Saya up lagi seneng nggak hehe...
Semoga selalu suka ya.😊Happy reading!🍄
****
Regan tengah sibuk dengan berkas-berkas yang sedikit menumpuk di mejanya. Ia telah membereskan sekitar lima berkas dari semenjak ia datang ke kantornya.
Amarahnya masih sedikit menguasai dirinya, Regan memang tak cukup baik dalam perihal mengatur amarah. Lihatlah dirinya sekarang, dasi yang tak beraturan, jas tergeletak di kursi dan beberapa kertas berserakan di lantai.
Pagi setelah melihat kejadian itu, Regan langsung pergi membawa mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Entah kenapa juga jalanan seolah mendukung dirinya, hari ini tidak macet sama sekali.
Ini adalah pertama kalinya Regan kalut seperti ini. Biasanya, ia bisa meredam sedikit emosinya dan berpikir dengan jernih. Namun, persoalan Elsa ternyata bukan hanya sekedar amarah tapi juga hatinya. Ada rasa sesak di sana.
Benar kata orang, jika cinta memang bisa membuat orang menjadi gila. Dan Regan tengah membuktikannya sekarang, awalnya ia bisa terima dengan apa yang di lihatnya. Tapi pemikiran jahatnya, terus menerus meracuni otak Regan dan berhasil membuatnya berpikiran jauh tentang adiknya juga Elsa.
Hampir dua jam Regan tidak tenang, ia memang mengerjakan berkasnya namun setelahnya ia akan berdiri mondar-mandir kesana kemari. Membuat Tino sang asisten kelabakan karena tingkah bosnya.
Apalagi hari ini Adit tidak masuk, Regan yang masuk malah membuatnya pusing sepuluh keliling, karena tujuh saja kurang. Regan berhasil membuatnya bingung setengah mati.
Hampir saja Tino melayangkan pukulan pada bos-nya itu, untung dirinya masih sadar akan gaji. Jika tidak sudah habis Regan di tangan dirinya.
Berakhir dengan Tino membiarkan Regan mengumpat di tempatnya, ia hanya memantau dari mejanya sesekali juga melayangkan umpatan kepada bos-nya. Siapa tau Regan ada keinginan bunuh diri atau memecahkan kaca. Barulah Tino akan bertindak, tapi ia pikir Regan tidak segila itu untuk melakukan hal konyol.
"Bos mau saya bawakan teh?" Tanya Tino kepada Regan yang sedang berkutat dengan berkasnya.
"Tidak."
Tino menghela nafasnya, ini sudah ke tiga kalinya Regan menolak. Ia pun mundur kembali ke kursinya tanpa membereskan yang berserakan di sana.
Dari mulai kopi, jus hingga teh semuanya mendapatkan penolakan dari Regan. Dan berakhir dengan Tino yang kini menyerah, ia lebih baik fokus pada pekerjaannya.
Sementara Regan kini memijat pelipisnya, tiba tiba saja kepalanya pening. Karena apa yang ia kerjakan di berkasnya tidak sama dengan apa yang ada di pikirannya sekarang.
Hanya satu nama, namun membuatnya bertingkah gila. Regan menghembuskan nafasnya. Ia melihat sekeliling yang terlihat berantakan, di sana juga ada Tino.
Regan pun menyandarkan dirinya di sandaran kursi, memejamkan matanya mencoba berpikir dengan tenang. Sesaat setelahnya, ia pun berdiri dan beranjak pergi dari sana.
"Saya akan pulang, kamu bereskan semuanya!" Ucap Regan tepat di depan meja Tino membuat pria itu hanya bisa mengangguk lemah.
Regan kembali melanjutkan langkahnya keluar dari ruangan, meninggalkan Tino yang tengah sibuk mengumpat.
Kali ini ia mengemudi dengan kecepatan sedang, dirinya tidak segila tadi pagi. Meski rasa marah dalam dirinya masih ada, namun Regan berhasil mengontrolnya.
****
Regan sudah sampai di rumah, sepertinya tidak ada siapapun karena terlihat sangat sepi. Mungkin juga Elsa pergi dengan Adit.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRI BILANG BOS! (End)
RandomMenceritakan kehidupan Elsa setelah lulus SMA, dirinya mulai kembali ke masa masa dimana susah dulu. Ia harus mencari pekerjaan yang layak, karena sebelumnya ia di pecat dari pekerjaannya sebagai pelayan di sebuah cafe dengan tanpa alasan yang jelas...