Alisa baru saja bangun dari tidur nyenyaknya semalam. Setelah menyelesaikan tugas yang diberikan guru, dimeja belajar kesayangannya, tepat pukul 23.13 Alisa mendaratkan tubuh rapuhnya di atas kasur.
Saat melirik kesamping, jelas sang empu tidak berada disana. Kosong. Lantas Alisa melirik jam besi yang terletak diatas nakas. Bahkan pagi baru menunjukkan pukul 07.00.
Sepagi ini Jimin bangun? atau pria itu memang tidak tidur dikamar? sebab semalam suasana memang tidak sedang bersahabat.
Ah, terserah!
Alisa pun bangkit. Sebaiknya ia bersiap-siap kesekolah atau julukan putri cantik teladan akan sirna karna namanya masuk kedalam buku hitam.
*****
Usia Jimin saat ini baru menginjakkan kepala tiga. Beberapa bulan lagi nol yang berada disamping angka tiga itu akan menetas dan berganti wujud. Tapi Jimin sudah merasakan beban yang teramat berat diumur yang masih terbilang muda untuk prustasi pada hidup.
Seprustasi itu Jimin saat dunia begitu senang bermain-main dengan takdir, bahkan saat sebelum ia lahir pun dunia juga sudah mengukir kenangan buruk untuknya.
Jimin tidak marah saat Alisa memperlihatkan sisi emosionalnya semalam. Itu wajar. Toh, Jimin juga tahu betul, bahwa gadis itu memang serius pada pernikahan mereka. Hanya saja, Jimin yang dulu nya tidak berminat pada hubungan tersebut, mendadak dilema. Jimin berpikir keras bagaimana nasib Alisa kedepannya. Satu fakta yang harus kalian ketahui, Jackson kembali bukan untuk menyelamati Jimin dan mengakrabkan diri ke Alisa. Tapi kepulangan Jackson tentu saja untuk menuntut janji yang pernah Jimin lontarkan beberapa tahun lalu.
[Delapan tahun sebelumnya, Jimin 22 tahun, LA.]
"Ibuku bukan pembunuh!"
"Siapa lagi yang membenci ibuku, kalau bukan Ibu Sora."
"Hyung!"
"Ibumu terlihat cemas saat ibuku tidak sadarkan diri. Kau tau Jimin-ah, jika seseorang telah melakukan suatu perbuatan kriminal, dia akan panik, dan ketakutan. Dan aku melihat itu di wajah Ibumu!"
"Tapi ibuku bukan pembunuh! kenapa kau tidak mengatakan kalau ayah juga membunuh Ibu Aruem? kenapa hanya ibuku? mereka berdua berdiri bersama di ujung tangga, tapi kenapa hanya ibuku yang kau tuduh. Selama ini ibuku--"
"Ayah tidak mungkin melakukan itu ke wanita yang dia cintai. Ayah dan ibuku saling mencintai, jauh sebelum ibumu hadir di tengah-tengah rumah tangga mereka."
"Tahu dari mana seorang anak yang belum lahir yang tidak tau bagaimana asal usul kisah mereka? Kau tidak berhak menghukum ibuku dengan tuduhanmu yang tidak ada buktinya!"
"Justru karna ibumu yang tidak punya hati itu tidak tahu bagaimana menderitanya ibuku melihat kebahagiaan kalian diatas penderitaan nya."
"Hyung! berhenti menyalahkan ibuku!"
"Ibumu memang salah! karna dia lah ibuku menangis setiap hari. Ibuku berhenti tertawa dan itu semua karna wanita itu. Wanita yang begitu kau sayangi. Dia yang benar dimatamu, padahal dia juga yang merebut ayahku dan menghancurkan kel--"
"Mereka dijodohkan!"
"Dan seharusnya ibumu menolaknya!"
Jimin menarik keras rambutnya seraya ia jejelkan keatas meja makan. Hari dimana Jimin meminta Jackson berhenti menghukum ibunya terlintas jelas begitu saja. Ada sesal yang teramat dalam. Andai saja Jimin tidak mendatangi Jackson ke Amerika sedang membawa emosi, mungkin tidak ada sebuah janji bodoh dengan gegabah ia lontarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY IN MY LIFE || [PJM]✓
Fanfiction"Anak kecil harus pulang." Jimin menggenggam tangannya. Berharap yang ia cari sedari tadi bisa ia bawa kembali. Namun Alisa tidak berharap demikian. "Tidak, aku tidak ingin pulang." "Alisa," "Aku mau kita bercerai." Start : 21maret