💙9🍊

423 90 1
                                    

Beomgyu mengusap-usap lengannya yang kini terdapat bekas gigitan Ryujin.

Padahal ia yakin bahwa hoodienya sudah lumayan tebal, tapi kenapa gigitan Ryujin rasanya seperti tangannya digigit binatang buas?!

Ryujin di sebelahnya meringis dan meminta maaf, "Maaf Beomgyu ...."



Beomgyu tak menghiraukan ucapan gadis itu, pandangannya beralih kepada kardus yang daritadi gadis itu bawa kemana-mana. Kardus berisi sampah.

"Ngapain sih bawa sampah kemana-mana, udah bau, ngundang nyamuk tau nggak?" ucap Beomgyu dengan nada sinis.


Ryujin berkali-kali terkejut saat menyadari bahwa Beomgyu adalah orang yang seperti ini. Setiap omongannya kelewat blak-blakan, bahkan terkesan kasar. Maka Ryujin mengontrol dirinya untuk tak memasukkan setiap perkataan tajam Beomgyu ke dalam hati.



Padahal, andai saja ia tahu bahwa Ryujin melakukan hal ini karena hubungannya dengannya.

"Gue nanya, dijawab."

Ryujin mengerjap, "O-oh, kirain cuma mau protes, nggak butuh jawaban, hehehe ...." ringis Ryujin.

"Sebenernya ... gue ... nggak deh, bukan apa-apa."


Jawaban Ryujin membuat kening Beomgyu kembali berkerut. Ryujin yang menyadari itu pun segera memberitahukan alasan sebenarnya.

"Eh— i-iya sabar dulu!! Ini baru mau jawab nih ... tapi lo jangan marah ...."

"Kenapa juga gua marah?"

"S-soalnya ada hubungannya sama lo ..."

"Gua?"

Ryujin mengangguk. Gadis itu perlahan menarik napasnya.


"Gue sebenernya dapet hukuman pas main game, hukumannya tuh ... foto bareng lo— mAAF MAAF, GUE NGGAK MAKSUD JADIIN LO CANDAAN ATAU APA PUN, SUMPAH!! ITU TEMEN GUE YANG NGASIH!!"

"Terus?"

"T-terus? Terus ... gue minta hukuman lain aja, karena kan kita nggak kenal ... gue takut lo merasa keganggu, jadi ya ...."

"Hukuman lainnya mungutin sampah?"

"I-iya ...."

Beomgyu membuang wajahnya.


"S-sorry ... pasti lo nggak nyaman ya—" cicit Ryujin tak enak.

"Tapi kenapa?"

"Huh?"

"Kenapa nggak nyamperin gue? Maksud gue bukan berarti gua mau bantuin lo, tapi kenapa nggak langsung minta bantuan gue aja?"

"Gue perhatiin lo waktu di lapang tadi. Kayaknya lo nggak nyaman sama orang baru ...? Jadi yaa gitu, daripada gue ngeganggu lo, mending gue pungutin sampah aja. Lagian kalo dipikir-pikir, annoying juga tiba-tiba orang nggak dikenal ngajak foto, hahaha."



Beomgyu terdiam mendengarkan penjelasan Ryujin.

"Siapa bilang gue nggak kenal lo?"

Ryujin menoleh kaget pada Beomgyu, "E-eh? Lo tau gue?"

Beomgyu menoleh, dan kini keduanya saling bertatapan.
"Kenal. Lo Shin Ryujin, jurusan IPA. Lulusan SMP gue. Orang yang 2 tahun lalu udah nolak temen gue mentah-mentah tanpa penjelasan sedikit pun di hari perpisahan," ungkit Beomgyu.

Alis Ryujin mengkerut, "H-huh? Maksud lo?"


"Lee Euiwoong. Lo nggak lupa, kan? Orang yang nyatain perasaannya ke lo, tapi lo tinggalin gitu aja di kebun belakang sekolah."

Ryujin memutar balik ingatannya, menemukan hal yang Beomgyu maksud. Ryujin mengingatnya. Anak laki-laki pendek berambut turun dan berkacamata itu.



"Inget?" tanya Beomgyu sinis.

"Inget ... dia ... temen lo?" tanya Ryujin.

"Iya. Gue cuma nggak nyangka aja, ternyata kalau nggak ada orang yang ngeliat, lo aslinya begitu. Kayak pakai topeng, lo tau?"


Ternyata perasaan Ryujin selama ini benar.



Ia kira ia berlebihan dengan mengira bahwa Beomgyu membencinya selama ini, karena setiap saat ia bertemu Beomgyu, Beomgyu selalu melayangkan tatapan tajam ke arahnya.

Namun ia selalu berpositive thinking, berpikir bahwa mungkin saja mata Beomgyu memang terlihat seperti itu.

Ryujin menunduk dalam. Ia meremas ujung kaosnya kuat-kuat. Berusaha tak memasukkan kalimat tajam Beomgyu ke dalam hati. Ia tak boleh menangis saat ini. Ia harus menceritakan semuanya pada Beomgyu. 



"Beomgyu."
Panggil Ryujin. Beomgyu menatapnya.



"Masalah itu, gue udah minta maaf langsung sama Euiwoong. Jujur, setelah sampai di rumah setelah kejadian itu, gue juga terus-terusan kepikiran. Gue ngerasa kalau gue emang kelewatan. Harusnya gue nggak boleh sejahat itu walaupun mood gue lagi berantakan.

Besoknya, gue coba cari kontak Euiwoong. Setelah dapet, gue ajak Euiwoong ketemuan dan ... untungnya dia mau. Gue samperin Euiwoong ke dekat rumahnya, gue minta maaf ke dia. Untungnya dia mau maafin gue setelah gue cerita apa yang terjadi sama gue hari itu."


Beomgyu tampak terdiam sebentar sebelum bertanya, "Memang ada apa hari itu?"



"Mama Papa gue cerai."




Hening.





Ryujin bangkit dari duduknya. Kembali mengangkat kardus berisi sampahnya dan membersihkan pasir yang menempel di celana pendeknya.

Dia tersenyum sambil melihat Beomgyu sebelum berkata, "Gue duluan ya, Beomgyu. Nggak perlu ngerasa bersalah, gue nggak apa-apa. Udah impas sama ini. Makasih ya!" seru Ryujin sambil menunjuk kain kasa yang menempel di lututnya dan kemudian pergi dari hadapan Beomgyu.





Hayoloh Beomgyu ...

blue orangeade ;c.beomgyu✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang