Ryujin mengajak Beomgyu ke wahana hiburan keluarga tempat teman-temannya —termasuk Beomgyu— datang kemarin.
Sebenarnya Beomgyu paling anti tempat-tempat ramai seperti ini. Ia cenderung cepat lelah saat berada di tempat yang penuh manusia seperti ini. Jika saja yang mengajaknya bukan Ryujin, sudah dapat Beomgyu pastikan bahwa ia tak akan pernah menginjakkan tempat ini.
"Gyu!"
"Huh?"
"Kok ngelamun aja? Nggak suka, ya? Kalau gitu kita cari tempat lain aja—"
"Jangan," Beomgyu menarik tangan Ryujin. Dengan tatapan yang masih terpaut Beomgyu melanjutkan, "Di sini aja. Gue suka."
💙🍊💙🍊
Dan di sinilah mereka. Setelah seharian mencoba berbagai macam wahana, di sinilah keduanya berakhir. Tepat berada di balik sabuk pengaman sebuah wahana tornado. Peluh mengucur dari dahi Beomgyu.
Benar, Beomgyu takut ketinggian.
Sementara Ryujin yang di sebelahnya memekik kesenangan saat wahana mulai lepas landas dari tempatnya dan melaju tinggi menuju langit.
Pekikan-pekikan histeris terdengar dari penumpang sebelah kiri dan kanan mereka. Tak terkecuali Ryujin yang asik berteriak menikmati wahana itu.
"WOOHO!!!"
"YAAAA!!! HAHAHAHA"
"AAAAKKK!!!!!!"
10 menit kemudian wahana itu berhenti. Ryujin mengusap air matanya yang keluar akibat berteriak terlalu histeris.
"Gyu, mau makan, nggak? Gue trakti— EH, ASTAGA BEOMGYU? BEOMGYU? BEOMGYU!!! T-TOLONG TEMEN SAYA PINGSAN!!!!"
💙🍊💙🍊
Beomgyu terbangun di sebuah ruangan serba putih dengan bau obat khas rumah sakit. Ia memegangi kepalanya yang terasa pusing, sambil berusaha mendudukkan dirinya. Ia melihat ke sekeliling, berusaha mengingat apa yang terjadi, dan dimana ia saat ini.
Sekelebat ingatan muncul dalam otaknya. Ia dan Ryujin bertemu di sebuah pusat perbelanjaan, kemudian jalan berdua. Mereka menaiki berbagai macam wahana, dan seingat Beomgyu, wahana terakhir yang mereka naiki adalah—
"Tornado."
Beomgyu membelalakkan matanya. Mengacak-acak rambutnya frustasi sembari mengingat kejadian memalukan di mana ia pingsan di wahana tersebut.
Berarti sekarang ini ia sedang berada di ...
Beomgyu mengedarkan pandangannya dan menatap pintu kaca transparan ruangan itu.
'Klinik Sejahtera. Buka 24/7'
"Bodoh."
"Beomgyu?"
Beomgyu menoleh, dan mendapati Ryujin yang memasuki ruangannya. Terlihat bekas jejak air mata di kedua pipi gadis itu.
"Ryu, gue minta maa—"
Ryujin memeluk erat leher Beomgyu.
"Gyu maafin gue, gue nggak tau kalo lo punya phobia tinggi ... maafin gue ...."
Beomgyu terkejut dengan perlakuan Ryujin padanya. Beomgyu pun menepuk punggung gadis itu pelan berusaha menenangkannya.
"Gue yang minta maaf, Ryu. Harusnya gue sadar diri kalau gue takut ketinggian dan nggak perlu naik wahana itu sampai nyusahin lo gini."
Ryujin melepaskan pelukannya dan menunduk. Pipinya yang merah mampu membuat Beomgyu gemas hingga ingin menghapus jejak air mata di wajahnya.
"Lo hiks— kenapa nggak bilang hiks— kalau takut tinggi ..."
Beomgyu tak tahan. Bagai tak sadar, tangannya perlahan bergerak meraih pipi Ryujin dan menangkupnya. Sedikit mengelus pipi itu sebelum sedikit mengarahkan wajah merah itu menghadapnya.
"Maaf ya, Ryujin. Gue pikir, gue udah nggak takut ketinggian. Dan juga ...
gue nggak mau keliatan cupu di depan lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
blue orangeade ;c.beomgyu✔️
Fanfiction[𝐟𝐭. 𝐬𝐡𝐢𝐧 𝐫𝐲𝐮𝐣𝐢𝐧] 𝐬𝐨𝐦𝐞𝐨𝐧𝐞 𝐬𝐚𝐲 "𝐰𝐡𝐚𝐭'𝐬 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠 𝐨𝐧? 𝐡𝐨𝐰 𝐨𝐧 𝐞𝐚𝐫𝐭𝐡 𝐚𝐫𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐬𝐞𝐞𝐢𝐧𝐠 𝐬𝐨𝐦𝐞𝐨𝐧𝐞 𝐰𝐡𝐨'𝐬 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥𝐥𝐲 𝐲𝐨𝐮𝐫 𝐨𝐩𝐩𝐨𝐬𝐢𝐭𝐞?" 𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝✅