Chapter 19

2.3K 257 26
                                    

Mendambakanmu

Jennie tersenyum menatap gadis kecilnya dan sang daddy yang sedang duduk di lantai balkon. Mereka sedang makan salad buah yang dia buat untuk mereka beberapa menit yang lalu dan sekarang Jisoo sedang menggambar sesuatu sementara Minju sedang mewarnai bukunya di atas meja kecil di antara mereka.

"Tidak, jangan menulis di meja. Mommy akan marah." Kata Jisoo saat Minju mulai menyerang meja dengan pensil warna miliknya.

"Tidak matalah, mama tayang Minju."

Jisoo melirik putrinya, terkejut dengan pilihan kata-katanya, "Tentu saja dia menyayangimu, tetapi itu tidak berarti dia tidak akan marah ketika kamu melakukan kesalahan. Kamu tahu? Mama juga menyayangiku tapi dia akan marah padaku jika aku melakukan sesuatu yang salah." Jisoo kemudian memberi putrinya bukunya kembali sebagai gantinya.

"Ohh." Mulut Minju membulat saat dia mulai mencorat-coret seperti yang selalu dia lakukan setiap kali dia bisa memegang pensil, "Apa dada mendapatkan pow-pow?"

Jennie terkekeh.

Begitu juga Jisoo, "Mengapa aku harus mendapatkan pow-pow?"

"Kalena," Balita itu menyandarkan separuh tubuhnya di atas meja, "Kalena dada membuat talah."

"Uh huh--" Jisoo langsung kehilangan kata-kata, dia kemudian berdeham, "Aku memang mendapatkan pow-pow tapi itu bukan jenis pow-pow yang kamu pikirkan."

Tatapan penasaran di mata Minju saat dia menatap ayahnya, "Jenis apa?" Dia mengajukan pertanyaan lain.

"Emm..." Jisoo mencoba memikirkan apa yang terbaik untuk menjelaskan pada si kecil yang sering memberi banyak pertanyaan akhir-akhir ini, "Kurasa kita bisa menyebutnya pow-pow tapi itu hanya jenis pow-pow dewasa--"

"Eoh mama!" Minju kemudian menyadari Mommy-nya berdiri di belakang mendengarkan mereka. Dia memanggilnya dan Jisoo menoleh dengan cepat, dia tidak tahu Jennie ada di sana sepanjang waktu.

"Apa kalian sudah selesai dengan salad kalian?" Si pirang duduk di sebelah Jisoo sambil memperhatikan putri kecil mereka.

"Yah dada makan cemua."

"Nde? Kami berdua makan--kami berbagi. Mengapa kamu mengatakan aku makan semua princess?" Jisoo membuka matanya lebih lebar, menyangkal putrinya, "Aku tidak."

Hal itu membuat Jennie tertawa.

"Aniya, ani...dada makan banyak. Oops mana yang pink, dada?" Minju sedang mencari pensil pink, pensil favoritnya--yang ada di bawah meja.

"Ini, warna favoritmu." Jisoo mengambilnya untuk Minju.

Mereka sedang melihat gadis kecil yang mencoret di atas kertas. Dengan tangan kecilnya itu, Jisoo berpikir Minju yang paling menggemaskan, dan fakta bahwa dia adalah putri mereka membuat hatinya melonjak bahagia.

"Kenapa kamu berubah warna dari hijau menjadi pink?" Jennie bertanya, melihat halaman buku mewarnai yang dilakukan putrinya.

"Kalena Minju tuka walna pink."

"Oke, jadi apa warna favorit mama?" Tanya Jennie.

"Pink." Balita itu menjawab, "Mama tuka pink, cepelti Minju."

"Kamu benar, sayang. Kita menyukai warna yang sama."

"Jadi," Jisoo angkat bicara, "Apa kamu tahu warna favoritku princess?" Dia menunjuk dirinya sendiri.

Minju menatapnya, "Um..." Matanya tertuju pada kemeja Jisoo, "Melah!"

Jisoo mendengar kekehan dari kanannya dan itu adalah Jennie yang tidak bisa menahan kelucuan putri mereka itu. Jisoo menyentuh dagunya sendiri, menoleh ke arah Jennie, "Bukankah dia terlalu pintar? Aku menanyakan hal yang sama padanya tempo hari dia bilang warna favoritku putih karena aku memakai kemeja putih hari itu."

Roller Coaster ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang