"Aahhh...."
Jimin menarik sudut bibir nya. Wajahnya terangkat sebentar guna manatap Alisa yang sedang mendalami kenikmatan.
"Opp--aah...ghhmm" desah Alisa lagi tertahan.
Sakit dan nikmat melebur jadi satu.
Hantaman yang tidak terlalu kuat, kerap sering mempermainkan ketika Alisa merasa dirinya akan habis, Jimin malah menarik ulur begitu saja hingga gadis itu prustasi.
Jimin kembali memasuki dirinya. Pelan. Lalu keluar, dan memasukinya lagi--sangat pelan. Seakan sengaja membuat Alisa menunggu lama.
"Oppa, aku moho--aahhgmm..."
Jimin memasuki nya lagi. Membuat Alisa spontan meremas pundak Jimin melampiaskan dan menarik diri rapat-rapat. Kepala itu menjorok masuk lagi ke dalam ceruk Alisa. Sedang di bawah sana pergerakan nya masih sama--pelan, lambat, perlahan, sangaja membuat Alisa prustasi. Mati menegang dengan keprutasian menunggu Jimin menghujam nya kencang-kencang.
Jimin menjilat lehernya. Sesekali menghisapnya, dan menggigit kecil memancing Alisa melenguh hebat hingga dadanya terangkat minta di belai lebih jauh, dan lebih dalam.
Masih bergerak pelan di bawah sana, kepala Jimin mulai menuruni dari leher tadi ke permukaan dada. Semakin turun hingga bibir ranum itu menemukan mainan nya yang sedari tadi belum puas ia mainkan.
Jimin mengulum papilla itu lembut. Memainkannya di dalam sana dengan gerakan memutar bersama lidah. Menghisapnya dalam-dalam dan memainkan lagi dengan ujung lidah. Hal yang membuat tubuh Alisa di bawah sana serasa mengeluarkan sesuatu sebab senang di perlakukan demikian.
Alisa semakin menggila kala Jimin sedikit bangkit dan menahan kedua tangannya di atas kepala. Menahan nya agar tidak memberontak seolah akan ada peperangan setelah ini. Alisa sudah siap menunggu gerakan-gerakan yang membuatnya gila.
Jimin mendekatkan wajahnya menempel di samping telinga Alisa. Menggigit daun telinga itu pelan sebelum berucap,
"Aku tidak tahan, Alisa." ujarnya pun sama-sama prustasi seperti Alisa.
Sedang di bawah sana tempo yang Jimin berikan sangat-sangat lambat--sengaja mempermainkan hanya untuk menikmati wajah prustasi Alisa yang terlihat sangat seksi.
Sensual. Hangat. Menggelitik dan berhasil membuat Alisa meremang. Sayu pun tak lagi kuasa, Alisa lantas membalas. "You make me wait!" ujar Alisa yang terdengar merintih.
Jimin tersenyum dalam gelapnya kamar sedang diri nya tengah sibuk menjelajahi leher jenjang Alisa. Puas di sebelah kiri, bibir tebal itu akan berpindah kesebelah kanan. Sesekali menggoda sampai pangkal langan nya, membuat Alisa bergelinyang menahan geli.
Alisa mengigir bibir bagian dalam itu melampiaskan. Tubuhnya meremang sebab begitu bergairah kala menatap mata sayu Jimin yang memindai bibir nya. Jimin melumat lagi dan mulai bergerak lagi. Tapi kali ini tampak beda dari tempo sebelumnya.
Sedikit dalam dan untuk beberapa saat Jimin mendiamkan nya di dalam. Hal yang membuat dada Alisa kian sesak sampai tangan yang sedari tadi Jimin tahan, terlepas kala Alisa menyentak paksa dan beralih menangkup wajah Jimin.
"Tidak bisakah--aahhhh."
Jimin mendesak nya dalam-dalam. "Opp--aahhhh."
Sebelah tangan Alisa meremas bahu Jimin, sedangkan tangan satu lagi sibuk menyurai surai pirang tersebut. Mengecup bahu Jimin hingga menyuarakan decakan, Alisa rasa diri nya benar-benar gila karna menunggu Jimin menghantamkan dengan kencang.
Jimin mempermainkan nya. Mengulur tempo yang biasanya selalu kencang dan keras, mendadak malam ini Jimin terlihat ingin bermain-main dengan keprustasian Alisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY IN MY LIFE || [PJM]✓
Fanfiction"Anak kecil harus pulang." Jimin menggenggam tangannya. Berharap yang ia cari sedari tadi bisa ia bawa kembali. Namun Alisa tidak berharap demikian. "Tidak, aku tidak ingin pulang." "Alisa," "Aku mau kita bercerai." Start : 21maret