Lelaki bertubuh jangkung itu tengah menatap tampilannya di cermin. Lengan kekarnya sudah tak lagi bergips. Ia tersenyum tipis melihat tangannya bisa kembali ia gunakan dengan normal.Sudah cukup ia menahan kepalan tangan itu untuk melayangkan pukulan pada pelaku yang membuatnya terpaksa memakai gips sialan itu.
Ia menatap tangan kokohnya sejenak, lalu ia kembali menatap bayangannya di cermin, disunggingkan smirk dari bibir tipisnya yang membuat siapapun pasti akan bergidik ngeri melihatnya.
Tanpa basa-basi, ia segera melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya lengkap dengan setelan serba hitamnya.
"Bunda, Agha mau keluar dulu bentar." ucap Agha kepada bunda Tessa yang sedang berkutat dengan laptopnya.
"Mau kemana sayang? udah jam 9 malem loh, besok kan kamu harus sekolah." jawab Bunda Tessa sambil menutup laptopnya dan menghampiri Agha.
Itulah sebabnya Agha sangat menyayangi wanita paruh baya itu. Ia begitu menghargai nya, sekalipun pekerjaannya menumpuk, ia tak pernah lupa memberikan perhatian pada putrannya.
"Mau ketemu anak-anak Astro, bentar kok Bunda" ucap Agha sambil menunjukkan puppy eyes nya.
"Hmmm. Yaudah deh, jangan malem-malem pulangnya."
"Iya Bunda Tessa kuu." ucapan Agha membuat bundanya terkekeh kecil melihat anaknya yang dingin itu bersikap manja padanya.
"Yaudah sana, ati-ati jangan ngebut!"
"Siap bunda!"
Agha segera berjalan menuju parkiran. Dengan pelan ia melesatkan motornya keluar dari kompleks itu. Sesuai request bunda 'jangan ngebut'.
Disinilah cowok itu berakhir. Di markas Astro yang terlihat gelap, hanya cahaya remang-remang dari dalam sana yang mengurangi sedikit kegelapan di markas hitam putih itu.
Agha melepas helm fullfacenya, tercetak smirk di bibir ranum alaminya. Ia berjalan dengan tegap dengan rangan yang ia masukkan kedalam saku celana jeans-nya.
ckleek..
Suara pintu terbuka membuat yang didalam ruangan itu menoleh. Mereka adalah Gema, Geno dan Hans yang tengah tersenyum puas seolah menyambut kedatangan sesuatu yang sangat mereka tunggu.
Mereka bertiga sedang duduk santai sambil menonton tv, tak lain hanya cahaya dari layar itu yang mengurangi kegelapan disana.
Dan tunggu, satu lagi. Dipojok ruangan itu, terlihat sosok lelaki dengan tampilan acak-acakan tengah terikat di sebuah kursi dengan mulut terbekap lakban. Dia adalah Arthur.
"Udah siap seneng-seneng malem ini?" ucap Hans dengan smirknya.
Tak lama, Agha berjalan dengan angkuh ke arah Arthur yang menatapnya remeh. Ketiga sahabatnya kini berdiri di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGHATA
Teen FictionKalian tau karang di laut? Sekeras apa pun batu itu, pasti akan rapuh juga jika ditetesi air terus menerus. Bagaimana jika hal itu terjadi pada hati? Sebuah hati yang keras dan dingin bagai karang, perlahan-lahan melebur dan luluh oleh sentuhan air...