5. Kau menyukainya?
Sepanjang jalan menuju hutan, Jennie menyadari bahwa itu adalah jalan yang sama ke tempat Mark meskipun waktu mereka pernah ke sana sebelumnya pada malam hari.
Atau bukan? Sepertinya mereka tidak pergi ke sana. Mereka tidak lagi berada di jalan yang dikenal Jennie, itu tampak berbeda saat tanah yang mereka lalui semakin lebar di jalan setapak hutan yang cukup nyaman. Jisoo baru saja berhenti di depan sebuah kabin kayu di hutan hijau yang rindang itu.
"Tempat apa ini?" Jennie bertanya, sambil berjalan menuju kabin--yang sudah terkesima dengan sekelilingnya, "Whoa... so beautiful."
"Beautiful your ass." Jisoo berjalan melewatinya untuk membuka pintu dengan kuncinya.
Jennie mengerucutkan bibirnya, menatap tajam pada wanita di depan pintu, "Kamu mungkin sangat keren tapi jangan kasar padaku. Aku tidak menyukainya." Jennie bergumam pelan saat Jisoo hanya mengabaikannya, membuka pintu dan masuk ke dalam.
Itu adalah kabin kecil di mana kamar tidur, dapur, kamar mandi semuanya terhubung satu sama lain. Jennie terkesiap saat masuk ke dalam. Dia tidak pernah datang ke tempat seperti ini sebelumnya.
"Apakah tempat ini milikmu--tunggu, kamu tinggal di sini?" Mata Jennie melebar mendengar pertanyaan yang baru saja dia lontarkan sendiri. Meskipun dapur yang kosong, tempat tidur dan lemari besar seperti tidak ada orang yang tinggal di sini. Lihatlah Jisoo yang sekarang melepas jaket kulitnya dan menggantungnya. Pertama kali Jennie melihat Jisoo tanpa jaket hitamnya melainkan kaos putih--dia masih terlihat cantik dan keren dengan itu.
"Kau tidak bisa berhenti bertanya sedetik pun, kan?" Suara Jisoo menghentikan Jennie dari menatap tubuh yang lebih tua dan membawanya kembali kepada kenyataan. Jisoo berbaring di tempat tidur kayu yang ditutupi dengan sprei putih dengan bantal besar di bawah kepalanya.
"Gwenchana?" Aneh rasanya bagi Jennie melihat Jisoo yang seperti sekarang, "Jisoo?"
"Sebaiknya kau berhenti berisik, Jennie. Biarkan aku istirahat." Suara datar dari Jisoo membuat Jennie terdiam.
'Apakah dia tidak enak badan?'
Jennie menunggu sebentar sebelum dia berjinjit ke tempat tidur, melihat dari dekat Jisoo yang sekarang sepertinya sudah tertidur.
'Mungkin tidak enak badan. Siapa yang tidur jam segini?'
Jisoo terlihat sedikit kelelahan saat berada di rumahnya. Jennie penasaran ketika Jisoo meninggalkannya tadi malam, wanita itu sepertinya tidak tidur.
Hanya kali ini dia bisa melihat lebih dekat wajah Jisoo sebanyak yang dia mau. Wajah yang entah bagaimana secara ajaib menariknya ke fitur serius dan dingin itu. Tapi dalam tidurnya, yang lebih tua itu terlihat seorang yang lembut dan hangat. Hati Jennie terasa sakit saat dia menyadari goresan kecil di atas pipi kanan Jisoo. Hatinya hancur setiap kali mereka bertemu Jisoo terus mendapatkan luka yang berbeda di wajahnya.
Dia belum sempat menanyakan Jisoo lagi tentang pertengkarannya dengan Jaebum hari itu. Kenapa Jaebum menyebut Jisoo pengkhianat? Apa hubungannya dengan dirinya? Jennie tidak bodoh ketika dia melihat bagaimana Jaebum menggodanya setiap kali mereka bertemu, pria itu bahkan memintanya untuk menjadi pacarnya tetapi Jennie hanya ingin menjadi teman, tidak lebih dari itu.
Jennie perlahan mendekat ke Jisoo saat dia ingin memeriksa suhu tubuh yang lebih tua tetapi sebelum tangannya bisa merasakan dahi Jisoo, jantungnya hampir melompat ketika Jisoo membuka matanya dan meraih pergelangan tangannya secara bersamaan.
"Apa yang kau lakukan?" Mata gelap itu menatapnya dengan intens.
"A...aku--" Jennie tergagap.
Jisoo kemudian menariknya ke bawah membuatnya hilang keseimbangan dan jatuh di atas tubuh Jisoo. Wajah mereka hanya satu inci saat tatapan berbahaya dari Jisoo tidak pernah meninggalkan wajahnya.