Part 17

2.8K 241 12
                                    

Zee menatap langit-langit kamarnya, beberapa hari ini mimpi buruk menghampirinya. Mimpi yang sama persis dengan kejadian dua tahun lalu dimana dirinya berada di sisi terpuruk dalam hidup.

Ia menatap meja belajarnya menampilkan satu barang yang selalu ia simpan dengan baik walaupun pemiliknya telah mengkhianatinya. Zee berjalan menuju barang itu, diusapnya perlahan barang itu. Air matanya lagi-lagi menetes, ia ingat betul wanita yang dulunya bisa menyembuhkan kesepiannya berkhianat di depan matanya.

"Kenapa pemilikmu melakukan hal keji itu? apa aku harus membuangmu agar tak ada lagi mimpi itu yang menghampiri malamku." Tanya Zee pada barang pemberian masa lalunya. Suara Zee sudah mulai serak pertanda tangisannya semakin mengencang.

"ARRGGHHHH BANGSAT KENAPA HARUS KEINGET LAGI SIH!!!"Teriak Zee sambil berjalan menuju cerminnya.

Pyarrrrr

Cermin itu pecah dipukul Zee dengan tangan kosongnya. Tangannya mengalir darah dengan derasnya. Dirinya luruh ke lantai mengingat masa lalunya yang menyebabkan dirinya koma selama seminggu. Tangis Zee makin kencang membuat Shani, Chika dan Flora menghampiri kamar Zee.

Tok tok

"Zee buka pintunya sayang, kamu kenapa nak?" Tanya Shani yang sudah khawatir.

Chika sudah meneteskan air matanya, ia tak sanggup jika adik manisnya itu kembali seperti dua tahun lalu. Ia tak sanggup melihat adiknya itu terpuruk.

"D-dek buka pintunya sayang, kak Chika mau masuk." Ucap Chika yang juga tengah merayu Zee.

"Bang buka dulu, ga kasian liat mama sama kak Chika nangis lagi?" Flora pun hanya bisa menenangkan Kakak dan mamanya.

Zee hanya diam dan menangis, dirinya sedang tidak ingin diganggu oleh siapa pun.

"Zee ayo dong sayang buka pintunya." Shani tidak lagi menahan air matanya. dirinya takut anaknya ini kembali terpuruk.

Zee mendongak, "Z-zee lagi ga pengen diganggu ma."

"Dek kak Chika mohon hiks.. kaka cuma pengen peluk adek." Suara Chika begitu lirih membuat Zee tidak tega.

Flora menatap iba kedua wanita kuatnya, ia yakin abangnya ini hanya butuh waktu sendiri.

"ma, kak Chika abang cuma butuh waktu sebentar. Flo yakin abang ga akan kenapa-napa." Rayu Flo agar Chika dan Shani percaya bahwa Zee hanya membutuhkan waktu.

Keduanya pun mengangguk lemah dan berbalik untuk pergi masuk kamar. Namun, belum jauh pintu kamar Zee pun terbuka. Menampilkan kondiri Zee yang berantakan dan juga darah yang mengalir deras ditangannya.

Mereka shock melihat Zee, keadaannya jauh dari kata baik. Shani pun langsung memeluk anaknya itu, air matanya itu sudah keluar begitu deras. Hatinya sakit melihat anaknya kembali seperti ini.

"Zee mama obatin dulu yuk tangannya, atau ke dokter aja biar diperban ini darahnya ngalir terus sayang." Ujar Shani sambil mengelus pipi Zee.

Zee hanya diam dan menggelengkan kepalanya, ia tak ingin ke rumah sakit.

"Mama aja yang obatin aku gamau ke rumah sakit, gamau disuntik takut." Sontak ucapan Zee membuat Flora menahan tawanya.

Bisa-bisanya abangnya lagi seperti ini malah ngelawak. Shani hanya tersenyum tipis mendengar jawaban dari Zee. Setidaknya anaknya ini mau berbicara walaupun hanya singkat.

Chika melihat Zee pun hanya diam menundukkan kepalanya, Zee yang sadar pun langsung membawa Chika kepelukannya. Ia tau kakaknya ini trauma dan takut dirinya kembali seperti dulu.

The Sun [ Zeeshel ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang