BersamaAroma kopi menyapa hidung Jennie saat dia melangkah menuju dapur. Dia tersenyum memberikan orang yang membuat kopi itu pelukan dari punggungnya.
"Pagi."
"Pagi, cantik." Jisoo menjawab, "Kopimu hampir siap. Minju sudah bangun?"
"Aku belum memeriksanya. Ini masih jam 6, baby. kita benar-benar bangun pagi-pagi sekali."
Jisoo tertawa kecil sambil memasukkan krim ke dalam satu cangkir, "Kurasa kita berdua agak bersemangat hari ini."
Jennie menarik dirinya saat dia pindah untuk duduk di meja dapur menunggu kopinya. Dia melihat Jisoo dengan piyamanya yang kusut dan rambutnya terlihat sedikit berantakan, "Tepat sekali, dan kau hampir tidak tidur tadi malam, kan?" Dia pikir dia mendengar Jisoo bergerak dan mengubah tidurnya tadi malam setelah beberapa momen pelukan manis di antara mereka, Jennie tertidur lebih dulu.
"Ani, tidak. Aku melihatmu tidur sepanjang malam." Jisoo memberinya kopi saat dia bergabung dengan Jennie, "Hati-hati ini panas." Ucapnya.
"Kupikir kau lebih panas."
Jisoo terkekeh, "Apakah kau menggodaku?"
"Hm, mungkin?" Jennie tersenyum, dia melanjutkan, "Aku menyuruhmu tidur, kenapa kau tidak melakukannya? Kau akan sangat lelah hari ini." Tangannya memegang cangkir hangat saat dia mencium aromanya. Dia melihat Jisoo meneguk kopinya seperti rasa panas yang tidak mengganggunya sama sekali.
"Aku merasa seperti aku sudah tua sekarang." Jisoo meletakkan cangkirnya.
"Apa?" Jennie menatapnya bingung, "Kenapa?"
"Menurutmu tidak? Maksudku, kita sekarang sudah sampai pada titik kita mengirim putri kita ke sekolah, apa kau bisa percaya itu?" Jisoo berkata sementara dia mengerutkan alisnya seperti dia sangat serius.
Jennie tidak bisa menahan diri untuk tidak menganggapnya lucu, dia tertawa pelan, "OMG ini hanya prasekolah, baby. Tenang saja. Dia akan baik-baik saja dan kau masih muda kita masih muda. Eh, apa yang aku bicarakan? Namun, ya, mari pasang wajah bahagia untuk putri kita hari ini. Aku yakin dia akan senang."
Itu adalah hari pertama Minju di sekolah. Orang tuanya telah mendaftarkannya ke prasekolah musim gugur ini selama mereka mempersiapkan pernikahan mereka. Meskipun Minju masih gadis kecil mereka, cutie sweetie pie, putri kecil atau lil bun sang dada, dan akan selamanya seperti itu--Minju adalah anak prasekolah daripada balita sekarang. Itu berarti dia harus lebih siap dan bersosialisasi dengan anak-anak lain seusianya dan mengirim Minju ke sekolah adalah suatu keharusan.
Dulu, Jennie sering khawatir bagaimana dia akan mengirim Minju ke sekolah atau ke mana pun dilihat dari Minju yang sering takut pada orang asing. Tapi sejak Jisoo kembali ke kehidupan mereka, gadis kecil itu berhasil berubah menjadi lebih baik. Mereka bisa mengatakan begitulah cara seorang anak tumbuh, tetapi bagi Jennie, Jisoo memainkan peran besar dalam hal itu. Jisoo sering membawa gadis kecilnya ke taman bermain atau Indoor Trampolin Park, tempat favorit Minju untuk bermain. Jisoo selalu memastikan putri mereka memiliki waktu untuk berinteraksi dengan orang-orang dan bagaimana dia membuat gadis itu lebih berani bahkan di sekitar orang yang tidak dikenal.
Jennie dengan penuh cinta menatap Jisoo saat dia memikirkan hal itu.
"Kau benar tentang Minju tapi satu hal tentang aku, aku tidak lagi muda, usia dua puluhanku hampir berakhir." Ucap Jisoo.
"Aniya, tidak." Jennie mengernyit lalu menggelengkan kepalanya.
"Aku lebih dekat ke 30 daripada 20."
"Baby, tiga puluhan adalah usia emas. Lagipula, kau terlihat jauh lebih muda dari usiamu dan sejujurnya siapa yang peduli? Usia hanyalah angka."