Ide gilanya itu tiba tiba saja muncul di kepala. Namun beberapa detik kemudian Elsa menggeleng.

"Nggak ah, masih ada yang lebih layak juga." Gumamnya, "oh iya, jadi pembantu aja. Sip sip, kamu pintar banget Elsa!" Ucapnya lagi.

Memang benar yang tukang sayur tadi bilang, Elsa persis seperti orang gila yang baru kabur dari rumah sakit.

BRAK!

"YA TUHAN! Teriaknya terkejut. Tubuhnya terhuyung ke belakang membuat bokongnya berciuman manis dengan aspal itu. Perlahan Elsa mendongak melihat siapa yang baru saja ia tabrak.

"OM?"

"KAMU?"





*****

Gimana nih, saya bawa cerita baru lagi.
Nggak berharap banyak, tapi semoga suka ya..

Nggak bakal ada jadwal update, saya update ketika mood aja mwehehe... Canda..

Doakan, semoga untuk cerita ini saya bisa konsisten ya!

See u❤

IRI BILANG BOS! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang