Suara tertawa renyah terdengar dari sebuah pekarangan rumah, seorang remaja laki-laki yang tengah bercengkrama dengan kakeknya.
Shani tersenyum melihat papanya bahagia bermain bersama anak tengahnya.
Rica memegang pundak anaknya itu, dielus kepala shani yang tengah memperhatikan dua orang di depannya.
Shani menoleh dan kembali tersenyum, "Mereka bahagia banget ya mah"
Rica pun ikut tersenyum, "Kan sudah mama bilang, papa itu kangen sama cucunya shani makanya mama selalu minta bawa anak-anak mu main ke sini"
"Iya shani baru paham sekarang maksud dari mama, maafin shani yaa"
"Gapapa shani, yang penting cucu mama sehat-sehat udah lebih dari cukup dan kamu pun harus bahagia"
Shani tersenyum getir mendengar kalimat terakhir mamanya.
"Apa aku bisa bahagia ma?" suara lirih itu membuat Rica pun ikut sedih, "Bisa sayang, asal kamu ikhlas dan tabah dalam menjalani hidupmu. Tuhan pasti bersamamu"
"Jadi gimana keputusan kamu? tetap berjalan dan dimadu atau mundur tapi mengorbankan kebahagiaan anak-anak mu?"
Shani terdiam, jujur ia pun bingung keputusan apa yang harus dirinya pilih.
"Enggak apa nduk, kamu gausah takut disini ada mama, papa, koko dan adikmu"
Rica berusaha meyakinkan anaknya yang bagi nya masih seperti anak kecil.
Helaan nafas Shani terasa sangat berat, Rica yakin anaknya masih memikirkan bagaimana kesehatan mental cucu-cucunya terutama Zee dan Flora.
"Kamu masih punya waktu 25 Hari lagi Shani, mama akan bantu kamu untuk meyakinkan keputusan mu itu, apapun itu mama akan dukung Shan"
Shani mengangguk dan memeluk erat mamanya, melepas rasa sesak di dadanya.
Zee yang sedang bercanda dengan opa nya kini menjadi terdiam setelah melihat Shani yang tengah menangis di pelukan sang Oma nya yang juga tengah menahan air matanya.
Farish juga jadi terfokus pada arah pandang Zee, ia yakin remaja laki-laki itu merasa sakit melihat mamanya menangis.
"Hei jagoan, opa punya Challenge buat kamu" ujar Farish
Zee langsung menoleh kearah Farish, "Challenge? Challenge apa opa?"
"Kalo kamu bisa bikin mama kamu 3 hari ini tertawa terus tanpa nangis opa bakal ngasih kamu mobil baru. Gimana?" ucap Farish sambil menaik turunkan alisnya.
Zee yang merasa tertantang pun menunjukkan senyum miringnya, "Oh tentu bisa dong opa, bener nih mobil?"
"Bener dong, apa sih yang engga buat cucu opa ini" Farish mengacak gemas rambut Zee.
"Oke deal"
"Deal"
Mereka bersalaman dan tertawa kembali membuat Krish yang baru masuk rumah heran, ada dua suasana dalam satu tempat.
"Yang satu ketawa, yang satu lagi nangis. Aneh" ujar Krish lalu meletakkan pesanan mereka.
Ya, selama Shani dan Zee di Jogja Krish yang menjadi babu kedua orangtuanya.
Poor krish.
"Weh weh udah ketawa sama nangisnya, ini makanan nya udah siap. Oh iya ma, ko Sehan nanti sore mau pulang, katanya dia kangen masakan mama" ujar Krish
Rica tersenyum, "Akhirnya lengkap juga biasanya kalo ga cici pasti kokomu itu krish yang ga hadir kalo lagi ngumpul"
Farish terharu, Tuhan masih memberikan kesempatan bagi keluarganya untuk berkumpul lengkap meskipun anak tengah nya sedang dirundung masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sun [ Zeeshel ]
Teen FictionSeorang pria yang mempunyai masa lalu buruk tentang seorang wanita, maka tak heran jika dirinya jomblo sampai saat ini. lalu bertemu lah dengan seorang wanita yang bisa menyembuhkan luka lamanya itu. bagaimana kisah selanjutnya? ikuti alur ceritanya...