18. Kostum Pentas Drama

1.1K 267 87
                                    

Spam emotikon sebelum kamu baca👉

HAPPY READING

18. KOSTUM PENTAS DRAMA

Aurora baru saja melangkah hendak ke luar kelas, bertepatan dengan Ganendra yang baru saja hendak berbelok masuk ke kelas. Indra penciuman Aurora mendeteksi aroma yang terasa menyengat, tak lama kemudian, ia bersin tepat di depan wajah Ganendra. Lelaki itu reflek memejamkan matanya. Aurora hanya terdiam lalu menutup mulutnya sendiri. Ganendra membuka matanya kembali setelah mengusap wajahnya yang kini ternodai. 

"Lo kejam banget tau gak?" Ganendra memperlihatkan ekspresi menahan kesalnya. 

"Lo pakai parfum?" Alih-alih meminta maaf, Aurora juga menampilkan ekspresi kesalnya. 

"Iya, masalah?" balas Ganendra, sengit.

"Gue alergi parfum." 

"Terus, dengan lo bilang kalau lo alergi, lo gak minta maaf?" tanya Ganendra. 

Aurora menatapnya lama, tampaknya sungkan sekadar minta maaf. Beberapa saat kemudian, ia menghela nafasnya. "Maaf." Setelah berucap, ia melangkah melewati Ganendra begitu saja. Lelaki itu hanya berdecih, lalu mengelap wajah kembali. Bisa gawat kalau ketampanannya hilang. 

Arsen dan Rana sudah berada di kelas, juga beberapa siswa kelas XI MIPA 1 lainnya. Ganendra melangkah menuju bangkunya, ia melepaskan ranselnya lalu melemparnya begitu saja ke meja. Tangannya bergerak merapihkan rambutnya yang diberi pomade. "Ganteng gak gue?" tanyanya pada Arsen.

Arsen bergidik. "Narsis bener lo, jijik!" 

"Bacot lo!" balas Ganendra. Ia mendekati Rana yang tengah bermain ponsel di mejanya. 

"Putri Yunra." Ganendra menekuk salah satu lututnya di sebelah meja Rana, ia bergerak menggenggam tangan Rana yang membuat gadis itu terlonjak kaget. Bahkan semua siswa dikelas pun mengalihkan atensinya ke Ganendra. 

"Aku ingin ke kantin denganmu, Yunra. Tapi aku tidak butuh jawaban, aku yakin kamu kamu." Ganendra menegakkan kembali tubuhnya, lalu menarik Rana beranjak berdiri begitu saja. Ia seolah memerankan tokoh Jevier dan Rana sebagai Yunra. Gadis itu hanya menganga, belum sempat ia menjawab Ganendra dengan seenak jidatnya menariknya begitu saja. 

"Eh, Ganen!" Langkah kecil Rana menyejajarkan langkah besar Ganendra keluar kelas. Semua pasang mata yang melihat Ganendra, hanya bisa menggelengkan kepalanya. 

"Ganendra! Lo mau ngapain?" tanya Rana, mereka tengah melangkah menuju kantin. Entah apa maksud Ganendra, dengan menggenggam tangannya seperti ini. Rana merasa risih karena mendapat sorotan tatapan tajam dan sinis dari siswi yang melewatinya. 

'Jangan bilang mereka cinlok?!'

'Gue gak rela pokoknya!'

"Lepasin tangan gue, Ganen!" Rana mencoba melepaskan genggaman tangan Ganendra. Tapi lelaki itu malah mengeratkannya. Dengan langkah percaya diri, Ganendra juga memasang senyumannya untuk menebar pesona pada beberapa siswi yang ia lihat. Sebelah tangannya ia masukkan ke saku celananya, membuat semua siswi yang melihatnya hanya bisa mengigit bibirnya sendiri menahan jeritan melihat pesona Ganendra yang tidak diragukan lagi. 

Ganendra menoleh menatap Rana yang masih mencoba melepaskan genggamannya. "Kenapa tangan lo dingin Ran? Lo salah tingkah sama gue?" tundingnya. 

Rana menghentikan langkahnya, sontak Ganendra juga berhenti. Gadis itu menganga. "Apaan sih Ganen?!" 

"Cewek mana sih yang gak salah tingkah gue genggam tangannya?" kekeh Ganendra. Selain tidak waras, ia terlalu percaya diri. 

"Bisa gak, lo gak usah sombong?" balas Rana. Ia tampak kesal dengan Ganendra. 

My Precious (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang