27 - Short Tale

517 56 12
                                    

Jarum jam menunjukkan pukul 10 pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jarum jam menunjukkan pukul 10 pagi. Aleeta dan Agha sudah berjalan beriringan mengitari supermarket sejak 15 menit yang lalu.

Setelah bangun dari tidurnya, mereka tak mendapati bahan makanan yang bisa dimasak. Setelah makan di luar, mereka memutuskan untuk membeli bahan makanan sekalian.

"Agha suka daging ayam?" Aleeta menatap Agha yang mendorong troli yang hampir penuh itu.

"Suka"

"Suka paha apa dada?"

"Dada." ucap Agha sambil menyeringai dan menatap dada Aleeta membuat gadis itu mendelik horor.

"AGHAA! Ishh!"

Agha terkekeh melihat wajah Aleeta yang menggemaskan saat kesal.

"Kalo gue suka paha." ucap Aleeta.

"Lo suka kentang nggak?" ucapnya lagi sambil mengambil kentang.

"Enggak! Gak suka."

"Loh kenapa? enak tauu!"

"Nggak suka Aleeta." Aleeta pun meletakkan kembali kentang itu.

Agha berjalan dan mengambil tofu membuat Aleeta mengernyit.

"Agha lo suka tofu? ih gue nggak sukaa, nggak enak."

"Enak kok."

"Nggak ada rasanya." ucap Aleeta sambil menyeimbangi langkah kaki Agha.

"Kamu suka apa yang nggak aku suka dan sebaliknya, Hmm kalo dipikir-pikir kita banyak bedanya ya."

Agha hanya menggeleng pelan menanggapi Aleeta. Mereka pun kembali berjalan sambil mendorong troli. Kalau dilihat-lihat sudah seperti pengantin baru ya.

Kedua remaja itu berjalan hendak menuju kasir. Namun langkah keduanya terhenti ketika Agha dengan tiba-tiba berhenti membuat Aleeta mengikutinya.

Aleeta mendongak ke arah Agha. Pria itu sudah mengeraskan rahangnya dengan tatapan tajamnya menatap lurus kearah sepasang suami istri yang nampak bahagia. Sang suami itu tersenyum sambil mengelus perut istrinya yang mulai membuncit, bisa Aleeta tebak wanita itu tengah hamil. Siapa mereka? Apa hubungannya dengan Agha?

Agha masih dengan tatapan tajamnya, ia meremas kuat-kuat pada pegangan trolinya. Hatinya memanas melihat Hardin, Ayahnya yang dengan tanpa rasa bersalah itu tengah menikmati kebahagiaanya. Sementara dia? dia bahkan dengan bodohnya merindukan sosok itu.

"Agha? Kenapa?"

"Udah? Gue tunggu diluar." Ucap Agha sambil menyerahkan kartu kredit miliknya, tak lama ia berjalan keluar meninggalkan Aleeta.

"Agha kenapa? Mereka siapa sih?" Aleeta bergumam disepanjang langkahnya.

Setelah membayar semua belanjaannya, Aleeta pun berjalan keluar dari supermarket. Kedua tangannya dipenuhi plastik besar, dengan susah payah ia menentengnya. Tega sekali Agha meninggalkannya dengan barang sebanyak ini.

AGHATA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang