"Gue ngantuk Laura, ayo tidur."
degg..
Detak jantung Aleeta seperti berhenti. Ia tercengang dalam posisinya yang merengkuh tubuh Agha. Dadanya terasa nyeri ketika Agha memanggilnya dengan nama wanita lain.
Namun Aleeta yang menyadari pria itu dalam pengaruh alkohol, ia berusaha menepis pikiran itu. Ia memaklumi Agha yang salah menyebut namanya. Tapi kenapa? Kenapa harus Laura? Apakah sedekat itu hubungan mereka?
Aleeta kembali menggelengkan kepalanya. Ia melepas pelukannya pada Agha. Lalu menangkup wajah Agha yang sedikit memejamkan matanya itu.
"Agha, gue Aleeta bukan Laura." Ucapnya sambil menepuk pelan pipi Agha.
"Hmmm?"
"Gue bukan Laura. Gue Aleeta. A-LEE-TA."
"Aleeta?"
Aleeta hanya mengangguk membalas pertanyaan itu, ia tersenyum manis sambil menangkup wajah Agha yang mulai memerah. Dengan lembut gadis itu menyingkirkan anak rambut yang sedikit menutupi wajah Agha.
"Gue capek Al." ucap Agha dengan suara sendu.
Aleeta mengernyitkan dahinya. Ia menatap dalam iris sayu pria didepannya. Gadis itu yakin sekali, dibalik tatapan itu tersirat kesedihan yang mendalam. Dan benar saja, buliran bening mengalir pelan dari kelopak mata pria itu.
Aleeta memandang wajah lelah Agha, dengan pelan jari mungilnya mengusap air mata yang mengalir dipipi pria itu.
"Udah, ga usah nangis. Ada aku disini." ucapnya.
Tanpa sadar Agha memegang tangan mungil yang menempel di pipinya dan menghirup dalam-dalam aroma disana.
Aleeta sedikit tersentak dengan tingkah Agha yang mencium tangannya. Namun hatinya terasa bahagia melihat Agha yang lembut dan tulus didepannya.
"Kamu....Mau n-nginep?" ucapnya ragu-ragu.
Agha pun tersenyum dengan mata sayunya. Kemudian ia mengangguk membuat Aleeta tersenyum tipis.
Tak lama mereka pun kembali memasuki rumah mewah Aleeta. Gadis itu dengan susah payah membopong tubuh lunglai Agha.
"Aduuh!! Agha..B-berat banget ssih!!" Aleeta tergopoh-gopoh membawa tubuh Agha menaiki tangga menuju kamarnya.
Sedangkan Agha, pria itu memejamkan matanya yang sudah terasa amat sangat berat. Kepalanya juga pusing bukan main. Sesekali ia berdesis dan menggeleng karena pening dikepalanya yang semakin menjadi-jadi.
"Agha!! Jalan yang bener dong."
"Duhh!! Tangga nya banyak banget sih nih rumah!"
"Agha! Ayo dong kakinya diangkat! Gimana bisa naik kalo kakinya gitu!!"
"Yaampun berat---AAAKKKHHH!!"
Bruukkk...
Hancur sudah pertahanannya.
Mereka jatuh saling menindih di tangga. Dengan posisi Agha yang setengah terduduk di lantai tangga, dan Aleeta yang menimpa pahanya.
"Awww!! Eh-" ringis Aleeta terpotong.
Matanya membulat sempurna ketika ia menyadari posisinya jatuh terduduk di pangkuan Agha. Jantungnya semakin menggila ketika Agha menatapnya dengan tatapan yang dalam.
Aleeta pun segera memalingkan wajahnya. Dengan gusar ia bangkit dari pangkuan Agha. Namun lengan kekar pria itu menarik pinggangnya hingga ia kembali terduduk di pangkuannya, dengan jarak yang terlampau dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGHATA
Teen FictionKalian tau karang di laut? Sekeras apa pun batu itu, pasti akan rapuh juga jika ditetesi air terus menerus. Bagaimana jika hal itu terjadi pada hati? Sebuah hati yang keras dan dingin bagai karang, perlahan-lahan melebur dan luluh oleh sentuhan air...