"Udah marahnya? Ayo kita pulang."
Suara Agha begitu lembut terdengar ditelinga Aleeta.
Isakan itu terhenti seiring tubuhnya melemah, pandangannya mulai menghitam, hendak berucap namun kesadarannya terlanjur menghilang.
Bruukk.. Greepp..
Agha membawa tubuh Aleeta yang sudah terkulai lemas ke pelukannya. Ia pandangi wajah itu.
"Cantik".
Entah kemana saja mata Agha selama ini, bisa-bisanya dia baru tersadar akan kecantikan Aleeta yang diatas rata-rata itu. Wajahnya yang kecil, bibirnya yang mungil, ah! Intinya cantikk!!
Kebetulan sekali taksi lewat didepan mereka, Agha segera menyetop taksi itu. Ia membopong tubuh Aleeta lalu memasukkannya ke dalam mobil berwarna biru itu.
Tak lama taksi itupun melaju membelah jalanan dengan rintik hujan yang mulai mereda. Agha masih menatap lekat Aleeta yang kini bersandar di pundaknya, bagaimana nasib cewek itu jika Agha benar-benar meninggalkannya tadi? Mungkin sudah terkapar di jalanan? atau? Ah dasar keras kepala.
Apa benar Agha tak suka pada Aleeta? Bahkan ia rela meninggalkan motornya disana, entah bagaimana ia akan mengambilnya nanti, mungkin ia akan meminta tolong pada Geno atau yang lainya.
Atau perasaan ini cuma sekedar peduli? bukan suka? Bahkan Agha bingung dengan perasaannya sendiri. Bagaimana bisa ia dikatakan terus memberi harapan padahal sejatinya memang seperti inilah Agha. Mau bagaimana lagi? Sudahlah tak usah dipikirkan.
Setelah 15 menit taksi itupun berhenti di gerbang tinggi dan besar. Tak lain adalah gerbang rumah Agha. Bagaimana bisa Agha malah membawanya kesini? bukan ke rumah Aleeta sendiri??
Karena orangtua Aleeta tidak ada dirumah, kemarin saja Aleeta home alone. Agha menyadari hal itu saat ia melemparkan coklat kemarin. Rumah Aleeta sepi, bisa ia pastikan orangtuanya tidak ada dirumah. Makanya Agha membawa Aleeta kerumahnya.
"Makasih pak."
Ujar Agha sambil menggendong Aleeta ala brydal style. Setelah menyerahkan uang sesuai nominal pada supir taksi itu, ia melangkah masuk ke pelataran rumah megahnya ketika satpam sudah membuka gerbangnya.
"Bundaa!!"
"Bunda Tessa!!"
"Bunda manasih"
Gumamnya sambil terus berjalan memasuki rumahnya dengan Aleeta digendongnya. Gadis itu nampak damai dalam tidurnya. Ralat, pingsan tepatnya.
"Ehh den! Yaampun ini temennya kenapa?" Bi Asri asisten rumah tangga itu berlari menghampiri Agha yang basah kuyup dan menggendong seorang gadis.
Gadis? Bahkan selain Laura, tak ada yang main kerumah Agha. Bi Asri mengernyit heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGHATA
Ficção AdolescenteKalian tau karang di laut? Sekeras apa pun batu itu, pasti akan rapuh juga jika ditetesi air terus menerus. Bagaimana jika hal itu terjadi pada hati? Sebuah hati yang keras dan dingin bagai karang, perlahan-lahan melebur dan luluh oleh sentuhan air...