JANGAN LUPA VOTTEEEEEE !!!!!!!
🗝️
Langkah Alisa tertatih menyisir aspal malam hari. Memakai kemeja kebesaran sebatas paha pun tanpa sendal Alisa tak perdulikan. Dada nya berdegup kencang ketakutan. Tubuhnya tidak tenang, pikirannya mengawang cemas. Syukurnya Alisa berhasil meninggalkan tempat itu tanpa ada halangan.
Entah karna kondisi rumah yang mendadak sepi sehingga Alisa bisa bergerak cepat meninggalkan apartement tersebut atau Jackson memang sengaja membiarkan Alisa pergi dari sana. Alisa tidak mengerti, yang ia tahu kini kaki nya mulai terasa sakit karna berjalan tergesa-gesa dan angin malam membuat tubuhnya kedinginan.
Derai air mata sesak itu tetap berjatuhan satu per satu. Demi apapun, tidak pernah sekalipun Alisa membayangkan hidupnya akan seperti ini.
Beberapa jam yang lalu, Alisa masih sangat ingat saat Jackson berucap,
"Tinggalkan dia, dan kembali padaku"
"Pernikahan itu tidak akan bisa di batalkan, kecuali kau ingin mereka abadi bersama ibuku."
Alisa harus bagaimana?
Alisa benci ketika disudutkan dengan pilihan yang sama sekali tidak ia inginkan.
Berlari kencang, entah kemana akan ia arahkan, Alisa ingin pergi dan menghilang dari hadapan semua orang. Sungguh! permainan akan takdirnya begitu rumit dan terlalu kekanakan jika kembali Alisa pikirkan.
Bagaimana bisa seseorang ingin menghancurkan kehidupan orang lain hanya karna tidak bisa menerima kenyataan akan sebuah kematian. Jackson sialan!
Siapa yang akan Alisa hubungi kini? tidak ada uang, tidak ada ponsel, tidak tahu arah tujuan. Kemana langkah itu akan Alisa ayunkan?
Di sebuah pepohonan besar di tepi jalanan, Alisa menemukan kursi kayu yang tersembunyi di tengah kegelapan. Ia dudukkan tubuh lelah itu tanpa beralaskan pun tanpa kain tebal untuk menutupi paha nya yang tersingkap.
Beruntunglah ada koran bekas yang terletak di samping tong sampah, perlahan kaki itu ia tegapkan lagi mengambil koran tersebut.
Sakit sekali rasanya. Hati Alisa terasa berkeping-keping hancur memikirkan semuanya. Ia usap lagi sudut mata yang sedari tadi tidak bisa terisak hanya menjatuhkan air mata saja. Setelah memotong jadi dua bagian untuk dijadikan alas, potongan yang lainnya Alisa jadikan penutup paha saat tubuh itu berusaha ia rebahkan.
"Dingin." gumam Alisa pada dirinya sendiri. Pun kayu itu terasa kasar menyentuh paha mulusnya.
"Oppa," Alisa menangis, suaranya gemetar sambil kedua tangan itu memeluk dirinya erat-erat untuk menghangatkan.
"Tidak bisakah kau menemukanku? disini dingin." lirih Alisa begitu pilu. Kedua mata itu ia paksa memejam sambil terus menangis dalam diam. Alisa sangat ketakutan kini meski berada di pinggir jalan yang mana sangat ramai, tapi Alisa merasa kesepian.
Alisa takut Jackson mencarinya, atau Yeonjun?
Mengingat itu Alisa mendudukkan tubuhnya cepat.
"Aku tidak boleh bertemu Yeonjun disini." lantas Alisa berdiri. Ia ambil potongan kardus yang ia jadikan alas itu lalu ia bawa lari lagi langkah nya pergi.
Tuhan! dia sudah seperti orang gila yang ketakutan akan di bawa oleh perawat.
"Oppa, aku takut." ucap Alisa ke dirinya sendiri. Kemana lagi ia akan pergi?
Pikiran nya tidak tenang serasa ingin berteriak kencang, sangat kencang sekali. Dada nya kian sesak. Air mata itu terus saja mengalir tidak mau berhenti. Begitu pilu yang Alisa rasakan kini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY IN MY LIFE || [PJM]✓
Fanfiction"Anak kecil harus pulang." Jimin menggenggam tangannya. Berharap yang ia cari sedari tadi bisa ia bawa kembali. Namun Alisa tidak berharap demikian. "Tidak, aku tidak ingin pulang." "Alisa," "Aku mau kita bercerai." Start : 21maret