°
°
°
°
°°°°°Happy reading!
🍄
Kini hari sudah menjelang malam, kejadian tadi siang yang sangat memalukan itu ia coba lupakan dengan paksa meski memang tidak akan lupa. Pasalnya seharian ini ia tidak bisa sedikitpun menjauh dari radar si bos. Tiap detik tiap menitnya pasti tak luput dari tatapan tajam bosnya.
Memang benar benar membuat Elsa gila. Di saat para karyawan pulang, tak terkecuali juga dengan Adit, yang berpamitan terlebih dahulu. Pasalnya Adit baru bangun sekitar jam dua siang, mungkin efek lelah tertawa memang se-ampuh itu untuk membuat orang tertidur.
Dirinya malah di suruh menemani bosnya di kantor, dengan kata lain lembur. Yang sebenarnya Elsa lihat lihat sedari tadi, bosnya hanya duduk di kursi, membuka kertas lalu kembali menatap layar komputer. Entahlah Elsa tidak tau sedang apa bosnya itu sampai sampai harus ia temani untuk lembur.
"Bos makan yuk, laper." Elsa menatap bosnya lalu perutnya secara bergantian.
Ia tidak makan apapun lagi setelah makan bubur dan ngemil kacang pagi tadi.
Regan mendongak menatap Elsa, "kamu tidak lihat saya sedang sibuk?" Tanyanya sinis.
Elsa menunduk, "tapi bos.."
"Kamu punya kaki kan? Beli sendiri!" Elsa menghela nafasnya, ia berjalan gontai ke luar ruangan Regan.
Ini sudah jam enam lebih, semua orang sudah meninggalkan kantor. Hanya tersisa pak satpam di depan pintu masuk ke kantor dan itu pun di luar.
Elsa celingukan, menengok kanan kiri. Siapa tau ia bisa menemukan seseorang untuk membantunya. Namun nihil, kantor benar benar sudah sepi di jam segini, padahal Elsa lihat di sinetron sinetron, kantor itu biasanya masih ramai hingga malam. Tapi memang peraturan tiap kantor berbeda sih, jadi tak heran juga.
Setelah sampai di lobi, Elsa bergegas keluar. Sebentar lagi adzan isya dan ia tau umat muslim akan menunaikan ibadah. Elsa sebagai pemeluk kepercayaan lain tentu saja harus saling menghormati dan menghargai.
Kantor Regan kebetulan tidak jauh dari taman dan masjid kota. Elsa jadi bisa jajan di pinggir jalan dengan mudah, tidak perlu susah payah mencari. Tinggal jalan lalu pilih saja, ia yakin tukang dagang dengan gerobaknya sudah nangkring berjejer di sana.
Sedikit berlari, Elsa menuju penjual nasi goreng yang kebetulan mangkal tepat di depan kantor, ia memang menginginkan nasi goreng sedari pagi. Dan syukurnya ada, jadi tak payah untuk membuatnya.
"Bang dua di bungkus ya!" Si tukang nasi goreng pun mengangguk lalu segera melayani Elsa. Yang kebetulan hanya dirinya saja yang sedang memesan saat ini. Sementara beberapa orang sedang menikmati nasi goreng mereka.
"Jadi berapa bang?" Tanya Elsa ketiga pesanannya datang.
"Tiga puluh ribu neng." Dengan segera Elsa mengeluarkan uang selembar berwarna biru dari kantong saku dasternya.
"Ini neng kembaliannya." Elsa tersenyum dan mengangguk.
"Terimakasih." Ucapnya, lalu berjalan menyebrang jalan. Beruntung pedagang air mineral berada di sana. Elsa langsung saja membelinya lalu kembali berjalan masuk ke dalam kantor.
Dan benar saja ketika dirinya sampai di area kantor, adzan isya berkumandang. Elsa melanjutkan jalannya menuju ruangan bos nya.
"Bos, makan." Ucapnya seraya masuk ke dalam ruangan. Dan Regan masih sama di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRI BILANG BOS! (End)
RandomMenceritakan kehidupan Elsa setelah lulus SMA, dirinya mulai kembali ke masa masa dimana susah dulu. Ia harus mencari pekerjaan yang layak, karena sebelumnya ia di pecat dari pekerjaannya sebagai pelayan di sebuah cafe dengan tanpa alasan yang jelas...