09 - Serendipity

491 66 8
                                    

sebelum baca, vote dulu ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sebelum baca, vote dulu ya

udah?

oke, makasih🤗

Jam tujuh malam, Agha masih setia duduk di caffe sambil menyesap kopinya. Ia sedang berada di caffe tempat favoritnya.

Dipandanginya cangkir yang berisi cairan hitam yang tinggal setengah itu, pikirannya kembali memutar kejadian siang tadi, dimana Arthur lagi-lagi mengusiknya dan orang-orang disekitarnya.

Hal itu cukup membuat Agha merasa kesal hingga ia memutuskan untuk pergi ke caffe menenangkan pikiraannya.

Triing..

Bel diatas pintu caffe itu berbunyi, menandakan seseorang tengah memasuki caffe bernuansa modern itu.

Suara dentingan bel itu membuat Agha menolehkan pandangannya ke arah pintu caffe yang terbuka.

Matanya memanas ketika irisnya menangkap sosok pria paruh baya yang masih tampan dan gagah tengah menggandeng wanita paruh baya pula dengan mesra.

Dadanya bergemuruh, nafasnya berat, Agha begitu marah dan benci melihat apa yang baru saja ia saksikan. Hardin, pria itu tak lain adalah ayah Agha yang meninggalkannya bersama luka yang teramat dalam yang ditorehkan oleh pria itu.

Agha memejamkan matanya berusaha meredam emosi yang kian bergejolak di hatinya. Sayup-sayup ia mendengar percakapan ayahnya dan wanita itu yang tak lain adalah istri barunya.

"Sayang, Ayo sini duduk!" ucap Hardin sambil mempersilahkan wanita itu untuk duduk di kursi yang ia tarik.

"Makasih mas." Jawab wanita itu sambil tersenyum manis.

"Cih." Agha berdecih menyaksikan hal menjijikkan di depan matanya.

"Shit! Mata gue jadi kotor." ucapnya dengan sengaja meninggikan suaranya.

Sontak kedua orang itu menoleh pada Agha yang tengah menyesap kopinya dengan santai.

"Agha?" ucap Hardin tak menyangka jika ia akan bertemu putranya di sana.

Pria paruh baya itu bangkit dari kursi dan menghampiri Agha yang tak menatapnya sekalipun. Agha malah asik dengan cangkirnya.

"Agha? Kamu ngapain disini? masih pake seragam lagi, keluyuran terus kamu!" ucap Hardin.

Agha memutar bola matanya malas. Bahkan ayahnya tak menyelipkan kerinduan sedikitpun di kata-katanya. Hanya sekedar menanyakan kabar pun tidak, padahal ini pertama kalinya mereka bertemu setelah kurang lebih satu tahun.

Sungguh, ayah macam apa dia.

"Anda siapa?" ucap Agha sambil menatap tajam ke arah Hardin.

"AGHA! Dimana sopan santunmu, saya ini ayahmu!" bentak Hardin.

AGHATA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang