Selamat membaca, semoga ga bingung ya sama alur nya.
Boleh minta vote nya dong 🤭
Sebelumnya, ah tidak—maksudnya, sudah dua kali berhubungan selama menikah setelah Alisa ingat-ingat kembali, gadis itu tidak pernah punya perasaan takut sedikitpun sebab yang terjadi memang tidak pernah ia ketahui akan mereka lakukan. Tapi kali ini?
Ya, ini jelas sangat berbeda.
Yang kali ini seperti terencana. Jimin baru saja berucap, berarti secara langsung Alisa sudah di beri tahu.
Dimulai cara Jimin menatapnya yang begitu teduh. Dua sorot manik itu sejak beberapa saat lalu, dimulai Jimin membawa tubuhnya kedalam gendongan hingga kini mereka sudah berada diatas kasur sedang Jimin berada diatas tubuhnya, maniknya sama sekali tidak berkedip bahkan berpaling sedikitpun.
Alisa masih diam menatap wajah tampan yang berada diatas sana. Lingkar mata dan alis rapi tebal itu terlihat sempurna jika diperhatikan dengan jarak sedekat ini. Hidung minimalis dan bibir merah tebal yang sejak tadi menggoda benar-benar membuat Alisa terbuai. Pesona Jimin memang sangat dahsyat. Alisa mengakui itu.
Bahkan pria itu tidak bergeming sejak tadi. Tatapannya yang kian dalam menusuk Alisa setiap detiknya. Ada tuntutan yang sedang Jimin berikan. Alisa jelas tau dari sorot mata yang benar-benar berbeda. Ada rasa ingin yang teramat dalam pun amarah yang sepertinya sedang bercampur.
Hingga tanpa sadar dan entah keberanian dari mana, jemari lentik nan lembut Alisa terulur begitu sopan mengusap wajah tampan yang sejak tadi diam sedang menatap tanpa bergeming. Refleks Jimin menutup kedua mata seolah menyukai sentuhan yang Alisa berikan.
"Apa begini membuat Oppa tenang?" suara lembut dan pelan itu menyapa Jimin begitu baik ditengah kamar yang sudah redup entah sejak kapan. Alisa menyapukan dua jari lentiknya pada kening Jimin yang sedikit basah. Lalu kembali menangkup kedua sisi pipi indah yang Alisa yakini tidak banyak orang yang bisa menyentuhnya.
Jimin mengangguk begitu lambat. Sedang kedua maniknya semakin sayu.
"Hmmm, aku suka disentuh seperti itu." jawabnya. Kalimat yang berhasil menusuk Alisa kembali sambil menelan ludah.
Kalau boleh jujur, saat ini Alisa hanya bermodal yakin saja. Yakin bahwa ada suatu hal besar yang sedang Jimin pikirkan disamping ucapannya sedang berusaha mempertahankan rumah tangga mereka. Tidak banyak yang bisa Alisa simpulkan. Disamping pertanyaan-pertanyaan yang membuat pusing kepala, Alisa lebih tertarik masuk kedalam permainan Jimin yang entah berujung indah atau menyakitkan. Karna nyatanya, perasaan nyaman yang begitu besar dan merasa dilindungi saat berada disamping Jimin sudah berhasil mengalahkan pemikiran aneh dalam benak Alisa.
Tangan Alisa yang semula bergerak meneliti pahatan sempurna ciptaan untuknya ini, kemudian berhenti. Meski diberi penerangan dari lampu jalanan yang memancar dari celah tirai jendela, tapi Alisa jelas tau bahwa Jimin saat ini sedang tersenyum menatapnya. Pun Alisa ikut tersenyum juga, dengan alasan yang tidak ia ketahui.
"Kenapa?" tanya Alisa begitu pelan dan lembut. Saat ini kedua tangan nya pun sedang bergelayut manja di leher Jimin. "Kenapa Oppa tersenyum?"
Jimin sedikit menundukkan wajahnya, dan menggeleng lirih. "Aku sedang memastikan sesuatu Alisa."
"Apa yang sedang Oppa pastikan, hmm?"
"Kau mencintaiku?"
Deg
Sedetik, jantung Alisa rasanya berhenti berdetak. Kedua tangan yang bergelayut di leher Jimin pun spontan Alisa lepaskan. Gadis itu langsung memalingkan wajahnya menatap keluar jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY IN MY LIFE || [PJM]✓
Fanfictie"Anak kecil harus pulang." Jimin menggenggam tangannya. Berharap yang ia cari sedari tadi bisa ia bawa kembali. Namun Alisa tidak berharap demikian. "Tidak, aku tidak ingin pulang." "Alisa," "Aku mau kita bercerai." Start : 21maret