Chapter 15

2.3K 267 30
                                    

Perasaan Bersalah

Jennie
Jangan.
Aku akan keluar.
Beri aku waktu 5 menit

Jennie bergegas bangkit dari tempat tidurnya.

Fakta bahwa dia tidak diberi tahu sebelumnya, dan bahwa Jisoo ingin memberi tahu padanya hanya satu malam sebelumnya, membuatnya tercengang.

Dia tidak bisa menenangkan pikirannya karena Jisoo ada di sana di luar pintu depan. Meski begitu, Jennie tidak bisa langsung keluar begitu saja setelah turun dari ranjang dengan rambut acak-acakan dan sebagainya.

Di sisi lain, di luar pintu Jisoo memeriksa alamatnya berulang kali untuk berjaga-jaga jika dia salah alamat, karena sudah hampir satu jam dan masih, tidak ada Jennie.

Jisoo tidak tahu wanita itu sekarang melakukan rutinitas paginya untuk putrinya. Si kecil sudah bangun di tempat tidurnya ketika Jennie masuk ke kamar untuk memeriksanya. Dia harus melakukannya setiap pagi setelah dia bangun, alasannya karena Minju sekarang punya kebiasaan untuk turun dari tempat tidurnya jika dia bangun terlalu lama dan tidak ada yang mengeluarkannya dari sana. Si kecil yang tumbuh hari demi hari tidak lagi menyukai tempat tidurnya seperti sebelumnya, setelah menghabiskan setiap malam selama liburan di pulau--dia tidur di samping ibunya. Jadi Jennie berpikir dia harus memindahkan putrinya itu ke kasur sekarang, tetapi itu tidak berhasil. Untuk Minju, dia hanya ingin di sebelah ibunya atau di dalam box bayi, dan selain itu tidak.

"Pilih ikat rambutmu dan pergi ke Nini." Jennie membantu Minju memakai pakaiannya sambil berkata, "Biarkan Nini mengikat rambutmu. Mama harus pergi sekarang jadi mama tidak bisa melakukannya untukmu, tidak apa-apa sayang?"

"Mama pelgi mana?" Gadis itu memegang ibunya saat dia memasukkan kakinya ke dalam celana pendek bayinya.

"Mama akan bertemu dengan seseorang yang kamu kenal."

"Minju kenal?"

"Uh huh...kamu akan menyukainya jika kamu tahu siapa itu tapi mama tidak bisa memberitahumu sekarang. Tunggu sebentar, sayang. Sekarang pilih ikat rambutmu dan ayo kita cari Nini." Dia memperhatikan saat gadis kecil itu memilih ikat rambut merah muda dari lemarinya, warna yang sama dengan pakaiannya.

'Dia daddymu, baby. Jichu-mu ada di sini.'

Kedua wanita itu menuju ke ruang tamu ketika mereka melihat imo Jennie di sofa meminum teh paginya bersama dengan berita di televisi.

"Pergi ke Nini." Perintah Jennie dan Minju melangkah ke arah imo Jennie yang dipanggilnya 'Nini', dengan sisir dan ikat rambut di tangannya.

"Hei Nini, bisa imo mengikat rambutnya dan membuatkan sarapan untuknya?"

Wanita yang lebih tua dengan kacamatanya menoleh ke arah keponakannya, "Tentu, sweetie." Dia mengamati pakaian Jennie dan dompet di tangannya, "Kamu mau kemana pagi ini?"

"Em...ada janji--aku ada janji--eh bertemu seseorang? Aku akan kembali untuk menjaga putriku." Jennie membungkuk untuk mencium putrinya lalu pergi sebelum imo-nya bisa mengajukan lebih banyak pertanyaan. Nini mengernyitkan alisnya.

Bukannya dia ingin bersembunyi dari yang lebih tua, hanya saja dia tidak ingin memberikan kejutan padanya bahwa Jisoo sudah ada di sini, tidak, tidak di pagi hari seperti ini.

Jennie buru-buru memakai sepatu haknya mendekati kenop pintu, jantungnya mulai berdebar kencang dengan fakta bahwa dia akan melihat Jisoo tepat di luar pintu. Meskipun waktu terakhir mereka mengucapkan selamat tinggal singkat, dia akan bertemu dengannya lagi, di sini, sekarang juga.

Tetapi tidak ada seorang pun di balik pintu begitu pintu itu terbuka lebar. Jennie mulai ragu pada dirinya sendiri. Tapi itu tidak mungkin mimpinya. Jisoo benar-benar mengiriminya pesan.

Roller Coaster ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang