HAPPY READING
34. GANENDRA MENYEBALKAN
Betapa bahagia dan lega Deva dan Steffi melihat Ganendra terbangun dari komanya. Mereka benar-benar merindukan anaknya. Walaupun tatapan Ganendra sedikit sayup dan tampan tidak bertenaga, tapi ia melemparkan senyuman pada orang tuanya.
"Pa..Ma.." panggil Ganendra.
Tak kuasa Steffi menahan tangis bahagia sekaligus lega.
"Sayang, Mama lega karena kamu udah sadar, Mama gak bisa bayangin kalau kamu.." Belum sempat Steffi menyelesaikan kalimatnya, Deva menyela.
"Steff! Jangan ngomong yang aneh-aneh!"
Steffi menangis tersedu. Meluapkan semua beban pikirannya selama ini.
"Steff, kalau mau nangis, di luar aja. Jangan nangis depan anak," ujar Deva.
Steffi akhirnya beranjak keluar. Benar kata Deva, Ganendra sudah bangun, tidak seharusnya ia menangis seperti ini. Buru-buru ia bergegas keluar. Ia berpapasan dengan Aurora, tapi Steffi tidak berniat memberitahu kabar baik ini, biar saja menjadi kejutan untuk Aurora.
Ganendra perlahan beranjak ingin duduk. Rasanya terlalu lelah berbaring selama ini. Karena tenaga belum cukup untuk beranjak sendiri, Deva lantas membantunya. Bertepatan Aurora masuk ke kamar inap Ganendra membuat hati lelaki itu meletup-letup melihatnya. Ia menatap Deva sambil mengedip matanya, mengode sesuatu. Deva yang mengerti jalan pikiran Ganendra sekarang pun manggut-manggut.
Aurora berbalik setelah menutup pintu. Ia berjalan ke arah Ganendra sambil tersenyum. Meleleh hati Ganendra melihat senyuman manis itu.
Aurora menyalim Deva yang sedang pura-pura menangis. Lalu beralih menatap Ganendra yang juga menatapnya.
"Lo siapa?" tanya Ganendra.
"Om, Ganendra kenapa?" tanya Aurora bergetar.
Deva tidak menjawab, hanya menatap sendu Aurora dengan air mata palsunya.
Perasaan Aurora mulai tak karuan. Kenapa Ganendra lupa dengan dirinya? Tanpa disadari air mata Aurora membendung di kelopak matanya. Rasa sesak terus menyeruak dengan berbegai pertanyaan yang belum terjawab.
Hingga Steffi kembali masuk ke kamar ketika dirinya sudah lebih baik. Ia menatap bingung pada Aurora.
"Rora kenapa?" tanya Steffi.
"Ganen kenapa Tante?" tanya Aurora bertepatan air matanya yang jatuh.
Steffi tidak mengerti, ditatapnya Deva yang tengah menghapus air matanya. Steffi memicingkan mata menatap curiga.
"Ganen gapapa Ra. Kenapa kamu nangis?" Steffi beralih menatap Deva dan Ganendra yang menyengir.
"Hm! Bagus! Kalian yang bikin Rora nangis?!" Steffi mencubit pinggang Deva membuat lelaki itu berjengit kesakitan.
"Steff! Steff! Sakit!" lenguh Deva.
Aurora menyeka air mata di pipi. Ia menatap Ganendra yang menyengir padanya. Jadi mereka membohonginya? Siapa lagi kalau bukan ide Ganendra? Ia tau benar bagaimana Ganendra. Tega sekali Ganendra!
"Lo boongin gue?!" Aurora menatap kesal. Tapi jauh di dalam hatinya yang lega bukan main.
"Ganen, sayang. Kamu bisa-bisanya prank Rora padahal kamu masih lemes!" gemas Steffi. Ingin mencubit tapi tidak memungkinkan.
"Maaf, Ra," gumam Ganendra pelan.
Aurora bernafas lega. Ganendra paling bisa membuatnya kesal tanpa melihat keadaan. Tapi Aurora kembali menangis terharu, ia bergerak memeluk Ganendra membuat lelaki itu melotot terkejut. Detak jantungnya mulai tidak normal.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious (Completed)
Teen FictionVector by: @erstvul_ Sequel Of My Killer Ketos (Versi lama) Buat kamu yang belum baca My Killer Ketos versi lama, bisa dibaca dulu di akun @meliyanaajia dengan judul Ketua OSIS Killer, karena konfliknya berbeda Pertahankan apa yang membuatmu berhar...