Sebelum baca vote dulu ya gengs
Enggak susah kok, tinggal pencet bintang aja😁
Piridinggg 😚
Agha mengusap bibir Aleeta yang sedikit membengkak akibat ulahnya.
"Sorry Al."
Aleeta hanya menatap Agha yang menangkup pipinya. Ia tak mampu berucap, situasi hatinya benar-benar tidak bisa diutarakan dengan kata-kata. Senang, bingung, takut, bimbang semuanya ia rasakan dalam satu waktu. Sebuah fakta jika Agha hanya bermain-main dengan perasaannya masih setia melingkupi benaknya.
Tok..Tok..Tok..
Suara ketukan pintu kembali terdengar.
"Agha? kamu didalem nak?"
"Iya Bunda!"
Agha segera bangkit dari posisinya dan berjalan menuju pintu.
Tampak wanita paruh baya yang masih cantik dari balik daun pintu.
"Kata bibi kamu bawa temen ya? katanya tadi pingsan terus sekarang gimana?"
"Udah siuman kok Bunda, tuh" Agha mengarahkan pandangannya pada Aleeta.
Bunda Tessa ikut memandang Aleeta yang sudah duduk bersandar. Aleeta pun ikut tersenyum manis ketika Tessa melempar senyum kepadanya. Tessa pun menghampirinya dan duduk di ranjang yang sama.
"Nak? Udah baikan?"
"Emm, udah tante." jawab Aleeta dengan sedikit canggung.
"Hmmm, cantik ya. Namamu siapa?"
"A-Aleeta tante."
Tessa mengangguk sambil tersenyum.
"Pasti deket ya sama Agha? Anak itu jarang loh bawa temen cewek ke rumah, paling cuma Laura temen dari kecil dia." ucap Tessa sambil menggoda Aleeta.
Aleeta hanya tersenyum kikuk. Ia tak tahu harus merespon bagaimana. Hatinya menghangat mendengan ucapan dari Bunda Tessa, apakah benar ia dan Agha kelihatan sedekat itu? tak terasa pipinya pun ikut hangat, terlihat semburat merah di sana.
"Bunda apasih." Agha dengan nada kesaalnya.
Tessa pun hanya terkekeh melihat reaksi kedua remaja itu. Kemudian ia bangkit dari duduknya.
"Yaudah deeh.. Bunda nggak ganggu lagii." ucap Tessa sambil melirik Agha dengan seringaiannya.
Agha mengerutkan keningnya. "Ganggu apa bunda? Emangnya Agha ngapain?"
"Nggak kok, nggak ada hahaha!" Tessa terkekeh membuat Agha semakin bingung.
"Udah ah! Agha ikut Bunda turun yuk ambil makan. Buat Aleeta."
"Hmm"
Ibu dan anak itu pun keluar dari kamar menyisakan Aleeta dengan overthinking nya.
Aleeta masih dengan benang-benang kusut diotaknya. Apakah Bundanya Agha itu melihat kejadian tadi? Melihat ia berciuman? Ah kalo benar- Mampus!
10 menit kemudian, pintu kamar itu terbuka dengan Agha membawa nampan berisi bubur lengkap dengan air putih disana.
Degup jantung Aleeta kembali tak beraturan mengingat moment ia berciuman dengan Agha. Tanpa sadar pipinya mulai memerah.
Agha yang sudah duduk disampingnya mengerutkan keningnya.
"Kenapa? masih demam? kok muka lo merah gitu?"
Agha mengulurkan tangannya untuk memegang dahi Aleeta.
"Udah nggak panas banget tuh!"
Mata gadis itu membola. Entah mengapa ia jadi terus menatap bibir Agha. Pikirannya-shit! Sudah cukup Aleeta! Dengan cepat Aleeta menghempas tangan yang menempel di dahinya itu.
"E- enggak kok!"
"Hmm. Yaudah, nih makan." Ucap Agha sambil menyodorkan semangkuk bubur.
"Nggak laper."
"Lo makan buburnya atau gue makan bibir lo lagi"
"Isshhh iyaa! Mana sini!" dengan kesal Aleeta mengambil mangkuk itu.
Agha terkekeh melihat Aleeta yang dengan kesal mulai memakan buburnya. Ia menopang dagunya dan memandangi gadis yang asik mengunyah itu.
"Jangan liatin gue makan."
"Kenapa? Nggak boleh?"
"Nggak!" Aleeta dengan tatapan tajam menatap Agha.
Agha terkekeh kecil melihat sudut bibir Aleeta sedikit berantakan karena bubur itu.
"Halo anak kecil, umur berapa? makan masih berantakan." Agha dengan pelan mengusap sudut bibir Aleeta dengan ibu jarinya.
"Ekhmm!!" Aleeta berdehem menetralkan detak jantungnya yang kembali menggila. Ada apa dengan Agha? kenapa dia selembut ini?
Setelah selesai dengan makanannya, Agha memberikan Aleeta beberapa obat. Dengan sekali tegukan obat itu sudah meluncur melewati kerongkongan Aleeta dan masuk kedalam tubuh hangatnya.
Aleeta menoleh ketika mendengar suara mobil seperti hendak keluar dari gerbang rumah itu.
"Itu tante ya? mau kemana?"
"Ada acara reunian, kayanya bakal nginep dirumah temennya."
"Oooo" Aleeta mengangguk-anggukkan kepalanya pelan.
"Emm btw, makasih udah bawa gue kesini ngerawat gue."
"Hmm" Agha kembali dingin.
"Tapi kenapa bawa gue ke rumah lo? gue kan punya rumah sendiri." Aleeta mendelik.
"Oooohhh!! Lo modus yaa?!!! Oke gue paham sekaraang" imbuhnya.
"Dih apaan! Gue tau rumah lo kosong ga ada orang, terus lo mau gue tinggal di sana sendirian? dengan keadaan lo yang kaya gini? gue gak se-tega itu kali!" Agha dengan nada kesalnya.
"Hehe iya iyaa!!" Aleeta terkekeh melihat wajah kesal Agha.
"Kata Bunda juga lo suruh nginep disini."
"H-hah? Nginep?"
"Iya. Daripada lo dirumah sendirian, takutnya kenapa-kenapa."
"Tapi gue udah gakpapa kok, gue mau pulang aja."
"Nggak usah bawel deh Al, nurut aja."
"Tapi masa gue dirumah berdua doang sama Lo? Nggak ah takut gue." Ucapan Aleeta membuat Agha menatapnya. Aleeta semakin gugup ketika Agha mendekatkan bibirnya pada telinganya. Agha membisikkan sesuatu.
"Takut kenapa? takut gue cium lagi?"
Plaaak
Niat hati hanya ingin menoyor, malah jadi menampar pipi Agha. Aleeta jadi gugup dan panik dengan tingkahnya sendiri. Agha pun segera menjauh dan meringis sambil mengusap pipinya yang terasa panas.
"Eh aduhh aduuuh soryy!! Maaf gak sengajaa!" tanpa sadar Aleeta ikut mengusap pipi Agha.
"Nggak sengaja? jelas lo nampar gue tadi."
"Gue nggak maksud- Lagian salah lo sendiri!" Aleeta menjauhkan tangannya. Namun dengan cepat Agha mencegahnya, menempelkan kembali telapak tangan Aleeta di pipinya.
"Elusin!"
"E-eh?" Aleeta jadi bingung dengan sikap Agha.
"Sakit! Ga nyangka gue, kecil-kecil tenaga lo kuat juga."
"Dih ngeremehin? mau cobain yang lain nggak? tinju misalnya?"
"34 35 boleh?"
"AGHAA!!"
Aleeta dengan brutalnya memukuli punggung Agha, sedangkan pria itu tak henti-hentinya tergelak sambil sesekali mengaduh. Ternyata kuat juga pukulan Aleeta.
Dan begitulah, tanpa sadar kehangatan dan kenyamanan mulai menyelimuti mereka. Malam yang dingin cepat berlalu, seiring dengan mencairnya sedikit sisi beku dari hati seorang Agha Biantara.
TBC
See yaa next chapter ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
AGHATA
Teen FictionKalian tau karang di laut? Sekeras apa pun batu itu, pasti akan rapuh juga jika ditetesi air terus menerus. Bagaimana jika hal itu terjadi pada hati? Sebuah hati yang keras dan dingin bagai karang, perlahan-lahan melebur dan luluh oleh sentuhan air...