Chapter 18

2.2K 256 36
                                    

Akhiri atau Perbaiki

"Kamu ingin memberitahu Imo apa yang terjadi, sweetheart?" Nini mengikuti keponakannya ke kamar setelah wanita muda itu mengabaikannya ketika dia bertanya tentang ketidakhadiran Jisoo.

"Tidak--tidak ada apa-apa, Nini."

"Kenapa Imo merasa ada sesuatu?" Nini terus menatap Jennie yang berusaha menghindari tatapannya. Tapi tidak ada yang bisa dia sembunyikan dari yang lebih tua, "Kalian berdua bertengkar?"

Itu membuat Jennie menghentikan apa pun yang dia lakukan, "Apa yang membuat Imo berpikir seperti itu?"

Nini tertawa sinis, "Oh, my sweetie. Akhir-akhir ini, Jisoo datang setelah kamu keluar pergi ke kampus dan dia pergi sebelum kamu kembali. Dia tidak tetap di sini untuk makan malam meskipun aku memintanya. Minju tidak bisa mendapatkan cerita pemgantar tidur dari ayahnya jadi Imo harus memakai kacamata setiap malam untuk membaca cerita serigala jahat yang sama untuknya. Imo belum melihat kalian bicara, sudah seminggu? Jennie, sekarang ceritakan pada Imo apa masalah sebenarnya yang sedang terjadi jadi Imo bisa membantu. Kamu ingin menyelesaikannya?"

Jennie menjeda lagi, matanya menatap ke bawah, "Kurasa aku tidak bisa menyelesaikannya." Dia berkata dengan nada rendah, "Aku melakukan kesalahan bodoh, Imo. Kupikir Jisoo akan meninggalkanku..."

"Oh tidak sayang. Ayo ke sini, mari kita bicarakan." Nini melambai agar Jennie mendekat. Tidak ada yang memberi nasihat lebih baik darinya, selain Rosé, Nini adalah satu-satunya tempat Jennie bisa menjadi dirinya yang rapuh.

***

Jennie menutup pintu mobilnya, memeriksa arah lagi saat dia berjalan di dalam gedung yang terlihat agak buruk bahkan liftnya rusak. Dia menghela nafas saat memikirkan bahwa dia harus naik tangga. Tak lama kemudian dia sampai di tujuannya di depan kamar nomor 309. Dia menatap pintu itu sebentar saat dia mendengar suara Nini di dalam kepalanya.

'Tidak tidak tidak, sayang. Imo tidak bertengkar dengan ayahmu hanya untuk melihat kalian berakhir seperti itu. Terutama ketika kamu mabuk dan tidak bisa mengendalikan apa yang kamu katakan. Bicaralah dengannya, Jennie. Selesaikan kekacauan yang kamu buat.'

Jennie benar-benar tahu dia menyakiti perasaan Jisoo di malam saat dia mabuk, dia ingat semua yang dia katakan pada Jisoo.

'Aku mengacaukannya kali ini.'

Dia harus mengambil napas dalam-dalam sebelum membawa dirinya untuk mengetuk pintu. Dia menarik dan menghembuskan napas lagi saat dia menunggu respon dari dalam. Namun beberapa saat telah berlalu pintu itu masih tertutup.

'Dia tidak ada di rumah?'

Jennie mengetuk lagi, dan lagi, tidak ada respon apa-apa.

"Ada yang bisa saya bantu?" Seorang pria tua yang baru saja keluar dari kamar sebelah berjalan ke arahnya.

"Halo, Pak? Ya, saya mencari yang tinggal--"

"Tidak ada orang yang tinggal di sini. Ruangan itu sudah kosong."

Jennie menatapnya terkejut, "Apa maksudmu?" Dia tidak mengerti.

"Dia sudah pindah." Pria itu berkata.

"Apa? Dia pindah?" Jennie merasa dunia seolah-olah runtuh.

Nini bilang Jisoo tidak datang selama beberapa hari dan sekarang dia sudah pindah? Apakah mereka harus berakhir seperti ini? Banyak pikiran berkecamuk di kepalanya saat dia menelepon imonya.

"Sweetie--"

"Nini--apa yang harus aku lakukan?"

"Apa yang dia katakan?" Nini tahu ada yang tidak beres hanya dengan mendengar bagaimana suara Jennie sekarang.

Roller Coaster ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang