💙39🍊

261 61 14
                                    

⚠️tw // mention of blood⚠️


Beomgyu mengetuk pintu rumah Ryujin. Tak berapa lama kemudian pintu dibukakan oleh seseorang yang Beomgyu yakini adalah ibunya Ryujin.

"Malam Tante, maaf mengganggu. Saya Beomgyu temennya Ryujin. Ryujinnya ada, Tan?" tanya Beomgyu sopan.

"Eh, maaf ya, Tante juga baru aja pulang sore ini. Kayaknya Ryujin kerumah kakaknya deh dari tadi pagi." jelasnya.

"Kalau saya boleh tau rumahnya di mana ya, Tante? Mau ada yang diomongin sama Ryujin soalnya."

"Rumahnya di kompleks sebelah, dik. Perumahan Kayu Manis jalan anggrek, blok A nomor 118. Dari sini sekitar 15 menit sih, tapi mau Tante panggilin Ryujinnya aja ke sini?"

"Jangan Tante, biar saya aja yang ke sana. Kalau gitu saya pamit dulu. Makasih ya, Tante."

"Iya, sama-sama~"




Beomgyu melanjutkan perjalanannya menuju rumah yang ia rapalkan alamatnya di sepanjang perjalanan. Takut lupa.

Langit benar-benar sudah menggelap sepenuhnya saat ini. Butuh waktu setengah jam bagi Beomgyu yang berjalan kaki sampai ia datang ke blok yang tepat.


Kakinya kemudian melangkah semakin dekat ke tempat tujuannya. Dilihatnya nomor-nomor yang tertera di setiap rumah dan menghitungnya mundur.


"122 ... 121 ... 120 ... 119 ..."

Dan akhirnya ia menemukannya, "... 118."



Kaki Beomgyu yang semula pegal kini terasa hilang sakitnya setelah menemukan rumah berwarna biru tua itu. Ia mengetuk pintu rumah itu.

Hingga tak lama kemudian, muncullah wajah tak bersahabat yang beberapa jam lalu juga sempat ia temui.


"Beneran dateng lo?" ucapnya sewot tapi dengan nada suara yang tidak sengegas sebelumnya.



Beomgyu tak menjawab, melainkan hanya menatapnya sedih seakan memohon untuk diizinkan menemui adiknya yang sedang sakit di dalam sana, Ryujin.

Yeonjun kemudian menghela napasnya kasar setelah melihat wajah Beomgyu yang memang terlihat lusuh dan lelah. Namun kemudian, ia terpaksa membiarkan orang yang ia yakini telah menyakiti hati adiknya itu untuk masuk ke dalam rumahnya setelah memastikan bahwa Beomgyu datang dengan berjalan kaki, tak ada kendaraan.

Beomgyu masuk ke dalam kediaman yang minimalis namun terkesan luas itu. Ia mengekori Yeonjun yang membuka sebuah pintu kamar dan menampakkan seorang gadis yang tampak tengah tidur membelakangi mereka di dalam sana.



Gila. Kalau saja Beomgyu tak pandai-pandai menahan diri sudah pasti ia akan naik ke ranjang itu saat ini juga dan memeluk tubuh ramping itu dari belakang.


He missed her so bad.


Namun seakan tak mengizinkan Beomgyu melihat adiknya lebih lama, Yeonjun kemudian menutup pintunya sambil menatap Beomgyu.

"Nggak sekarang. Ryujin baru tidur setengah jam yang lalu." tegasnya sambil menatap Beomgyu.



Lelaki itu kemudian berlalu dari hadapan Beomgyu menuju kulkasnya. Mengeluarkan sebuah soda kesukaannya dari dalam sana beserta 2 buah gelas lalu meletakkannya di meja ruang tengah.

Ia duduk di sofa sambil menatap Beomgyu yang masih berdiri di depan kamar adiknya itu.
"Duduk."



Beomgyu mengahmpirinya dan ikut duduk di sofa.

Yeonjun menuangkan soda ke dalam 2 gelas itu. Diam-diam ia tertegun. Bagaimana bisa Ryujin memiliki seorang kakak yang kepribadiannya sungguh bertolak belakang dengannya seperti ini?




"Gue nggak pernah mau ikut campur urusan orang-orang di sekitar gue. Tapi karena ini Ryujin, adek gue sendiri, susah rasanya buat gue ngendaliin perasaan gue buat nggak ikut campur," ucap Yeonjun sambil menenggak habis soda di gelasnya. Beomgyu tak berniat menginterupsi. Ia hanya mendengarkan Yeonjun dengan seksama.


"Gue waktu kecil dulu manja. Gue sempet benci kelahiran Ryujin karena dia ngerenggut semua perhatian bokap nyokap gue yang awalnya cuma buat gue.

Kalau lo perhatiin, jari tengah sama jari telunjuk Ryujin itu sedikit bengkok dari jari-jari lainnya, lo tau kenapa? Karena gue yang matahin jari-jari Ryujin waktu kecil dulu. Gue yang sengaja nutup pintu keras-keras waktu liat tangan Ryujin ada di sela-sela pintu. Itu yang buat Ryujin jadi kidal, sampai sekarang."

Beomgyu memperhatikan Yeonjun yang masih terus-terusan menenggak habis sodanya dari samping.


"Tapi lo tau? Ryujin nggak takut sama gue, bangsat. Ryujin nggak marah, benci, dan kesel sama gue. Di saat semua orang bahkan ngejauhin, bahkan takut buat berteman sama gue. Lo tau betapa bencinya gue ke diri gue sendiri sama fakta bahwa gue penyebab dari cacatnya Ryujin saat itu? Gue bikin anak sebaik Ryujin cacat.

Dia nggak bisa nulis, jadi dia harus belajar pakai tangan kiri buat semuanya. Dan setelah itu semua, lo tau gimana rasanya dia tetep ngedatengin lo, ngehibur lo yang dikucilkan sama temen-temen lo sendiri padahal lo penyebab dari luka terbesarnya? Gue belum pernah benci sama orang lain melebihi kebencian gue ke diri gue sendiri karena hal itu."



Kini wajah pemuda itu sudah digenangi oleh lautan air mata. Ia mengusap wajahnya kasar. Sementara Beomgyu hanya menunduk sambil meresapi cerita Yeonjun.


"Setelah kejadian itu, gue udah janji ke diri gue sendiri buat selamanya jagain Ryujin. Gue nggak akan biarin siapapun nyakitin dia. Dan menurut lo gimana perasaan gue waktu tadi malem gue ngeliat dia pulang nangis-nangis? Sakit hati gua.

Waktu awal kalian berdua mutusin buat ngerawat kucing itu, gue berterima kasih banyak sama lo karena bisa bikin Ryujin sebahagia itu. Jujur gue udah lama penasaran sama lo sejak hari itu, tapi nggak pernah ada kesempatan buat ketemu.


Sampai beberapa minggu belakangan ini Ryujin jadi lebih diem. Kalau sendirian dia ngelamun, di rumah cuma tidur seharian. Yang dulunya gua jarang nemuin dia di rumah karena dia selalu di rumah lo, sekarang dia justru nggak pernah keluar dari kamarnya lagi. Semangatnya hilang.


Gua bisa nahan emosi gua sampai tadi malam. Tapi waktu tadi pagi dia minta gue buat ngambilin kucingnya di tempat tadi karena dia sakit, gue sadar kalau ada sesuatu kan di antara kalian berdua? Kalau nggak kenapa tiba-tiba kalian mau mindahin kucingnya?" 



Beomgyu hanya tertunduk menyesal. Ia tak tahu harus menjelaskan pada Yeonjun seperti apa. Karena ia sendiri pun tak tahu apa yang terjadi antara ia dan Ryujin saat ini.


"Gue, Gyu, kalau Ryujin nggak larang-larang gue buat nyakitin lo, lo udah gua bonyokin dari tadi sore juga anjrit. Buat apa gue nangis-nangis nahan emosi gini, sat."




Hening. Beomgyu benar-benar tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Ingin menjelaskan, tapi juga bingung menjelaskan apa. Masalahnya sendiri pun juga tidak jelas.

Yeonjun kembali mengusap wajahnya kasar.



"Gue bisa minta tolong sama lo?"

Beomgyu memperhatikan Yeonjun yang sedang menuangkan soda ke gelasnya itu dengan seksama.



"Tolong kalau nanti lo nyelesein masalah lu sama Ryujin, ceritain semuanya. Ceritain semua hal dari sudut pandang lo, dari awal sampai akhir tanpa terkecuali. Jadi ujungnya cuma ada dua. Lo damai, atau lo harus jauhin adek gua selama-lamanya."


blue orangeade ;c.beomgyu✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang