Happy Reading!🍄*****
Elsa keluar dari ruangan di susul Genta di belakangnya. Ia tersenyum dan berterimakasih kepada Genta.
"Gimana keadaan Elsa?" Sontak Genta maupun Elsa menoleh terkejut, ia menatap Adit yang tiba tiba ada di sana.
Sebaik mungkin Genta mengubah ekspresinya menjadi biasa saja. Meski sebenarnya ia gugup.
"Sejak kapan lu di sana?" tanyanya basa basi.
"Pak Adit ada apa ya?" Tambah Elsa, berusaha membantu Genta untuk menghilangkan kecanggungan yang sedang terjadi.
"Elsa..."
"Hehe.. maaf. Soalnya kaget, nggak bilang mau ke sini."
"Harus ya?"
"Ekhem.., mbak mas kalo mau debat rumah tangga jangan di sini. Di harap pergi ke lapang parkir, area lebih luas dan insyaallah mencukupi." Ucap Genta menengahi.
Elsa yang sadar akan sesuatu mulai bertanya "lo Muslim?" Tanya Elsa hati hati.
Tanpa ragu Genta mengangguk "iya, kenapa?"
"Nggak, nanya doang."
"Jadi, bagaimana keadaan Elsa?" Tanya Adit, sepertinya pria ini tidak sabaran.
"Ya nggak gimana gimana." Bukan Genta, melainkan Elsa yang menjawab. Membuat Adit menatapnya curiga.
"Baik, cuman lambungnya aja bermasalah. Biasa cewek doyan pedes jadi ya gitu." Ucap Genta membuat atensi Adit beralih pada pria itu.
"Tapi masih aman kan?"
"Aman, asal jangan terlalu sering makan pedes, apalagi makanan siap saji kayak mie instan."
Dalam hati Elsa bersyukur sekaligus menatap Genta takjub. Lancar juga bohongnya ni dokter satu batinnya.
"Tuh dengerin Elsa!" Gemas Adit sembari mencubit hidung Elsa.
"Ish! sakit."
"Udah udah, pergi lu berdua. Mata gue sepet lama lama." Kesal Genta lalu masuk ke ruangannya, meninggalkan Elsa dan Adit yang masih berdiri di sana.
"Mau pulang atau makan dulu?" tawar Adit, Elsa tersenyum.
"Makan lah." Jawabnya, ya meski Elsa sudah makan, tapi bubur tidaklah membuatnya kenyang.
"Oke ayo!" Adit menarik tangan Elsa, menggandengnya menuju parkiran.
"Mau makan apa Sa?" Tanya Adit tak melepaskan genggamannya.
"Seblak boleh?"
Adit gemas sendiri "baru aja di bilang jangan, udah mau melanggar aja."
"Kalo bakso gimana?"
Adit nampak berpikir sejenak "oke, tapi jangan pedes pedes ya!"
"Yes!" Ucap Elsa spontan sembari mengepalkan tangannya ke atas seolah ia baru saja memenangkan hadiah uang seratus milyar.
Adit semakin terkekeh gemas dibuatnya, melihat Elsa yang bertingkah seperti anak kecil kadang kala membuat Adit lupa. Jika Elsa bukanlah miliknya.
****
Ketika sampai di luar Elsa memicingkan kepalanya, sepertinya ia mengenal seseorang yang tengah berjalan dari area parkir.
Elsa tersenyum puas, ternyata penglihatannya benar benar tajam. Di sana seorang pria berperawakan tinggi dengan setelan jas kantor yang melekat di tubuhnya, tak lupa kacamata hitam yang bertengger manis di hidungnya. Tengah berjalan dengan santainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRI BILANG BOS! (End)
RandomMenceritakan kehidupan Elsa setelah lulus SMA, dirinya mulai kembali ke masa masa dimana susah dulu. Ia harus mencari pekerjaan yang layak, karena sebelumnya ia di pecat dari pekerjaannya sebagai pelayan di sebuah cafe dengan tanpa alasan yang jelas...