Hai, ada yang nungguin?
HAPPY READING
33. PEMBUNUH?
Seminggu berlalu. Aurora belakangan ini tampak lesu. Bahkan siswa SMA Aksara Bangsa yang biasanya melanggar aturan heran karena Aurora mengabaikan kesalahan mereka. Biasanya Aurora akan langsung menghukum mereka atau mengingatkan dengan tegas. Tapi kini berbanding balik.
Tatapan Aurora tertuju pada bangku Ganendra dan Arsen yang kosong. Suasana kelas terasa berbeda karena Ganendra dan Arsen tidak bisa masuk sekolah. Rasanya benar-benar kosong. Hampa.
Hampir setiap pulang sekolah Aurora membesuk Ganendra dan Arsen. Ganendra masih seperti kemarin setia memejamkan mata, sementara Arsen perlahan semakin membaik, tapi tetap saja ia butuh waktu pemulihan yang cukup lama.
Saat ini Aurora masuk ke kamar inap Ganendra. Setiap kali melihat Ganendra yang terbaring tak berdaya membuat hati Aurora teriris. Ia melangkah mendekati Ganendra. Ruangan itu hening, hanya terdengar mesin monitor.
"Udah seminggu gue selalu ke sini, kapan lo bangun?" tanya Aurora yang hanya di jawab hembusan nafas Ganendra.
Setiap kali bicara pada Ganendra, hanya sesak yang ia rasakan. Ia berharap Ganendra akan menjawabnya, tapi tidak terjadi. Aurorabenar-benar merindukan Ganendra. Perlahan air mata Aurora mengalir, ia tak kuasa menahan sakit di dadanya. Ia hanya ingin Ganendra segera bangun. Setiap kali berdoa, Aurora selalu menyebut nama Ganendra. Entah sampai kapan Ganendra terbaring di sini.
Aurora memegang tangan Ganendra erat. Saat bersentuhan dengan lelaki itu, jantung Aurora selalu berdetak tak karuan. Ia rasa ada yang tidak beres dengan jantungnya.
"Gue kangen lo." Suara Aurora tercekat.
"Gue janji Gan, setelah lo bangun, lo boleh usik gue sepuasnya."
Setiap saat Aurora juga tidak berhenti menyalahkan diri sendiri, karena dirinya Ganendra jadi koma. Di saat itu juga Aurora selalu menangis. Ingin rasanya memutar waktu, mengembalikan semuanya seperti dulu.
'Clek!'
Pintu kamar Ganendra terbuka membuat Aurora sontak menoleh. Deva menutup pintu kembali lalu melangkah ke arah Aurora. Gadis itu menyalimnya dengan sopan.
"Terima kasih ya, Rora mau ke besuk Ganen tiap hari." Deva tersenyum menawan.
"Gapapa, Om."
"Ganen, kamu kapan bangun, nak? Liat tuh ada Rora di sini," goda Deva sambil terkekeh miris. Ia menyeka air mata yang mengalir di sudut mata.
"Ganen udah ada perkembangan Om?" tanya Aurora.
Deva menggeleng. "Dia masih sama seperti kemarin."
"Maafin Rora Om. Ini semua salah Rora." Aurora sedikit menunduk.
Deva menoleh menatapnya. "Enggak, Ra. Ini bukan salah siapa-siapa."
"Rora pamit pulang dulu ya, Om." Suara Aurora melemah. Ia tampak lesu.
Deva mengangguk. Aurora menyalimnya. Sebelum benar-benar keluar, ia menatap Ganendra beberapa saat.
'Cepet bangun.'
Sebelum pulang Aurora menyempatkan diri membesuk Arsen. Ia membuka pintu kamar inap Arsen. Di dalam ada Genta. Perhatiannya teralihkan kala Aurora masuk. Gadis itu menghampiri lalu menyalimnya.
Melihat Aurora Arsen berusaha tersenyum, yang kemudian di balas Aurora.
"Rora ganggu gak, Om?" tanya Aurora.
![](https://img.wattpad.com/cover/262048618-288-k593896.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious (Completed)
Novela JuvenilVector by: @erstvul_ Sequel Of My Killer Ketos (Versi lama) Buat kamu yang belum baca My Killer Ketos versi lama, bisa dibaca dulu di akun @meliyanaajia dengan judul Ketua OSIS Killer, karena konfliknya berbeda Pertahankan apa yang membuatmu berhar...